Pengertian dan Penggolongan Piutang Penyajian Piutang Pada Neraca

6

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian dan Penggolongan Piutang

Umumnya, piutang usaha timbul ketika sebuah perusahan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas dimasa mendatang, yang prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, melakukan pengiriman barang, penagihan, dan akhirnya menerima pembayaran piutang usaha tersebut. Menurut Smith dan Skousen 2000 : “Piutang adalah merupakan hak atau klaim atas uang, barang atau jasa. Namun dalam akuntansi, pengertian tersebut dipersempit menjadi klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas”. Jadi yang dimaksud dengan piutang adalah hak atau klaim atas uang, barang atau jasa. Menurut sumber terjadinya, piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha tersebut, umumnya dibagi atas dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang wessel. Pembahasan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada piutang usaha. Piutang usaha merupakan jenis piutang yang secara umum ada dalam setiap perusahaan yang melakukan penjualan barang atau jasa secara kredit. Dyckman, Dukes, dan Davis 1996 mendefinisikan piutang usaha sebagai: 6 Universitas Sumatera Utara 7 “Jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal”. Penjualan secara kredit terjadi setelah tercapainya kesepakatan tentang jenis barang, harga maupun syarat pembayaran antara si penjual dengan si pembeli. Apabila kesepakatan harga telah tercapai maka sipenjual akan menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar pencacatan dan saat itu timbullah piutang usaha.

B. Prosedur Terjadinya Piutang

Timbulnya piutang usaha dimulai dengan adanya penjualan barang dagangan ataupun jasa secara kredit. Oleh sebab itu prosedur penjualan kredit dapat menimbulkan piutang usaha dalam dunia usaha. Defenisi prosedur menurut Baridwan 1996 adalah sebagai berikut : Prosedur adalah serangkaian kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang, untuk mencapai keseragaman tindakan dalam melakukan transaksi- transaksi yang terjadi. Dari defenisi di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prosedur penjualan kredit adalah serangkaian kegiatan administrasi yang dilakukan oleh beberapa orang dalam menjalankan transksi-transaksi penjualan secara kredit kepada pelanggan. Dalam pelaksanannya, prosedur penjualan kredit melibatkan beberapa bagian penting yakni : Universitas Sumatera Utara 8

1. Bagian Pesanan

2. Bagian Kredit

3. Bagian Gudang

4. Bagian Faktur

5. Bagian Pengiriman

6. Bagian Akuntansi

Adapun fungsi-fungsi dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagian Pesanan

Dalam pelaksanannya, pesanan sehubungan dengan penjualan dilakukan sebagai berikut : a. Pihak pelanggan langsung mengirimkan pesanan-pesanan pembelian. Dari pesanan-pesanan tersebut, pihak penjual akan mencatatnya sebagai pesanan- pesanan penjualan. b. Pihak pelanggan mendatangi pihak penjual atau dapat juga dilakukan melalui hubungan telepon. Bila menggunakan fasilitas telepon, maka pihak penjual akan menggunakan formulir pesanan khusus untuk mencatat informasi. Formulir pesanan ini diisi ragkap dua, selembar diantaranya dikirim kepada pihak pelanggan untuk melaksanakan konfirmasi atau minta penegasan terhadap pesanan tersebut. c. Pihak penjual yang mendatangi pelanggannya, dan bila terjadi kesepakatan, maka tiap pesanan akan dicatat dalam bentuk formulir pesanan dalam Universitas Sumatera Utara 9 beberapa lembar yang akan ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti telah melakukan pesanan pembelian barang. Setelah bagian pesanan menerima pesanan, maka untuk setiap penjual kredit harus mendapat persetujuan dari bagian kredit, kemudian bagian kredit akan memeriksa pesanan tersebut, apakahpesanan tersebut diterima atau ditolak, tetapi bisa juga terjadi pesanan hanya diterima untuk sebagian atau jumlah tertentu. Pesanan yang disetujui bagian kredit kemudian dikembalikan kebagian pesanan. Kemudian bagian pesanan membuat surat perintah pengiriman sebanyak tiga lembar yaitu yang pertama untuk tinggal di bagian pesanan, yang kedua diberikan ke bagian gudang sedangkan lembar ketiga diserahkan ke bagian pengiriman. Jika hanya sebagian dari pesanan yang dikirimkan disebabkan terbatasnya jumlah persediaan dari perusahaan maka sisa dari pesanan yang belum dikirimkan akan dimasukkan pada “sisa pesanan penjualan yang harus dipenuhi”. Jika terdapat pesanan yang di tolak maka penolakan tersebut harus disampaikan kepada pelanggan beserta dengan alasan penolakan tersebut.

2. Bagian Kredit

Dengan melihat saldo kredit dan batas kredit yang tercatat dalam kartu- kartu piutang maka dapat diketahui apakah pelanggan masih layak untuk diberikan kredit atau permohonan ditolak. Apabila pesanan pembelian serta kredit disetujui maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 10 a. Bila persediaan di gudang cukup untuk memenuhi pesanan maka pesanan yang telah disetujui dikirimkan ke bagian faktur, bagian ini akan membuat faktur terlebih dahulu sebelum barang dikirimkan. b. Bila persediaan di gudang belum diketahui secara pasti maka pesanan yang telah disetujui akan dikirimkan ke bagian pengiriman, dan bagian pengiriman akan membuat laporan tentang pengiriman barang yang telah dilakukan ke bagian faktur agar dibuat faktur penjualannya.

3. Bagian Gudang

Setelah menerima Surat Perintah Pengiriman dari bagian pesanan maka bagian gudang akan memeriksa stok yang ada di gudang, bila jumlahya mencukupi maka bagian gudang akan memberitahukannya ke bagian pesanan sehingga bagian pesanan akan memasukkan dalam “sisa penjualan yang harus dipenuhi”.

4. Bagian Faktur

Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan dan umumnya tergantung pada situasi perusahaan itu sendiri, antara lain : Cara 1. Jika pesanan diterima, maka faktur penjualan, nota pengiriman barang dan dokumen pengiriman barang dapat dilakukan secara serentak. Nota pengiriman serta dokumen pengiriman dikirimkan kebagian pengiriman dan faktur penjualan ditahan sampai barang-barang selesai dikirimkan ke Universitas Sumatera Utara 11 pelanggan dan selembar lagi ke bagian piutang untuk dicatat dalam kartu piutang yang bersangkutan. Cara 2. Bagian faktur berdasarkan surat perintah pengiriman dan surat tanda muat, membuat faktur dalam rangkap tiga. Lembaran asli beserta surat tanda muat dikirimkan kepada pelanggan, lembaran kedua ke bagian pesanan dan lembaran ketiga sebagai pertinggal.

5. Bagian Pengiriman

Bagian ini harus mendapat autorisasi terlebih dahulu, bisa dalam bentuk pesanan penjualan yang telah disetujui atau bisa juga melalui tembusan dari faktur penjualan. Bagian pengiriman mengecek barang yang diterima gudang apakah sesuai dengan surat perintah. Bagian pengiriman membuat laporan rangkap tiga, yaitu berdasarkan pesanan penjualan dari faktur penjualan. Lembar pertama untuk bagian faktur, lembar kedua digunakan sebagai slip pengepakan dan lembar ketiga untuk bagian pengiriman.

6. Bagian Akuntansi

Bagian akuntansi menerima faktur penjualan dari bagian pesanan. Berdasarkan faktur penjualan ini, bagian akuntansi mengadakan pencatatan ke buku harian penjualan, buku besar piutang usaha dan buku tambahan piutang usaha. Bila piutang usaha tersebut telah jatuh tempo, maka faktur penjualan asli tersebut akan dijadikan sebagai bukti penagihan piutang pada para pelanggan. Universitas Sumatera Utara 12 Bagan 1 ARUS DOKUMEN DALAM PENJUALAN KREDIT Keterangan : SPP = Surat Perintah Penerimaan Sumber : Zaki Baridwan, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kelima, Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta, 1996. Universitas Sumatera Utara 13

C. Pencatatan dan Penilaian Piutang

Pencatatan piutang dilakukan pada saat hak atas barang telah berpindah kepada pembeli, atau pada saat pengiriman, kecuali penjualan barang konsinyasi, sesuai dengan syarat penjualan yang telah ditetapkan. Pencatatan dilakukan dari dokumen asli perusahaan atau faktur penjualan. Berdasarkan faktur penjualan ini dicatat kedalam buku harian dan selanjutnya diposting kedalam buku besar dan buku pembantu piutang oleh bagian akuntansi Mulyadi, 2001. Buku besar merupakan himpunan perkiraan sejenis, misalnya perkiraan piutang usaha berbagai pelanggan dikumpulkan jumlahnya di dalam satu buku besar yang disebut buku besar piutang usaha. Sedangkan buku tambahan piutang usaha merupakan penjelasan kepada siapa kita berpiutang dan berapa saldo masing-masing pelanggan. Dalam pencatatan piutang usaha juga perlu diperhatikan apakah dalam pencatatan tersebut ada kesepakatan pemberian potongan atau tidak. Umumya dalam dunia perdagangan potonan-potongan yang diberikan antara lain :

1. Potongan Kas

Perusahaan sering kali menawarkan potongan kas atau pembayaran yang dilakukan dalam periode yang telah ditentukan. Potongan kas digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mendorong pelanggan untuk membayar lebih awal. Apabila ditetapkan syarat penjualan 210, n30 berarti perusahaan akan memberikan potongan kas sebesar 2 jika pembeli melunasinya dalam jangka Universitas Sumatera Utara 14 waktu yang tidak lebih dari sepuluh hari sejak tanggal terjadinya penjualan. Seandainya pembeli tidak melunasi hutangnya dalam jangka waktu tersebut potongan tidak akan berlaku lagi bagi pembeli dan pembeli dapat melunasi hutangnya dalam jangka waktu 30 hari sejak penjualan. Menurut Harahap 2003, pencatatan untuk potongan kas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Piutang dan penjualan dicatat sebesar brutonya. Potongan penjualan baru diakui pada saat pembayaran diterima dalam periode potongan discount period, dan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba sebagai pengurang terhadap jumlah penjualan. b. Piutang dan penjualan dicatat sebesar netto. Pos potongan penjualan yang tidak dimanfaatkan disajikan sebagai pedapatan lain-lain dalam perhitungan laba-rugi.

2. Potongan Dagang

Potongan dagang yang diberikan akan mengurangi harga penjualan kotor atau daftar harga penjualan sebesar potongan yang diberikan sehingga harga yang dibebankan kepada pembeli menjadi lebih kecil. Potongan ini berubah sesuai dengan volume pemesanan. Universitas Sumatera Utara 15

3. Retur dan Penyesuaian Penjualan

Retur penjualan adalah barang yang dikembalikan, sedangkan penyisihan penjualan adalah pengurangan harga atas barang yang mengalami kerusakan umtuk mendorong pelanggan tetap membeli barang walaupun tidak sesuai dengan kemauan pelanggan atau barang sedikit cacat. Ayat jurnal untuk mencatat retur dan penyisihan penjualan adalah : Retur penyisihan penjualan Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx

D. Metode Penaksiran Piutang usaha Tidak Tertagih

Piutang usaha yang timbul dari penjualan barang atau jasa, secara teoritisnya harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau menurut nilai tunainya, yaitu jumlah yang diharapkan dengan mengurangkan jumlah piutang dangan dengan jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Jumlah piutang usaha yang tidak tertagih, pada dasarnya merupakan kerugian bagi perusahaan. Dan untuk menentukan taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih harus dipergunakan cara yang tepat, sehingga memungkinkan diketahuinya jumlah piutang usaha yang tidak tertagih. Menurut Niswonger, Fress dan Waren, 2001 ada dua metode akuntansi yang diterima umum mengenai pengukuran piutang usaha yang diperkirakan tidak tertagih yaitu : Universitas Sumatera Utara 16 a. Metode penghapusan langsung direct write-off method b. Metode penyisihan allowance method

a. Metode peghapusan

langsung Jika perusahaan mengunakan metode penghapusan lansung dalam mencatat kerugian perusahaan yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang usaha, maka kerugian tersebut baru dicatat jika piutang usaha sudah dapat dipastikan benar-benar tidak tertagih. Dalam metode penghapusan langsung tidak dibuat taksiran piutang usaha tidak tertagih bila perusahaan menerima pemberitahuan dari pihak instansi yang berwenang mengenai kepailitan debitur, tetapi dapat juga debitur sendiri yang langsung memberitahukan pada perusahaan bila debitur benar-benar sudah tidak mampu untuk melunasi kewajibannya. Ketika piutang usaha tertagih maka menurut metode penghapusan langsung dicatat sebagai berikut : Beban piutang tidak tertagih Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Metode penghapusan langsung bersifat sederhana sehingga mudah dalam penggunaannya. Selain itu, metode ini dianggap lebih akurat karena diperkirakan tidak terdapat kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan dalam penaksiran. Dengan menggunakan metode penghapusan langsung, daftar laba-rugi menunjukkan beban piutang dagang tidak tertagih tidak dicatat pada waktu Universitas Sumatera Utara 17 pendapatan itu diperoleh dari penjualan kredit, sehingga nilai pendapatan bersih akan lebih rendah dalam periode tercatatnya beban piutang tidak tertagih, sedangkan neraca akan menunjukkan jumlah yang sebenarnya saat piutang yang tidak tertagih tersebut dihapuskan.

b. Metode Penyisihan

Jika perusahan mengunakan metode penyisihan untuk mencatat piutang usaha tidak tertagih, maka setiap akhir periode perusahaan perlu menaksir besarnya jumlah piutang usaha yang tdak tertagih. Penaksiran ini dilakukan karena pada saat timbulnya piutang, pihak perusahaan belum dapat menentukan jumlah piutang usaha yang tidak tertagih. Cara yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menaksir besarnya piutang usaha tidak tertagih adalah dengan mengunakan pengalaman perusahaa lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis. Untuk menentukan dasar taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih dapat digunakan dengan dua cara, yaitu : 1. Jumlah penjualan selama satu periode fiskal penuh 2. Jumlah dan umur piutang usaha pada akhir periode fiskal

1. Jumlah penjualan selama satu periode

Piutang usaha diperoleh dari hasil penjualan kredit. Oleh karenanya, jumlah penjualan kredit dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung Universitas Sumatera Utara 18 taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih. Jumlah piutang usaha yang tidak tertagih dalam satu periode ditentukan dengan mengalikan taksiran persentase piutang usaha yang tidak tertagih dengan jumlah penjualan kredit untuk satu periode yang bersangkutan. Dalam menentukan jumlah persentase ini, biasanya didasarkan atas pengalaman di masa lalu. Piutang usaha yang tidak tertagih merupakan beban bagi perusahaan untuk periode tersebut yaitu dengan mendebet perkiraan beban piutang usaha yang tidak tertagih dan mengkredit perkiraan penyisihan piutang usaha tertagih. Contohnya adalah sebagai berikut : Saldo piutang usaha awal Rp. 50.000.000,00 Penjualan kredit selama tahun 1999 Rp. 100.000.000,00 Rp. 150.000.000,00 Penerimaan piutang usaha Rp. 110.000.000,00 Saldo piutang usaha akhir Rp. 40.000.000,00 Berdasarkan pengalaman masa lalu, ditaksir 2 dari saldo piutang usaha tidak tertagih. Taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih yaitu : 2 x Rp. 40.000.000,00 = Rp. 800.000,00. Maka ayat jurnal peyesuaian untuk piutang usaha tak tertagih adalah sebagai berikut : Beban piutang usaha tak tertagih Rp. 800.000,00 Penyisihan piutang usaha tak tertagih Rp. 800.000,00 Universitas Sumatera Utara 19

2. Jumlah dan

umur piutang usaha pada akhir periode fiskal Ada dua metode penetapan penyisihan untuk piutang usaha tidak tertagih apabila piutang usaha digunakan sebagai dasar untuk membuat penyesuaian, yaitu: 1. Penyisihan disesuaikan dengan suatu persentase tertentu dari piutang usaha 2. Penyisihan disesuaikan dengan suatu jumlah yang ditentukan dengan menentukan umur dari piutang usaha Penyisihan disesuaikan dengan suatu persentase tertentu dari piutang Dalam metode ini, biasanya taksiran jumlah piutang tidak tertagih diperoleh dengan cara mengalikan persentase piutang tidak tertagih dengan jumlah piutang yang ada pada akhir periode berjalan. Saldo penyisihan piutang usaha tidak tertagih kemudian disesuaikan melalui ayat jurnal penyesuaian sehingga sama jumlahnya dengan saldo yang seharusnya. Beban piutang usaha tidak tertagih didebet sebesar jumlah penyesuaian ini. Jadi beban piutang usaha tertagih dihitung secara langsung. Contoh adalah sebagai berikut : Saldo piutang usaha awal Rp. 50.000.000,00 Penjualan kredit selama tahun 1999 Rp. 100.000.000,00 Rp. 150.000.000,00 Penerimaan piutang usaha Rp. 110.000.000,00 Saldo piutang usaha akhir Rp. 40.000.000,00 Universitas Sumatera Utara 20 Dimisalkan saldo perkiraan penyisihan piutang usaha tidak tertagih sebelum penyesuaian Rp. 500.000,00. Berdasarkan pengalaman masa yang lalu ditaksir 2 dari saldo piutang usaha tidak tertagih yaitu, 2 X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 800.000,00. Jumlah ini merupakan penyisihan piutang usaha tidak tertagih yang diperkirakan, tetapi karena ada jumlah saldo kredit penyisihan piutang usaha tak tertagih sebesar Rp. 500.000,00 maka jumlah yang akan ditambah pada perkiraan penyisihan piutang usaha tidak tertagih adalah Rp. 300.000,00 Rp. 800.000,00 – Rp. 500.000,00 dan ayat jurnalnya adalah sebagai berikut : Beban piutang usaha tak tertagih Rp. 300.000,00 Penyisihan piutang usaha tak tertagih Rp. 300.000,00 Penyisihan disesuaikan dengan suatu jumlah yang ditentukan dengan menentukan umur dari piutang Dalam menggunakan metode ini, taksiran jumlah piutang yang tidak tertagih berdasarkan persentase tertentu atas umur piutang usaha. Dalam hal ini harus diadakan analisa piutang yaitu pengolongan piutang usaha berdasarkan kelompok umur sehingga dapat dengan mudah ditentukan jumlah piutang usaha tidak tertagih. Analisa umur piutang dagang memberikan gambaran bahwa semaikin lama piutang usaha melewati tanggal jatuh temponya maka akan semakin besar pula kemungkinan piutang usaha menjadi tidak tertagih. Jumlah tafsiran piutang usaha tidak tertagih ialah jumlah perkalian masing-masing Universitas Sumatera Utara 21 persentase piutang usaha tidak tertagih dengan jumlah masig-masing piutang usaha berdasarkan kelompok umurnya. Untuk mendapatkan angka tafsiran piutang usaha tidak tertagih dari masing-masing golongan umur dikalikan dengan persentase tertentu berdasarkan atas pengalaman, perhitugan digambarkan sebagai berikut : KLASIFIKASI UMUR PIUTANG USAHA SALDO Rp Taksiran piutang tidak tertagih Persentase Jumlah Rp Belum jatuh tempo 25.000.000,00 2 500.000,00 Lewat Jatuh tempo 1 – 60 Hari 61 – 120 Hari 121 – 180 Hari 181 – 365 Hari Lebih dari 365 Hari 8.000.000,00 3.000.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.000.000,00 3 5 10 20 50 240.000,00 150.000,00 150.000,00 300.000,00 500.000,00 TOTAL 40.000.000,00 1.840.000,00 Sumber: Niswonger, Fress dan Waren, 2001. Perhitungan ini menunjukkan jumlah piutang usaha sebesar Rp. 40.000.000,00 dan taksiran piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.840.000,00 dan bila saldo awal penyisihan piutang usaha tidak tertagih sebesar Rp. 500.000,00 maka yang menjadi beban sebesar Rp. 1.340.000,00. Beban piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.340.000,00 Penyisihan piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.340.000,00 Metode penafsiran piutang usaha tidak tertagih berdasarkan analisa umur piutang usaha lebih baik daripada penafsiran piutang yang didasarkan pada persentase penjualan tertentu dari penjualan kredit. Hal ini disebabkan pimpinan Universitas Sumatera Utara 22 perusahaan dapat meningkatkan pengawasan penjualan kredit dan juga melakukan penghapusan piutang usaha yang sudah berumur lama. Penghapusan yang dilakukan dengan cara ini ialah dengan mendebet perkiraan penyisihan piutang usaha tidak tertagih dan mengkredit perkiraan piutang usaha yang dihapuskan, dengan jurnal : Penyisihan piutang usaha tidak tertagih Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Bila menggunakan metode penghapusan langsung, maka piutang usaha yang benar-benar tidak tertagih pembayarannya akan langsung dibebankan pada perkiraan biaya piutang usaha tidak tertagih dan mengkredit perkiraan piutang pelanggan yang dihapuskan, dengan jurnal : Beban piutang usaha tidak tertagih Rp. xxx Piutang Rp. xxx

E. Penyajian Piutang Pada Neraca

Perusahaan menyusun laporan keuangan pada akhir tahun buku dan umumnya laporan keuangan ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menunjukkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Menurut Supangkat 2005 neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: aktiva berwujud, Universitas Sumatera Utara 23 investasi yang diperlukan mengunakan metode ekuitas, persediaan piutang usaha dan piutang usaha lainnya, kas dan setara kas, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, kewajiban yang diestimitasi, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub judul lainnya disajikan dalam neraca apabila penyajian tersebut diperlakukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar. Sehubungan dengan penyajian piutang usaha pada neraca, piutang dinyatakan sebesar jumlah piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau ditaksir jumlah yang tidak dapat ditagih. Dengan demikian penyajian piutang usaha pada neraca dapat digambarkan sebagai berikut : PT. ABC NERACA Per 31 Desember 1999 Aktiva Aktiva lancar Piutang usaha Rp. xxx Penyisihan piutang usaha tidak tertagih Rp. xxx Total aktiva lancar Rp. xxx Sumber: Mulyadi, 2004. Universitas Sumatera Utara 24

F. Pengawasan Piutang usaha 1. Pengertian Pengawasan

Dokumen yang terkait

Perencanaan Dan Pengawasan Persediaan Pada PT. Astra International, Tbk Toyota Sales Operation Cabang Sisingamangaraja Medan

1 34 114

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

8 48 89

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

9 54 87

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 11

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 2

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 13

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 2

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 8

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

1 1 20

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Astra International, Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Gatot Subroto Medan

0 0 2