Cara Kerja METODE PENELITIAN

-Fungsi Eliminasi Berkemih Spontan adalah kemampuan ibu post partum spontan untuk mengeluarkan urinberkemih pertama kali dan diukur volume urin berdasarkan waktu setelah melahirkan. -Intervensi Bladder training Sitz bath adalah Terapi menggunakan air pada Posisi duduk atau merendam sebagian bokong dan organ urogenital eksterna sitzbath. Aplikasi prinsip hidroterapi Sitz bath untuk menstimulasi sirkulasi daerah pelvis. Aplikasi ini menggunakan alternatif air hangat dan dingin. Aplikasi ini menggunakan air hangat 106-110°F, 41-43°C selama 5 menit. kemudian air diganti dengan menggunakan air dingin 55-75°F, 12-24°C selama 5 menit. Intervensi dilakukan setelah kala IV selesai 2 jam post partum spontan -Tanpa intervensi Bladder Traininng Sitz bath adalah tanpa intervensi Sitz bath Kelompok Kontrol -Karakteristik ibu post partum spontan adalah data yang meliputi umur pasien, paritas jumlah anak, lama kala dua waktu yang dimulai sejak pembukaan serviks lengkap sampai lahirnya bayi, keadaan perineum intak atau laserasi dan luaran berat badan bayi berat badan bayi lahir

3.8. Cara Kerja

1. Subyek harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan urutan pengambilan sampel sebagai berikut : kelompok intervensi dimulai dengan angka urutan ganjil, sedangkan kelompok kontrol dilanjutkan dengan angka urutan genap. 2. Selanjutnya peneliti memberikan edukasi pada subyek tentang pentingnya eliminasi berkemih spontan setelah persalinan. 3. Memberikan minum air putih sebanyak 250 ml pada awal kala IV. 4. Menilai tanda vital subyek yang meliputi keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu untuk mengetahui kondisi subyek apakah status presens dalam batas normal dan memungkinkan untuk dilakukan bladder training Sitz bath. 5. Setelah selesai kala IV setelah 2 jam post partum, subyek diminta turun dari tempat tidur dan berjalan menuju toilet dengan didampingi peneliti. 6. Kran air di dalam toilet dibuka agar terdengar suara aliran air ke dalam bak penampung. Dimulai sejak subyek berada di toilet. 7. Selanjutnya dilakukan bladder training dengan memposisikan subyek untuk duduk pada alat Sitz bath yang diletakkan di atas kloset duduk, kemudian dialirkan air hangat dengan suhu 41- 43 C pada selang sitz bath, dengan membuka klem pada selang sitz bath, air akan memancar mengenai organ urogenitalia eksterna subyek dan Universitas Sumatera Utara 8. Subyek diminta merendam sebagian bokong serta organ urogenitalia eksterna pada alat Sitz bath pada kloset duduk selama 5 menit. 9. Selanjutnya air diganti dengan menggunakan air dingin dengan suhu 55-75°F, 12- 24°C,dengan posisi duduk yang sama dengan sebelumnya. Proses berendam pada air dingin juga dilakukan selama 5 menit. 10. Selanjutnya mengobservasi subyek dan mencatat waktu terjadinya fungsi eliminasi berkemih spontan pertama kali. 11. Acuan perhitungan waktu dalam menit dimulai sejak kala IV selesai baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. 12. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan pencatatan terhadap volume urin dari fungsi eliminasi berkemih spontan pertama kali dan volume urin dari fungsi eliminasi berkemih spontan berdasarkan waktu pengamatan, yaitu pada waktu 120 menit, 120- 360 menit dan 360-390 menit, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. 13. Bila sudah mencapai waktu 360 menit, dan subyek belum berkemih spontan, maka jumlah volume urin 360 menit adalah 0 ml. Namun subyek tetap diobservasi waktu terjadinya berkemih spontan. 14. Kemudian diukur volume urinnya pada waktu tersebut. Dengan bantuan kateterisasi diukur volume residu urinnya. Bila kurang dari 150 ml, intervensi bladder training dengan kateterisasi selesai. Pasien dianjurkan minum + 2 liter per hari dan mobilisasi. 15. Tetapi bila volume residu urin lebih dari 150 ml dan kurang dari 500 ml maka perlu dilakukan kateterisasi intermiten setiap 4 jam sambil mencatat volume urin setiap berkemih dan mengukur volume residu urinnya. Pasien disuruh minum + 2 liter per hari dan mobilisasi. 16. Bila volume residu urin 150 ml, intervensi bladder training dengan kateterisasi selesai. 17. Selama pemasangan kateterisasi intermitten pasien diberikan obat antibiotik profilaksis dan analgetik. Universitas Sumatera Utara

3.8. Alur Penelitian