19
5. Kemampuan melakukan observasi, yaitu kesanggupan pemain untuk
melakukan pengamatan terhadap sikap aktivitas manusia di dalam kehidupan seharihari.
6. Kemampuan menguasai irama, yaitu kesanggupan pemain untuk
menguasai tempo permainan, sehingga pementasan memberikan -
kepada penonton.
2.2.3 Langkah2Langkah Bermain Peran
Seorang pemain harus bisa menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta
menghidupkan jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin bahwa yang ada di pentas
bukan diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan. Untuk menjadi pemain yang baik memerlukan proses latihan yang cukup matang. Oscar Brocket dalam
Waluyo 2003:116119 mengemukakan beberapa latihan yang harus dilakukan sebelum bermain peran, yaitu: 1 latihan tubuh, 2 latihan suara, 3 observasi
dan imajinasi, 4 latihan konsentrasi, 5 latihan teknik, 6 latihan sistem akting, dan 7 latihan untuk memperlentur keterampilan. Latihanlatihan dasar tersebut
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seoarng pemain dalam memerankan sebuah drama.
Untuk menjadi seorang pemain yang baik, tidak hanya latihan dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain tetapi ada beberapa langkah yang
harus dilakukan untuk memaksimalkan seorang pemain ketika bermain peran.
20
Djaja Kusuma dalam Tarigan 1985:98100 mengemukakan langkahlangkah bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu: 1 tahap persiapan yang terdiri dari
beberapa langkah yaitu memilih cerita, mempelajari naskah, memilh pemain, dan sebagainya, 2 tahap latihan yang terdiri dari beberapa langkah yaitu latihan
membaca, latihan -
latihan karya, latihan umum, 3 malam perdana, yaitu pada saat pementasan.
Rendra juga mengemukakan teori - bermain peran, yang disebut
dengan teori jembatan keledai, yang meliputi 11 langkah, yang disebutnya sebagai teknik menciptakan peran Rendra 1976:6972. Sebelas langkah
tersebut adalah sebagai berikut. 1 Mengumpulkan tindakantindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang
peran dalam drama itu. 2 Mengumpulkan sifatsifat watak sang peran, kemudian dicoba
dihubungkan dengan tindakantindakan pokok yang harus dikerjaknnya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk
tindakan tersebut. 3 Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifatsifat pemeran itu harus
ditonjolkan. 4 Mencari dalam naskah, ucapanucapan yang hanya memiliki makna
tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.
5 Menciptakan gerakangerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut diatas.
21
6 Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakangerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.
7 Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan, serta penekanannya, pada watakwatak sang peran itu.
8 Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watakwatak itu, disajikan dalam tangga menuju puncak,
dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula. 9 Mengusahakan agar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan
rencana konsep penyutradaraan. 10 Menetapkan
dan -
yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapal agar menjadi kebiasaan oleh sang peran.
11 Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajinasi melalui jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.
Proses terakhir ini, boleh dikatakan proses meleburkan diri, - , di
mana terjadi penjiwaan mantap. Dari beberapa langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
pemain harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan sehingga penonton yakin
bahwa yang dipentas bukan diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan. Menurut Edward A Wright ada lima syarat yang harus dimiliki oleh
seorang calon aktor, yaitu sebagai berikut Waluyo 2003:112. 1. Sensitif.
2. Sensibel.
22
3. Kualitas personal yang memadai. 4. Daya imajinasi yang kuat.
5. Stamina fisik dan mental yang baik. Kelima hal itu harus disertai lima macam daya kepekaan, yaitu sebagai
berikut. a. Kepekaan akan ekspresi mimik.
b. Kepekaan terhadap suasana pentas. c. Kepekaan terhadap penonton.
d. Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan. Agar drama bersifat komunikatif dibutuhkan aktor yang mempunyai
kepekaankepekaan tersebut. Pembawaan peran harus tepat agar penonton ikut terlibat dalam suasana pentas. Penonton tidak akan merasa bahwa lakonnya itu
dibuatbuat. Keseluruhan lakon harus ditampilkan. Pemain diharapkan mampu menentukan mana yang harus dilakukan didalam pentas dengan baik.
2.2.4 Hal2Hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain Peran