Sejarah Program Keluarga Berencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi KB 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi KB Kontrasepsi berasal dari kata : Kontra : mencegah atau melawan Konsepsi : pertemuan antara sel telur sel wanita yang matang dan sel sperma sel pria yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindarimencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma Atikah, 2010. Keluarga berencana menurut UU No. 52 tahun 20 09 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat; dan keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

2.1.2 Sejarah Program Keluarga Berencana

Masalah kependudukan sudah menggejala sejak jaman pemerintah Hindia Belanda. Persoalan pokoknya sama dengan yang terjadi sekarang, yaitu pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan lahan pertanian yang tersedia. Hal serupa juga dipikirkan Raffles yang pernah menjadi kepanjangan tangan Kerajaan Inggris Raya di Hindia Belanda dengan pusat pemerintahan di Jawa. Pada tahun 1814 Raffles mengkhawatirkan suatu saat nanti peduduk di Jawa akan padat dan tingkat kepadatannya tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk di pulau Celebes Sulawesi, Sumatera dan ataupun Borneo. Menurut Raffles, pulau tersebut bisa dijadikan lahan masa depan bagi sebagian penduduk Jawa-Madura melalui kolonisasi transmigrasi. Pada tahun 1905 pemerintah Hindia Belanda memindahkan 155 kepala keluarga KK penduduk Purworejo, Jawa Tengah ke Gedong Tataan di Lampung. Apakah kolonisasi ini untuk mengatasi laju petumbuhan penduduk atau hanya karena penyediaan buruh murah dalam menggarap lahan baru, sering menjadi diskusi para pengamat kependudukan. Namun hasilnya tidak banyak berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan penduduk di Jawa. Sementra itu, pertumbuhan penduduk di luar Jawa juga tinggi karena penduduk yang dipindahkan berusia produktif BKKBN, 2009. Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, peningkatan hubungan yang dilakukan termasuk memulai hubungan dengan gerakan Keluarga Berencana Internasional International Planned Parenthood Federation-IPPF didirikan di London pada tahun 1952. IPPF menyatukan diri bersama-sama ribuan aktivis keluarga berencana lokal dan nasional lainnya yang berada di bawah satu bendera. Pada tahun 1956, program Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat United States Agency for International Development-USAID mensponsori HM Judono, seorang dokter ahli kandungan dan ginekolog terkemuka, ke New York untuk mengikuti pelatihan dalam bidang metode keluarga berencana modern. Dalam beberapa bulan Judono bergabung dengan sebuah kelompok yang mempunyai pendapat sama dengan para dokter dan pemimpin perempuan untuk membentuk Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI. Kelompok ini segera membangun hubungan dengan IPPF, dan menyelenggarakan pelatihan untuk para dokter dan perawat serta mengimpor alat-alat kontrasepsi BKKBN, 2009. Pada akhir tahun 1960-an ada dua tahap pembentukan program keluarga berencana nasional. Pertama, tahun 1968 Prsiden Soeharto mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional LKBN untuk melaksanakan pengawasan yang efektif terhadap implementasi program penyediaan kontrasepsi kepada penduduk. PKBI terus bertanggung jawab di bidang pelatihan dan penelitian, namun belum jelas bagaiman prioritas dan kegiatan-kegiatan ini diatur. Baik PKBI, LKBN maupun menteri kesehatan mempunyai gagasan yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya arah program diatur. Tahap kedua dan sangat penting dalam pengembangan program nasional terjadi bulan Februari 1970, ketika presiden memutuskan bahwa LKBN diganti menjadi BKKBN. Kata kunci dengan nama baru ini ada lah “koordinasi”, dan hal ini berdasarkan pada pemahaman bahwa keluarga berencana tidak dapat diimplementasikan oleh satu badan saja, tetapi harus melibatkan konstribusi dari Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, Departemen penerangan, Departemen Agama, dan departemen Dalam Negeri. Juga berbagai organisasi kemasyarakatan yang mempunyai kepedulian terhadap masalah ini. Ketika tuntutan pengendalian penduduk menjadi sesuatu hal yang kian penting, program keluarga berencana diluncurkan. Senin, 29 Juni 1970, memang menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan gerakan KB di Indonesia. Saat itu, Presiden Soeharto melalui Keppres No 8Tahun 1970 membentuk sebuah lembaga baru bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang dikenal dengan BKKBN BKKBN, 2009. Tahun 2010 lalu, agenda rapat tahunan yang digelar BKKBN ini masih berbicara sekitar program Keluarga Berencana KB meskipun UU No. 522009 telah lahir. Tetapi mulai tahun 2011 ini dan seterusnya sudah dipadukan dengan program kependudukan sehingga otomatis program ini berubah menjadi program Kependudukan dan Keluarga Berencana KKB. Perjalanan dari program KB menuju program KKB tentunya melalui proses tersendiri. Dari segi prosesnya perpindahan ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai peristiwa besar, karena bukan hanya berubah dengan bertambahnya satu huruf “K”, tetapi juga diiringi dengan perubahan organisasi BKKBN yang dulu merupakan singkatan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional kini berubah menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang juga disingkat BKKBN, yang kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya Peraturan Presiden Perpres Nomor 26 tahun 2010. Dalam perpres ini BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di bidang kesehatan Mustakim, 2012.

2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 9 130

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG METODE KONTRASEPSI DENGAN PEMAKAIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Pemakaian Kontrasepsi Di Puskesmas Kartasura Sukoharjo.

0 3 18

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 2 14

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 7

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 22

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 1 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi (KB) 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB) - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 9

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 15