57
positif pula terhadap perilaku reproduksinya. Sedangkan penilaian yang negatif terhadap dirinya disertai dengan konsep negatif tentang reproduksi, juga akan
memberi pengaruh yang negatif pula terhadap perilaku reproduksinya. Konsep diri yang positif sangat penting untuk dimiliki. Salah satu
perwujudan sikap bahwa individu memiliki konsep diri yang positif adalah individu mempunyai keyakinan yang kuat dalam menghadapi kesulitan dan
mengambil keputusan yang terbaik untuk kehidupannya, seperti yang dikemukakan oleh oleh Hamacheck dalam Rahmat 2003 : 106, bahwa
karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif antara lain ditunjukkan dengan “memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran, dan mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa rasa bersalah yang berlebihan atau
menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya”. Dalam hal reproduksi, remaja sebaiknya juga benar-benar memikirkan
baik dan buruk resiko dari keputusan yang diambil. Sehingga tidak merugikan bagi remaja di kemudian hari. Selain itu, remaja juga tidak akan menyesal atas
keputusan tersebut.
2.5 Hubungan antara Interaksi Sosial dan Konsep Diri dengan Perilaku Reproduksi Sehat
Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organ – organ reproduksi, baik remaja laki –
laki maupun wanita. Kematangan organ reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan
58
lawan jenis. Terkait dengan kematangan organ reproduksi, remaja diharapkan memiliki perilaku reproduksi sehat.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat yang dimiliki oleh individu secara fisik, mental dan sosial yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, tidak hanya terhindar dari penyakit namun juga sehat secara mental dan sosial kultural. Artinya remaja perlu mengetahui bagaimana cara menjaga dan
merawat organ reproduksinya, menghindari seks pranikah, selain itu juga menyangkut aspek sosial dan emosi dalam masyarakat. Hal tersebut dilakukan
untuk melindungi diri dari bahaya penyakit seksual menular, kehamilan yang tidak diinginkan, serta menjauhkan individu dari kehidupan sosial yang tidak baik.
Untuk memiliki perilaku reproduksi sehat, remaja memerlukan berbagai informasi terkait dengan kesehatan reproduksi. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari berbagai sumber, misalnya orangtua, guru, ataupun buku – buku yang membahas seputar kesehatan reproduksi. Masa remaja identik dengan rasa
keingintahuan yang besar, yang akhirnya membuat penasaran, kemudian menjadikan mereka mencoba – coba. Pada era globalisasi saat ini memungkinkan
adanya tranformasi informasi yang tidak terbatas ruang dan waktu. Ketidakmampuan remaja dalam mengelola informasi yang diperoleh, akan
menjadikan individu salah dalam mengambil keputusan dan berakibat fatal terhadap kesehatan reproduksinya.
Perkembangan individu tidak akan terlepas dari lingkungannya, karena dalam rangka memenuhi kebutuhannya manusia melalui proses sosial yang
disebut interaksi sosial. Pada dasarnya dari segala aspek kehidupan interaksi
59
sosial juga akan membentuk kepribadian, nilai – nilai kehidupan, moralitas individu serta prinsip hidup. Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua atau
lebih individu dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki, perilaku individu yang lain atau sebaliknya.
Remaja membutuhkan sosialisasi terhadap lingkungannya untuk menunjukkan eksistensi diri. Mereka butuh teman curhat, ngobrol sampai pada
kegiatan – kegiatan untuk menunjukkan potensi yang mereka miliki, seperti dalam bidang olahraga dan seni. Teman merupakan tempat remaja dapat bercerita,
membagi pengalaman,
bahkan meminta
saran ketika
mereka tidak
mendapatkannya dari keluarga. Dalam kehidupannya remaja juga membutuhkan orang lain. Baik itu guru maupun teman sebaya. Misalnya saat remaja mendapat
masalah di sekolah atau di rumah, dan dia tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut, pasti remaja tersebut akan meminta bantuan kepada orang lain
baik itu guru, orangtua, saudara, ataupun teman sebaya untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Interaksi sosial yang baik antara individu yang
satu dengan yang lain, diharapkan akan membawa dampak positif pada cara berfikir dan perilaku pada remaja. Diharapkan dengan interaksi sosial yang baik
dengan lingkungannya, remaja akan memiliki perilaku reproduksi sehat. Dalam proses aktualisasi diri, remaja sebaiknya tidak mengabaikan apa
yang disebut dengan konsep diri, karena hal tersebut merupakan kunci dari aktualisasi diri. Konsep diri adalah persepsi tentang diri sendiri yang meliputi
aspek fisik, sosial, psikologis, serta penilaian mengenai apa yang pernah dicapai yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Apabila
60
individu memandang dirinya tidak mampu, tidak berdaya, dan berpikir hal – hal lain yang negatif, hal ini akan mempengaruhi individu dalam bersikap dan
berusaha. Terkait dengan perilaku reproduksi, konsep diri yang dimiliki individu
tentang reproduksi sehat akan mempengaruhi individu dalam sikap dan perilaku reproduksinya. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memandang
dirinya dengan kacamata yang positif juga, yaitu mempunyai perilaku reproduksi yang sehat. Selain itu, orang yang memiliki konsep diri positif cenderung akan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan sebelum mengambil keputusan. Interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya dan konsep diri yang positif
tentang reproduksinya diharapkan mampu membuat remaja memiliki perilaku reproduksi yang sehat.
2.6 Hipotesis