2.1.6 Aktivitas
Menurut Oemar hamalik 2004: 170 siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup
yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Sedangkan pengajaran yang efektif adalah pengajaran
yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri Oemar Hamalik, 2004: 171. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa banyak
jenisnya, menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik 2004: 172 membagi kegiatan dalam delapan kelompok yaitu: kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-
kegiatan lisan, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan-kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan menggambar, kegiatan-kegiatan metrik, kegiatan-kegiatan
mental, dan kegiatan-kegiatan emosional. Dalam penelitian ini aktivitas yang digunakan oleh peneliti untuk melihat
aktivitas siswa di dalam kelas adalah kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan- kegiatan lisan, dan kegiatan-kegiatan mental. Dari kegiatan yang digunakan dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1 mendengarkan penjelasan pengajar, 2 kepercayaan diri siswa dalam berpendapat, 3 saling menghargai antar teman dan
kepada pengajar, dan 4 disiplin dan bertanggung jawab.
2.2. Kerangka Berpikir
Hakekat pembelajaran adalah belajar konsep, dalam pelajaran yang dipelajari oleh siswa. Untuk belajar diperlukan cara khusus dalam belajar dan cara
mengajarkannya. Karena dari belajar diperoleh hasil belajar yang nantinya akan
mengubah cara pandang dan paham siswa dalam memahami suatu hal baru. Dalam pelajaran sistem komputer kelas X TI A di SMK Sakti Gemolong
ditemukan masalah yaitu masih adanya siswa yang belum paham dan mengerti akan mata pelajaran tersebut.
Pembelajaran metode ceramah yang digunakan oleh guru membuat siswa merasa jenuh, dan terkadang ada beberapa siswa yang asik berbicara dengan
teman sebangku ketika guru sedang mengajar yang akhirnya membuat siswa menjadi pasif di dalam kelas. Pemahaman siswa terhadap pelajaran masih rendah,
membuat hasil belajar yang didapat oleh siswa juga rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba menggunakan metode CRI, karena metode ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Dan juga diharapkan guru berperan aktif dalam
proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa di dalam kelas juga ikut berkembang. Dengan menggunakan metode ini diharapkan guru bisa mengerti
mana siswa yang paham dan yang tidak paham, sehingga dapat menentukan bagaimana langkah selanjutnya agar proses pembelajaran dapat berkualitas.
Dikatakan berkualitas apabila penggunaan motode CRI dan pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa kelas X
TI A di SMK Sakti Gemolong.
2.3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka penelitian ini adalah: Implementasi metode pembelajaran Certainly of Response Index CRI mampu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran sistem komputer kelas X TI A di SMK Sakti Gemolong, Sragen.
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran sistem komputer, yang bertempat di SMK
Sakti Gemolong, Kabupaten Sragen. Subjek penelitian ini adalah kelas X TI A yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan.
3.2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian tindakan kelas PTK dengan bentuk PTK kolaboratif antara peneliti dengan guru mapel sistem
komputer di SMK Sakti Gemolong. Secara umum pengertian penelitian tindakan kelas PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama Suharsimi Arikunto, 2006: 3. Sedangkan menurut Trianto 2012:
39 tujuan diadakan PTK kolabiratif ini yaitu: 1 meningkatkan praktik pembelajaran, 2 menyumbang pada perkembangan teori, dan 3 meningkatkan
karier guru. Proses PTK kolaborasi ini bersifat kemitraan Trianto, 2012: 39 sehingga
antara peneliti dan guru dapat duduk bersama untuk memikirkan persoalan- persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas secara kolaboratif.