6
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian dan Penggolongan Piutang
Umumnya, piutang usaha timbul ketika sebuah perusahan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas dimasa mendatang, yang
prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, melakukan pengiriman barang, penagihan, dan akhirnya menerima
pembayaran piutang usaha tersebut. Menurut Smith dan Skousen 2000 : “Piutang adalah merupakan hak atau
klaim atas uang, barang atau jasa. Namun dalam akuntansi, pengertian tersebut dipersempit menjadi klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan
kas”. Jadi yang dimaksud dengan piutang adalah hak atau klaim atas uang, barang atau jasa.
Menurut sumber terjadinya, piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha tersebut, umumnya dibagi
atas dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang wessel. Pembahasan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada piutang usaha.
Piutang usaha merupakan jenis piutang yang secara umum ada dalam setiap perusahaan yang melakukan penjualan barang atau jasa secara kredit.
Dyckman, Dukes, dan Davis 1996 mendefinisikan piutang usaha sebagai:
6
Universitas Sumatera Utara
7
“Jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal”.
Penjualan secara kredit terjadi setelah tercapainya kesepakatan tentang jenis barang, harga maupun syarat pembayaran antara si penjual dengan si
pembeli. Apabila kesepakatan harga telah tercapai maka sipenjual akan menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar pencacatan dan saat itu timbullah
piutang usaha.
B. Prosedur Terjadinya Piutang
Timbulnya piutang usaha dimulai dengan adanya penjualan barang dagangan ataupun jasa secara kredit. Oleh sebab itu prosedur penjualan kredit
dapat menimbulkan piutang usaha dalam dunia usaha. Defenisi prosedur menurut Baridwan 1996 adalah sebagai berikut :
Prosedur adalah serangkaian kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang, untuk mencapai keseragaman tindakan dalam melakukan transaksi-
transaksi yang terjadi. Dari defenisi di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prosedur
penjualan kredit adalah serangkaian kegiatan administrasi yang dilakukan oleh beberapa orang dalam menjalankan transksi-transaksi penjualan secara kredit
kepada pelanggan. Dalam
pelaksanannya, prosedur
penjualan kredit melibatkan beberapa bagian penting yakni :
Universitas Sumatera Utara
8
1. Bagian Pesanan
2. Bagian Kredit
3. Bagian Gudang
4. Bagian Faktur
5. Bagian Pengiriman
6. Bagian Akuntansi
Adapun fungsi-fungsi dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagian Pesanan
Dalam pelaksanannya, pesanan sehubungan dengan penjualan dilakukan sebagai berikut :
a. Pihak pelanggan langsung mengirimkan pesanan-pesanan pembelian. Dari
pesanan-pesanan tersebut, pihak penjual akan mencatatnya sebagai pesanan- pesanan penjualan.
b. Pihak pelanggan mendatangi pihak penjual atau dapat juga dilakukan melalui
hubungan telepon. Bila menggunakan fasilitas telepon, maka pihak penjual akan menggunakan formulir pesanan khusus untuk mencatat informasi.
Formulir pesanan ini diisi ragkap dua, selembar diantaranya dikirim kepada pihak pelanggan untuk melaksanakan konfirmasi atau minta penegasan
terhadap pesanan tersebut. c.
Pihak penjual yang mendatangi pelanggannya, dan bila terjadi kesepakatan, maka tiap pesanan akan dicatat dalam bentuk formulir pesanan dalam
Universitas Sumatera Utara
9
beberapa lembar yang akan ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti telah melakukan pesanan pembelian barang.
Setelah bagian pesanan menerima pesanan, maka untuk setiap penjual kredit harus mendapat persetujuan dari bagian kredit, kemudian bagian kredit akan memeriksa
pesanan tersebut, apakahpesanan tersebut diterima atau ditolak, tetapi bisa juga terjadi pesanan hanya diterima untuk sebagian atau jumlah tertentu. Pesanan yang
disetujui bagian kredit kemudian dikembalikan kebagian pesanan. Kemudian bagian pesanan membuat surat perintah pengiriman sebanyak tiga lembar yaitu
yang pertama untuk tinggal di bagian pesanan, yang kedua diberikan ke bagian gudang sedangkan lembar ketiga diserahkan ke bagian pengiriman. Jika hanya
sebagian dari pesanan yang dikirimkan disebabkan terbatasnya jumlah persediaan dari perusahaan maka sisa dari pesanan yang belum dikirimkan akan dimasukkan
pada “sisa pesanan penjualan yang harus dipenuhi”. Jika terdapat pesanan yang di tolak maka penolakan tersebut harus disampaikan kepada pelanggan beserta
dengan alasan penolakan tersebut.
2. Bagian Kredit
Dengan melihat saldo kredit dan batas kredit yang tercatat dalam kartu- kartu piutang maka dapat diketahui apakah pelanggan masih layak untuk
diberikan kredit atau permohonan ditolak. Apabila pesanan pembelian serta kredit disetujui maka dapat dilakukan
langkah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
10
a. Bila persediaan di gudang cukup untuk memenuhi pesanan maka pesanan
yang telah disetujui dikirimkan ke bagian faktur, bagian ini akan membuat faktur terlebih dahulu sebelum barang dikirimkan.
b. Bila persediaan di gudang belum diketahui secara pasti maka pesanan yang
telah disetujui akan dikirimkan ke bagian pengiriman, dan bagian pengiriman akan membuat laporan tentang pengiriman barang yang telah dilakukan ke
bagian faktur agar dibuat faktur penjualannya.
3. Bagian Gudang
Setelah menerima Surat Perintah Pengiriman dari bagian pesanan maka bagian gudang akan memeriksa stok yang ada di gudang, bila jumlahya
mencukupi maka bagian gudang akan memberitahukannya ke bagian pesanan sehingga bagian pesanan akan memasukkan dalam “sisa penjualan yang harus
dipenuhi”.
4. Bagian Faktur
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan dan umumnya tergantung pada situasi perusahaan itu sendiri, antara lain :
Cara 1. Jika pesanan diterima, maka faktur penjualan, nota pengiriman barang dan dokumen pengiriman barang dapat dilakukan secara serentak. Nota
pengiriman serta dokumen pengiriman dikirimkan kebagian pengiriman dan faktur penjualan ditahan sampai barang-barang selesai dikirimkan ke
Universitas Sumatera Utara
11
pelanggan dan selembar lagi ke bagian piutang untuk dicatat dalam kartu piutang yang bersangkutan.
Cara 2. Bagian faktur berdasarkan surat perintah pengiriman dan surat tanda muat, membuat faktur dalam rangkap tiga. Lembaran asli beserta surat tanda
muat dikirimkan kepada pelanggan, lembaran kedua ke bagian pesanan dan lembaran ketiga sebagai pertinggal.
5. Bagian Pengiriman
Bagian ini harus mendapat autorisasi terlebih dahulu, bisa dalam bentuk pesanan penjualan yang telah disetujui atau bisa juga melalui tembusan dari faktur
penjualan. Bagian pengiriman mengecek barang yang diterima gudang apakah sesuai dengan surat perintah. Bagian pengiriman membuat laporan rangkap tiga,
yaitu berdasarkan pesanan penjualan dari faktur penjualan. Lembar pertama untuk bagian faktur, lembar kedua digunakan sebagai slip pengepakan dan lembar ketiga
untuk bagian pengiriman.
6. Bagian Akuntansi
Bagian akuntansi
menerima faktur penjualan dari bagian pesanan.
Berdasarkan faktur penjualan ini, bagian akuntansi mengadakan pencatatan ke buku harian penjualan, buku besar piutang usaha dan buku tambahan piutang
usaha. Bila piutang usaha tersebut telah jatuh tempo, maka faktur penjualan asli tersebut akan dijadikan sebagai bukti penagihan piutang pada para pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
12
Bagan 1 ARUS DOKUMEN DALAM PENJUALAN KREDIT
Keterangan : SPP = Surat Perintah Penerimaan Sumber : Zaki Baridwan, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kelima, Penerbit BPFE
– UGM, Yogyakarta, 1996.
Universitas Sumatera Utara
13
C. Pencatatan dan Penilaian Piutang
Pencatatan piutang dilakukan pada saat hak atas barang telah berpindah kepada pembeli, atau pada saat pengiriman, kecuali penjualan barang
konsinyasi, sesuai dengan syarat penjualan yang telah ditetapkan. Pencatatan dilakukan dari dokumen asli perusahaan atau faktur penjualan.
Berdasarkan faktur penjualan ini dicatat kedalam buku harian dan selanjutnya diposting kedalam buku besar dan buku pembantu piutang oleh bagian akuntansi
Mulyadi, 2001. Buku besar merupakan himpunan perkiraan sejenis, misalnya perkiraan piutang usaha berbagai pelanggan dikumpulkan jumlahnya di dalam
satu buku besar yang disebut buku besar piutang usaha. Sedangkan buku tambahan piutang usaha merupakan penjelasan kepada siapa kita berpiutang dan
berapa saldo masing-masing pelanggan. Dalam pencatatan piutang usaha juga perlu diperhatikan apakah dalam
pencatatan tersebut ada kesepakatan pemberian potongan atau tidak. Umumya dalam dunia perdagangan potonan-potongan yang diberikan antara lain :
1. Potongan Kas
Perusahaan sering kali menawarkan potongan kas atau pembayaran yang dilakukan dalam periode yang telah ditentukan. Potongan kas digunakan untuk
meningkatkan penjualan dan mendorong pelanggan untuk membayar lebih awal. Apabila ditetapkan syarat penjualan 210, n30 berarti perusahaan akan
memberikan potongan kas sebesar 2 jika pembeli melunasinya dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
14
waktu yang tidak lebih dari sepuluh hari sejak tanggal terjadinya penjualan. Seandainya pembeli tidak melunasi hutangnya dalam jangka waktu tersebut
potongan tidak akan berlaku lagi bagi pembeli dan pembeli dapat melunasi hutangnya dalam jangka waktu 30 hari sejak penjualan.
Menurut Harahap 2003, pencatatan untuk potongan kas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Piutang dan penjualan dicatat sebesar brutonya. Potongan penjualan baru
diakui pada saat pembayaran diterima dalam periode potongan discount period, dan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba sebagai pengurang
terhadap jumlah penjualan. b.
Piutang dan penjualan dicatat sebesar netto. Pos potongan penjualan yang tidak dimanfaatkan disajikan sebagai pedapatan lain-lain dalam perhitungan
laba-rugi.
2. Potongan Dagang
Potongan dagang yang diberikan akan mengurangi harga penjualan kotor atau daftar harga penjualan sebesar potongan yang diberikan sehingga harga yang
dibebankan kepada pembeli menjadi lebih kecil. Potongan ini berubah sesuai dengan volume pemesanan.
Universitas Sumatera Utara
15
3. Retur dan Penyesuaian Penjualan
Retur penjualan adalah barang yang dikembalikan, sedangkan penyisihan penjualan adalah pengurangan harga atas barang yang mengalami kerusakan
umtuk mendorong pelanggan tetap membeli barang walaupun tidak sesuai dengan kemauan pelanggan atau barang sedikit cacat. Ayat jurnal untuk mencatat retur
dan penyisihan penjualan adalah : Retur penyisihan penjualan
Rp. xxx Piutang
usaha Rp.
xxx
D. Metode Penaksiran Piutang usaha Tidak Tertagih
Piutang usaha yang timbul dari penjualan barang atau jasa, secara teoritisnya harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau
menurut nilai tunainya, yaitu jumlah yang diharapkan dengan mengurangkan jumlah piutang dangan dengan jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Jumlah piutang usaha yang tidak tertagih, pada dasarnya merupakan kerugian bagi perusahaan. Dan untuk menentukan taksiran jumlah piutang usaha
yang tidak tertagih harus dipergunakan cara yang tepat, sehingga memungkinkan diketahuinya jumlah piutang usaha yang tidak tertagih.
Menurut Niswonger,
Fress dan Waren, 2001 ada dua metode akuntansi yang diterima umum mengenai pengukuran piutang usaha yang diperkirakan tidak
tertagih yaitu :
Universitas Sumatera Utara
16
a. Metode penghapusan langsung direct write-off method
b. Metode penyisihan allowance method
a. Metode peghapusan
langsung
Jika perusahaan mengunakan metode penghapusan lansung dalam mencatat kerugian perusahaan yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang usaha,
maka kerugian tersebut baru dicatat jika piutang usaha sudah dapat dipastikan benar-benar tidak tertagih.
Dalam metode penghapusan langsung tidak dibuat taksiran piutang usaha tidak tertagih bila perusahaan menerima pemberitahuan dari pihak instansi yang
berwenang mengenai kepailitan debitur, tetapi dapat juga debitur sendiri yang langsung memberitahukan pada perusahaan bila debitur benar-benar sudah tidak
mampu untuk melunasi kewajibannya. Ketika piutang usaha tertagih maka menurut metode penghapusan
langsung dicatat sebagai berikut : Beban piutang tidak tertagih
Rp. xxx Piutang
usaha Rp.
xxx Metode penghapusan langsung bersifat sederhana sehingga mudah dalam
penggunaannya. Selain itu, metode ini dianggap lebih akurat karena diperkirakan tidak terdapat kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan dalam penaksiran.
Dengan menggunakan metode penghapusan langsung, daftar laba-rugi menunjukkan beban piutang dagang tidak tertagih tidak dicatat pada waktu
Universitas Sumatera Utara
17
pendapatan itu diperoleh dari penjualan kredit, sehingga nilai pendapatan bersih akan lebih rendah dalam periode tercatatnya beban piutang tidak tertagih,
sedangkan neraca akan menunjukkan jumlah yang sebenarnya saat piutang yang tidak tertagih tersebut dihapuskan.
b. Metode Penyisihan
Jika perusahan mengunakan metode penyisihan untuk mencatat piutang usaha tidak tertagih, maka setiap akhir periode perusahaan perlu menaksir
besarnya jumlah piutang usaha yang tdak tertagih. Penaksiran ini dilakukan karena pada saat timbulnya piutang, pihak perusahaan belum dapat menentukan
jumlah piutang usaha yang tidak tertagih. Cara yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menaksir besarnya piutang usaha tidak tertagih adalah dengan
mengunakan pengalaman perusahaa lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.
Untuk menentukan dasar taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih dapat digunakan dengan dua cara, yaitu :
1. Jumlah penjualan selama satu periode fiskal penuh
2. Jumlah dan umur piutang usaha pada akhir periode fiskal
1. Jumlah penjualan selama satu periode
Piutang usaha diperoleh dari hasil penjualan kredit. Oleh karenanya, jumlah penjualan kredit dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung
Universitas Sumatera Utara
18
taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih. Jumlah piutang usaha yang tidak tertagih dalam satu periode ditentukan dengan mengalikan taksiran
persentase piutang usaha yang tidak tertagih dengan jumlah penjualan kredit untuk satu periode yang bersangkutan. Dalam menentukan jumlah persentase ini,
biasanya didasarkan atas pengalaman di masa lalu. Piutang usaha yang tidak tertagih merupakan beban bagi perusahaan untuk periode tersebut yaitu dengan
mendebet perkiraan beban piutang usaha yang tidak tertagih dan mengkredit perkiraan penyisihan piutang usaha tertagih.
Contohnya adalah sebagai berikut : Saldo piutang usaha awal
Rp. 50.000.000,00 Penjualan kredit selama tahun 1999
Rp. 100.000.000,00 Rp. 150.000.000,00
Penerimaan piutang usaha Rp. 110.000.000,00
Saldo piutang usaha akhir Rp. 40.000.000,00
Berdasarkan pengalaman masa lalu, ditaksir 2 dari saldo piutang usaha tidak tertagih. Taksiran jumlah piutang usaha yang tidak tertagih yaitu : 2 x Rp.
40.000.000,00 = Rp. 800.000,00. Maka ayat jurnal peyesuaian untuk piutang usaha tak tertagih adalah
sebagai berikut : Beban piutang usaha tak tertagih
Rp. 800.000,00 Penyisihan piutang usaha tak tertagih
Rp. 800.000,00
Universitas Sumatera Utara
19
2. Jumlah dan
umur piutang usaha pada akhir periode fiskal
Ada dua metode penetapan penyisihan untuk piutang usaha tidak tertagih apabila piutang usaha digunakan sebagai dasar untuk membuat penyesuaian,
yaitu: 1.
Penyisihan disesuaikan dengan suatu persentase tertentu dari piutang usaha 2.
Penyisihan disesuaikan dengan suatu jumlah yang ditentukan dengan menentukan umur dari piutang usaha
Penyisihan disesuaikan dengan suatu persentase tertentu dari piutang
Dalam metode ini, biasanya taksiran jumlah piutang tidak tertagih diperoleh dengan cara mengalikan persentase piutang tidak tertagih dengan
jumlah piutang yang ada pada akhir periode berjalan. Saldo penyisihan piutang usaha tidak tertagih kemudian disesuaikan melalui ayat jurnal penyesuaian
sehingga sama jumlahnya dengan saldo yang seharusnya. Beban piutang usaha tidak tertagih didebet sebesar jumlah penyesuaian ini. Jadi beban piutang usaha
tertagih dihitung secara langsung. Contoh adalah sebagai berikut :
Saldo piutang usaha awal Rp. 50.000.000,00
Penjualan kredit selama tahun 1999 Rp. 100.000.000,00
Rp. 150.000.000,00 Penerimaan piutang usaha
Rp. 110.000.000,00 Saldo piutang usaha akhir
Rp. 40.000.000,00
Universitas Sumatera Utara
20
Dimisalkan saldo perkiraan penyisihan piutang usaha tidak tertagih sebelum penyesuaian Rp. 500.000,00. Berdasarkan pengalaman masa yang lalu
ditaksir 2 dari saldo piutang usaha tidak tertagih yaitu, 2 X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 800.000,00.
Jumlah ini
merupakan penyisihan piutang usaha tidak tertagih yang
diperkirakan, tetapi karena ada jumlah saldo kredit penyisihan piutang usaha tak tertagih sebesar Rp. 500.000,00 maka jumlah yang akan ditambah pada perkiraan
penyisihan piutang usaha tidak tertagih adalah Rp. 300.000,00 Rp. 800.000,00 – Rp. 500.000,00 dan ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :
Beban piutang usaha tak tertagih Rp. 300.000,00
Penyisihan piutang usaha tak tertagih Rp. 300.000,00
Penyisihan disesuaikan dengan suatu jumlah yang ditentukan dengan menentukan umur dari piutang
Dalam menggunakan metode ini, taksiran jumlah piutang yang tidak tertagih berdasarkan persentase tertentu atas umur piutang usaha. Dalam hal ini
harus diadakan analisa piutang yaitu pengolongan piutang usaha berdasarkan kelompok umur sehingga dapat dengan mudah ditentukan jumlah piutang usaha
tidak tertagih. Analisa umur piutang dagang memberikan gambaran bahwa semaikin lama piutang usaha melewati tanggal jatuh temponya maka akan
semakin besar pula kemungkinan piutang usaha menjadi tidak tertagih. Jumlah tafsiran piutang usaha tidak tertagih ialah jumlah perkalian masing-masing
Universitas Sumatera Utara
21
persentase piutang usaha tidak tertagih dengan jumlah masig-masing piutang usaha berdasarkan kelompok umurnya.
Untuk mendapatkan angka tafsiran piutang usaha tidak tertagih dari masing-masing golongan umur dikalikan dengan persentase tertentu berdasarkan
atas pengalaman, perhitugan digambarkan sebagai berikut :
KLASIFIKASI UMUR PIUTANG USAHA
SALDO Rp
Taksiran piutang tidak tertagih Persentase
Jumlah Rp Belum jatuh tempo
25.000.000,00 2
500.000,00 Lewat Jatuh tempo
1 – 60 Hari 61 – 120 Hari
121 – 180 Hari 181 – 365 Hari
Lebih dari 365 Hari 8.000.000,00
3.000.000,00 1.500.000,00
1.500.000,00 1.000.000,00
3 5
10 20
50 240.000,00
150.000,00 150.000,00
300.000,00 500.000,00
TOTAL 40.000.000,00 1.840.000,00
Sumber:
Niswonger, Fress dan Waren, 2001.
Perhitungan ini menunjukkan jumlah piutang usaha sebesar Rp. 40.000.000,00 dan taksiran piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.840.000,00 dan bila
saldo awal penyisihan piutang usaha tidak tertagih sebesar Rp. 500.000,00 maka yang menjadi beban sebesar Rp. 1.340.000,00.
Beban piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.340.000,00
Penyisihan piutang usaha tidak tertagih Rp. 1.340.000,00
Metode penafsiran piutang usaha tidak tertagih berdasarkan analisa umur piutang usaha lebih baik daripada penafsiran piutang yang didasarkan pada
persentase penjualan tertentu dari penjualan kredit. Hal ini disebabkan pimpinan
Universitas Sumatera Utara
22
perusahaan dapat meningkatkan pengawasan penjualan kredit dan juga melakukan penghapusan piutang usaha yang sudah berumur lama.
Penghapusan yang dilakukan dengan cara ini ialah dengan mendebet perkiraan penyisihan piutang usaha tidak tertagih dan mengkredit perkiraan
piutang usaha yang dihapuskan, dengan jurnal : Penyisihan
piutang usaha
tidak tertagih Rp. xxx
Piutang usaha
Rp. xxx
Bila menggunakan metode penghapusan langsung, maka piutang usaha yang benar-benar tidak tertagih pembayarannya akan langsung dibebankan pada
perkiraan biaya piutang usaha tidak tertagih dan mengkredit perkiraan piutang pelanggan yang dihapuskan, dengan jurnal :
Beban piutang usaha tidak tertagih Rp. xxx
Piutang Rp. xxx
E. Penyajian Piutang Pada Neraca
Perusahaan menyusun laporan keuangan pada akhir tahun buku dan umumnya laporan keuangan ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Neraca
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menunjukkan berbagai
unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Menurut Supangkat 2005 neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: aktiva berwujud,
Universitas Sumatera Utara
23
investasi yang diperlukan mengunakan metode ekuitas, persediaan piutang usaha dan piutang usaha lainnya, kas dan setara kas, kewajiban jangka pendek,
kewajiban jangka panjang, kewajiban yang diestimitasi, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub judul lainnya disajikan dalam
neraca apabila penyajian tersebut diperlakukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar.
Sehubungan dengan
penyajian piutang usaha pada neraca, piutang dinyatakan sebesar jumlah piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti
dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau ditaksir jumlah yang tidak dapat ditagih.
Dengan demikian penyajian piutang usaha pada neraca dapat digambarkan sebagai berikut :
PT. ABC NERACA
Per 31 Desember 1999
Aktiva Aktiva
lancar
Piutang usaha
Rp. xxx
Penyisihan piutang usaha tidak tertagih Rp. xxx
Total aktiva
lancar Rp.
xxx Sumber: Mulyadi, 2004.
Universitas Sumatera Utara
24
F. Pengawasan Piutang usaha 1. Pengertian Pengawasan