5. Efek Samping Kontrasepsi AKBK
a. Perdarahan bercak Spooting ringan.
b. Ekspulsi.
c. Infeksi pada daerah insersi.
d. Berat badan naikturun.
2.3.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR
AKDR adalah kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim wanita Sujiyatini, 2009.
Ada pun jenis-jenis AKDR adalah : a.
AKDR Cu T-380A Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi
oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga Cu. b.
AKDR lain adalah Nova T Schering Sujiyatini, 2009. 1 Cara Kerja
a Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii b Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu d Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
2 Keuntungan a Efektifitas tinggi dan efektif segera setelah pemasangan
b Metode jangka panjang 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti
c Tidak mempengaruhi hubungan seksual
d Nyaman, dan tidak perlu takut hamil e Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR CuT-380A
f Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI g Dapat dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus dan dapat
digunakan sampai menopause, dan tidak ada interaksi dengan obat-obat. h Membantu mencegah KET
3 Indikasi a Usia reproduksi
b Keadaan nulipara c Menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan menghendaki metode
hormonal d Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya f Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g Resiko rendah dari IMS h Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
4 Kontra Indikasi a Sedang hamil
b Perdarahan vagina yang tidak diketahui c Sedang menderita infeksi alat genital vaginitis, servisitis
d Sering menderita penyakit radang panggul atau abortus septik e Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
f Penyakit trofoblas yang ganas, kanker alat genital g Diketahui menderita TBC pelvik dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
2.3.8 Metode Kontrasepsi Kontap 2.3.8.1 Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas kesuburan seorang perempuan secara permanen Sujiyatini, 2009.
a. Mekanisme Kerja Dengan mengoklusi tuba falopii mengikat, memotong, dan memasang
cincin, sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. b. Manfaat Kontrasepsi
1 Sangat efektif
2 Permanen
3 Tidak mempengaruhi pada proses laktasi breastfeeding
4 Tidak bergantung pada faktor senggama
5 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
serius 6
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal 7
Tidak ada efek samping jangka panjang dan perubahan dalam fungsi seksual c.
Manfaat Nonkontrasepsi Berkurangnya resiko kanker ovarium.
d. Indikasi 1
Usia 26 tahun 2
Paritas 2 3
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4 Jika hamil akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
5 Pasca persalinan, pasca keguguran
6 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
e. Kontra Indikasi 1
Hamil diduga hamil 2
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut 4
Tidak boleh menjalani proses pembedahan 5
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan 6
Belum memberikan persetujuan tertulis.
2.3.8.2 Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi Sujiyatini, 2009.
a. Dasar dari vasektomi
Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semenejakulat tidak ada
penghantaran spermatozoa dari testis ke penis Hanafi, 2010. b. Keuntungan
1 Efektif
2 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
3 Sederhana, cepat hanya memerlukan waktu 5-10 menit
4 Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja dan
biaya rendah c. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria
dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga Sujiyatini, 2009.
d. Kontra Indikasi Hanafi, 2010. 1
Infeksi kulit pada daerah operasi 2
Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien 3
Hidrokel dan varikokel yang besar 4
Hernia inguinalis 5
Filariasis elefantiasis 6
Undesensus testikularis 7
Massa intraskrotalis 8
Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia
9 Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
2.4 Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur berkisar antar usia 15 – 49 tahun dimana pasangan
laki-laki dan perempuan sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan
usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang Suparyanto, 2012
Pelayanan kesehatan pada PUS, yang dapat dilakukan adalah mengikuti program KB, dengan tujuan berikut:
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kehamilan PUS
dan WUS. 2.
Peningkatan kwalitas keluarga dan kemandirian keluarga. 3.
Peningkatan kepedulian dan PSM. 4.
Peningkatan serta pemantapan komitmen politis dan komitmen operasional. 5.
Pendekatan wilayah yang paripurna Mubarak, 2012.
2.5 Pengetahuan Knowledge tentang Pemakaian MKJP
Pengetahuan knowledge adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
Notoatmodjo, 2007. Pada penelitian Rainy Alus Fienalia yang berjudul “faktor-
faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang MKJP di wilayah kerja puskesmas pancoran mas kota depok tahun 2011
” dengan jumlah populasi 195 wanita dan jumlah sampel sebanyak 98 orang
memperoleh hasil hubungan pengetahuan dengan kontrasepsi jangaka panjang ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden tentang kontrasepsi
jangka panjang dengan pernah tidaknya responden di kontrasepsi jangka panjang pada tingkatan kepercayaan 95 dengan nilai p = 0.0001 sedangkan pada
penelitian ini peneliti hanya meneliti penggunaan kontrasepsi jangka panjang saja.
2.6 Dukungan Suami
Dukungan menurut Kamus Bahasa Indonesia tahun 2011 merupakan hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan sedangkan keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang mempunyai kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling
ketergantungan satu sama lainnya Notoatmojo, 2009. Dukungan suami salah satu faktor penguat reinforcing factor yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam berprilaku. Sedangkan dukungan keluarga dalam KB Merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab keluarga.
Dalam hal ini adalah suami dalam mendukung dan memberikan kebebasan pada istri untuk menggunakan kontrasepssi jangka panjang Darmawan, 2009
.
Hartanto 2004 dalam Purba 2009 mengatakan bahwa seorang wanita apabila menggunakan kontrasepsi tidak akan dapat dipakai apabila tidak ada kerja
sama dengan suami. Hal tersebut merupakan metode kesadaran akan fertilitas yang sangat membutuhkan kerja sama dan saling kontrasepsi percaya antara
suami istri. Seorang istri dalam menggunakan kontrasepsi idealnya apabila memilihimemakai metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerja sama dalam
pemakaian kontrasepsi, membiayai biaya untuk kontrasepsi serta sama-sama memperhatikan tanda bahaya dari pemakaian kontrasepsi tersebut.
2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang 2.7.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang
lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda Notoadmojo, 2009
Menurut BKKBN 1998 dalam Ekarini 2009 kesehatan pasangan usia subur sangat mempenagruhi kebahagian dan kesejahteraan keluarga waktu
melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang di miliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk
menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang menggunakan vasektomi dan
tubektomi sebagai cara kontrasepsi. Menurut Hartanto 2009 pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional
pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas yang tinggi karena pada umur tersebut pasangan usia subur masih berkeinginan
untuk mempunyai anak. Sedangkan pada umur 30 tahun kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai jangka
panjang. Amiranty 2009 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna pada
tiap kelompok umur dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang MKJP. Wanita yang berusia 36-49 tahun memilikib peluang sebesar sepuluh
kali untuk memakai metode kontrasepsi jangka panjang MKJP dibandingkan wanita yang berusia 15-19 tahun.
2.7.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan kan lebih muda menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan
kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga Manuaba, 2009. Pendidikan menunjukan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis
kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai
alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilihmemakai alat kontrasepsi
yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi Rifai, 2009.
Yusuf 2009 menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi pemakaian MKJP oleh responden yang berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi. Ibu
yang berpendidikan mempunyai tiga kali lebih besar untuk memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah.
2.7.3. Pekerjaan