BAB III PENELITIAN SENDIRI
3.1 LATAR BELAKANG
Penderita penyakit penyakit ginjal kronik PGK mempunyai resiko kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Banyak faktor
yang berkontribusi terhadap tingginya, resiko kematian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain : gangguan kardiovaskuler, diabetes, hipertensi, inflamasi,
dislipidemia, dan gangguan metabolisme mineral
1
. Salah satu diantara gangguan metabolisme mineral adalah gangguan metabolisme fosfat dan
kalsium. Block dkk 1998 mendapatkan bahwa hiperfosfatemia dan angka perkalian fosfat dan kalsium yang tinggi berasosiasi secara independent
terhadap mortalitas menderita PGK stadium yang menjalani dialisis. Dilaporkan bahwa, penderita dengan kadar fosfat serum 6.5 mgdl angka
kematiannya meningkat sebanyak 27
2
. Konsekuensi metabolisme fosfat dan kalsium yang dianggap berperan terhadap peningkatan morbiditas dan
mortalitas penderita PGK adalah, hiperparatiroidisme, osteodistrofi renal, kalsifikasi kardiovaskuler dan jaringan ikat lunak serta kalsifilaksi
29
. Beberapa peneliti melaporkan bahwa komponen ferri dapat mengikat
fosfat yang ada dalam makanan bila diberikan secara oral. Hergessel dan Ritz, tahun 1999 melaporkan penurunan kadar fosfat darah sebesar 20 serta
ekskresi fosfat lewat urin sebesar 37 pada 13 penderita PGK dengan hiperfosfatemia yang diberikan 3 x 2,5 gr polinuclear iron hidrochlorida
bersama-sama makanan selama 2 minggu. Tidak ada efek samping jangka pendek selain obstipasi dan tinja berwarna hitam.
7
20
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Chen dkk 1999, juga melaporkan bahwa komponen garam ferri yang dicampurkan, bersama-sama dengan makanan dan diberikan pada
percobaan kelompok hewan tikus yang normal maupun kelompok tikus azotemic sudah subtotal nefrectomi juga efektif mengikat fosfat dan
menurunkan penyerapan fosfat diusus halus setelah diberikan selama 2 dan 4 minggu. Namun demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
8
Tubuh manusia sehat mengandung ± 3,5 g Fe yang hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk
organik, yaitu sebagai ikatan nonion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan ion.
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum, makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi
dalam bentuk ferro. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion ferro yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion ferri
dalam sel mukosa. Selanjutnya ion ferri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel
mukosa usus. Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruh oleh berbagai faktor.
Faktor umur, jenis kelamin sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada wanita dan jumlah darah dalam badan dalam hal ini Hb dapat mempengaruhi
kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula. Dalam keadaan normal dapat diperkirakan bahwa seorang laki-laki dewasa
memerlukan asupan 10 mg, dan wanita memerlukan 12 mg sehari guna memenuhi ambilan besar masing-masing 1 mg dan 1,2 mg sehari.
28
Besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam ferro dari sulfat, fumarat, glukonat, suksinat, glutamate dan laktat. Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
perbedaan absorpsi diantara garam-garam Fe ini. Jika ada, mungkin disebabkan oleh perbedaan kelarutannya dalam asam lambung. Dalam bentuk
garam sitrat, tartrat, karbonat, pirofosfat, ternyata Fe sukar diabsorpsi; demikian pula sebagai garam ferri Fe
+++
.
28
Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfat ferosus FeSO
4
.7 H
2
O 300 mg yang mengandung 20 Fe. Dalam hal ini mula-mula absorpsi berjumlah ± 45 mg sehari, dan setelah depot Fe dipenuhi menurun
menjadi 5-10 mg sehari. Pada mereka yang intoleran terhadap dosis tertinggi ini, dosis harus dikurangi sampai jumlah yang diterima, atau bila perlu sediaan
diganti dengan sediaan parenteral.
28
Berbeda dengan ferro sulfat, ferro fumarat tidak mudah mengalami oksidasi pada udara lembab; dosis efektifnya 600-800 mghari dalam dosis
terbagi. Ferro glukonat, ferro laktat, ferro karbonat dosis efektifnya kira-kira sam dengan ferro sulfat. Terdapat pula sediaan Fe lepas lambat dan salut
enterik, tetapi biovailabilitasnya kurang baik.
28
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan besi dalam bentuk sediaan hidrat sulfat ferrosus FeSO
4
.7 H
2
O 300 mg sebagai pengikat fosfat phosphate binder antara lain mencoba menggantikan peran garam
aluminium sebagai phosphate binder yang pemakaiannya dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan intoksikasi aluminium, sedangkan penggunan
garam kalsium beresiko terjadinya hiperkalsemia. Oleh sebab itu dicobalah
garam sediaan hidrat sulfas ferrosus ini, sebagai pengikat fosfat phosphate binder, disamping harganya murah juga mudah didapat. Sehingga berdampak
mengurangi biaya pengobatan hiperfosfatemia yang terjadi pada pasien-pasien PGK dengan hemodialisis reguler, meskipun dapat terjadi efek samping berupa
diare atau konstipasi setelah mengkonsumsi obat ini.
7
Universitas Sumatera Utara
3.2. PERUMUSAN MASALAH