36
7. Guru membagi sebuah kelompok besar yang terdiri dari 56 orang dan membagi naskah drama.
8. ; Guru membimbing siswa untuk memahami beberapa
tokoh dalam cerita tersebut, setelah siswa berlatih di dalam kelompoknya, guru meminta masingmasing kelompok melakukan kontes peran
berdasarkan naskah tersebut dan kelompok lain mengomentarinya. 9. Guru menilai kontes peran oleh siswa berupa penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses yaitu keaktifan siswa dalam latihan bermain peran menggunakan teknik kreatif dramatik, dan penilaian hasil
ketika siswa melakukan kontes peran di depan kelas. 10. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik sebagai bagian
dari sayembara.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jatibarang belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor
yang berpengaruh, yaitu faktor model pembelajaran yang digunakan oleh guru, faktor siswa dan faktor lingkungan sekolah. Salah satu faktor yang paling
berpengaruh dan harus segara dicari jalan keluarnya adalah faktor model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini dalam membelajarkan
bermain peran, guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang konvensional dan kurang inovasi. Akibatnya, dalam pembelajaran sebagian
besar siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran dan pembelajaran yang ada
37
berjalan monoton. Hal ini mengakibatkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran bermain peran.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengubah cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Salah satu cara yang bisa
digunakan adalah dengan menggunakan teknik kreatif dramatik dan sayembara. Kreatif dramatik bisa menjadi solusi untuk mengatasi suasana pembelajaran
yang tidak aktif dan terkesan monoton, sedangkan sayembara bisa memotivasi siswa agar rajin berlatih untuk menjadi yang terbaik dalam pembelajaran
bermain peran. Dalam teknik kreatif dramatik siswa secara berkelompok akan saling bekerjasama dalam berlatih bermain peran. Setelah selesai siswa
diharapkan dapat berlatih secara individu kemudian guru dan teman yang lain memberikan masukan, hal itu dilakukan agar terjadi pembelajaran yang akrab
dan menyenangkan. Dalam pembelajaran kreatif dramatik
siswa dilatih untuk dapat berekspresi dari dialogdialog yang diucapkan oleh guru,
siswa dikelompokkan secara bertahap dimulai dari siswa berpasangan terdiri dari dua
orang yaitu latihan berdialogtanya jawab langsung yang merupakan tahapan bagian dari proses kreatif dramatik. Sesudah itu
guru bercerita dan menuntun siswa untuk bisa berlatih bermain peran sesuai dengan cerita tersebut
dengan bahasa yang bebas berimprovisasi. Hal itu dilakukan agar siswa lebih kreatif dalam kegiatan pembelajran ini,
merupakan kegiatan terakhir yaitu kontes peran. Siswa dibagi beberapa kelompok terdiri dari 56 orang
memerankan beberapa tokoh dari naskah drama yang telah dibawakan oleh
38
guru, siswa secara berkelompok bebas memilih tokoh yang mereka suka untuk diperagakan di depan kelas dengan memperhatikan tingkah lakunya, ucapannya,
ekspresi dan gerakgeriknya apakah sudah tepat dengan peran yang ia bawakan atau tidak.
Pembelajaran ini berorientasi pada sayembara. Tujuannya agar siswa bisa lebih sungguhsungguh dalam kegiatan pembelajaran ini. Siswa yang
paling baik bermain peran maka itulah yang akan diberi hadiah. Sebelum guru mengomentari hasil pembelajaran tadi, siswa diberi
kesempatan untuk saling mengomentari pementasan anggota kelompok lain. Guru bertugas memberikan simpulan akhir tentang pembelajaran yang
berlangsung hari itu. Pembelajaran ditutup dengan refleksi yang dipimpin oleh guru.
Setelah siswa selesai menerima materi pembelajaran, guru melakukan evaluasi. Dari hasil evaluasi diharapkan terdapat peningkatan nilai siswa dan
tidak hanya nilai siswa saja yang mengalami perubahan, perilaku siswa juga mengalami perubahan setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik kreatif
dramatik.
2.4 Hipotesis Tindakan