Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 terhadap Motivasi

9 berpengaruh terhadap peningkatan absensi karyawan yang berkaitan dengan penurunan produksi perusahaan yang diakibatkan tidak optimalnya kinerja karyawan. Sebagai salah satu sumber daya terpenting dalam perusahaan wajar apabila pekerja dijamin aksesnya untuk berpartisipasi dalam program K3 yang memfasilitasi pencapaian derajat kesehatan dan kapasitas kerja yang setinggi- tingginya sambil juga melindungi pekerja dari kemungkinan pengaruh yang merugikan kesehatan karena resiko oleh bahaya potensial terhadap kesehatan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu, dengan penerapan K3 yang baik dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya tentu sumber daya manusia yang berkualitas Konradus, 2006:22. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dengan judul“Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi KaryawanPada Bagian Pengolahan PTPN III Persero PKS Rambutan Tebing Tinggi”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, makaperumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Motivasi Karyawan PadaBagian Pengolahan PTPN III Persero PKS Rambutan Tebing Tinggi?” Universitas Sumatera Utara 10

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Karyawan Pada Bagian Pengolahan PTPN III Persero PKS Rambutan Tebing Tinggi”.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi PTPN III Persero PKS Rambutan Tebing Tinggi Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihakPTPN III Persero PKS Rambutan Tebing Tinggi dalam menerapkan dan melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih efektif dan efisien. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kontribusi guna memperluas wawasan di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya menyangkut dengan program keselamatan, kesehatan kerja dan motivasi karyawan. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Menurut Mangkunegara 2008:162 faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu: 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 2. Pengaturan Udara a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak. b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan Penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang. 4. Pemakaian Peralatan Kerja a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Universitas Sumatera Utara 12 b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik. 5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai a. Stamina pegawai yang tidak stabil. b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya. Pendapat Dessler 2007:278 tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman merupakanalasan utama dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti: a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik. b. Peralatan rusak. c. Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan. d. Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban. e. Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup penerangan f. Ventilasi yang tidak baik-pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara yang tidak murni. Menurut Fathoni 2003:170 pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaaan antara lain mencakup tindakan: a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja. b. Melakukan pengawasan yang teratur. c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian, dan Universitas Sumatera Utara 13 d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan. Menurut Mangkunegara 2009:160 keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Keselamatan kerja menurut Mondy 2009:360 adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Keselamatan kerja menurut Sugeng dalam Lambrie 2010:235 diartikan sebagai “Bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.” Sedangkan menurut Swasto, 2011:107 mengemukakan bahwa ”Keselamatan kerja menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.”

2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Meily 2010:72, “Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.” Mencegah gangguan Universitas Sumatera Utara 14 kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. . Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja Mangkunegara, 2009:161. Resiko kesehatan merupakan factor- faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan. b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan kerja. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik Sedangkan menurut Swasto 2011:110 mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja menyangkut Universitas Sumatera Utara 15 kesehatan fisik dan mental.” Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja. Swasto 2011:110 juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain : 1. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Kondisi ini meliputi : a. Kondisi fisik Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara. b. Kondisi fisiologis Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesinperalatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan. c. Kondisi khemis Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat. 2. Mental Psikologis Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompokteman sekerja, hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja,sehingga proses produksi dapat berjalan dengan semestinya. Mangkuprawira 2009:75 menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara 16 kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Yuli 2005:135 Keselamatan dan kesehatan kerja, adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan preventif timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian.Sedangkan Malthis dan Jackson 2002:245 menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang- undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas Universitas Sumatera Utara 17 keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang- undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni 2005:133 adalah: a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara 2002:161 Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. Universitas Sumatera Utara 18 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. 5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan. 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. 13. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang. 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. 16. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Universitas Sumatera Utara 19 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. Undang – Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat 1 Undang – Undang No.13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerjaburuh berhak untuk memperoleh perlindungan atas : a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan Banyak elemen dan faktor-faktor uang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja K3 dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. 1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. 2. Pelatihan Keselamatan dan kesehatan Kerja Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. 3. Alat Pelindung Diri APD Universitas Sumatera Utara 20 Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari: a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. b. Tali Keselamatan Safety Belt, berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain c. Sepatu Karet Sepatu Boot, berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. d. Sepatu Pelindung Safety Shoes, berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. f. Tali Pengaman Safety Harness, berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian g. Penutup Telinga Ear PlugEar Muff, berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. Universitas Sumatera Utara 21 h. Kacamata Pengaman Safety Glasses, berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja misal mengelas. i. Masker Respirator, berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya. j. Pelindung Wajah Face Shield, berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja misal pekerjaan menggerinda. k. Jas Hujan Rain Coat, berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat. 4. Beban Kerja Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu 5. Jam Kerja Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan menurut Mangkunegara 2002:162 usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan keja adalah sebagai berikut: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya. Universitas Sumatera Utara 22 3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan dan mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai. Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang- undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang- undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni 2005:133 adalah: Universitas Sumatera Utara 23 a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara 2002:98 menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah: 1. Meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial. 2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. 3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. 4. Meningkatkan kinerja. Dengan demikian maksuddan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimanaupaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai denganbaik.Hasibuan 2002:89, Universitas Sumatera Utara 24 Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan padadiri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baikagar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Inisemua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan bersangkutan,karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya. Rivai 2009:29 Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu: 1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan olehperusahaan. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki, 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan,dan 7. Meningkatkan keuntungannya secara substansial. Universitas Sumatera Utara 25 Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan. 2.1.5Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Sunyoto 2012:242 ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja: 1. Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan. 2. Berdasarkan undang-undang Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang- undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda. 3. Ekonomis Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.

2.1.6 Undang-Undang Tentang K3

Undang - Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003, paragraf 5: Keselamatan dan Keselamatan Kerja, Universitas Sumatera Utara 26 Pasal 86 1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan, dan c. Perilakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai agama 2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja 3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 87 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atur dalam peraturan pemerintah. Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970, Bab IX kewajiban bila memasuki tempat kerja. Universitas Sumatera Utara 27 Pasal 13 Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertiam Motivasi

Pada dasarnya manusia mau melakukan sesuatu karena adanya suatu dorongan baik dari dalam dirinya ataupun dari luar untuk memenuhi kebutuhannya. Peran karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan didukung ketrampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan sangat diperlukan. Hal ini berarti bahwa salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan perusahaan adalah motivasi karyawan. Menurut Sholehuddin 2008:6, “Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisasi yang mendorong perilaku ke arah tujuan.” Robbins 2003:214 menyatakan “Motivasi sebagai proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.” Sementara itu menurut Rivai 2004:455, “Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.” Menurut Ranupandojo dan Husnan 2002:197, “Motivasi kerja merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.” Motivasi motivation berasal dari kata motif motive yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Motivasiterbentuk dari sikap attitude karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan situation. Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat Universitas Sumatera Utara 28 penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang. Menurut Arep dan Tanjung 2003:12motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Hasibuan 2005:95 menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan menurut Siagian 2005:143 motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai. Dari definisi motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya. Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan. Universitas Sumatera Utara 29

2.2.2 Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hasibuan 2005:149 ada dua jenis motivasi, yaitu: 1. Motivasi Positif 2. Pimpinan memotivasi merangsang karyawan dengan memberikan hadiah kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawanakan meningkat karena umumnya manusia senang menerima hal yang baik-baik saja. 3. Motivasi Negatif Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu hukuman bagi karyawan yang prestasi kerjanya di bawah standar. Dengan motivasi negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan.Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjangsedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek.

2.2.3 Metode Motivasi

Menurut Hasibuan 2005:48 ada dua metode motivasi, yaitu: 1. Motivasi Langsung Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta Universitas Sumatera Utara 30 kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan tanda jasa. 2. Motivasi Tidak Langsung Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan tugaspekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja yang tepat.

2.2.4 Alat-Alat Motivasi

Alat-alat motivasi daya perangsang yang diberikan kepada karyawan dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive Hasibuan, 2005:48 : 1. Material Incentive Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan atas prestasi kerja karyawan.Yang termasuk dalam material incentive adalah yang berbentuk uang dan barang-barang. 2. Nonmaterial Incentive Nonmaterial Incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk materiil. Yang termasuk dalamnonmaterial incentive adalah perlakuan yang wajar, penempatan kerja yang tepat, dan hal lain yang sejenis. Universitas Sumatera Utara 31

2.2.5 Asas-Asas Motivasi

Menurut Hasibuan 2005:145, asas-asas motivasi mencakup dalam lima bagian yaitu : asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan, asas wewenang yang didelegasikan, dan asas perhatian timbal balik. 1. Asas Mengikutsertakan Asas mengikutsertakan maksudnya adalah mengajak karyawan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan mengajukan ide, kritikan, dan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan perusahaan sehingga moral dan kegairahan kerja karyawan semakin meningkat. 2. Asas Komunikasi Asas komunikasi maksudnya adalah menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara pelaksanaannya dan kendala yang dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi karyawanakan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap soal tersebut. 3. Asas Pengakuan Asas pengakuan maksudnya adalah memberikan penghargaan yang tepat dan wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Karyawanakan semakin rajin dan lebih bekerja keras, jika usaha-usaha yang telah mereka laksanakan diberi penghargaan sehingga para karyawan merasa sebagai bagian penting dalam perusahaan. Universitas Sumatera Utara 32 4. Asas Wewenang yang Didelegasikan Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan untuk mengambil keputusan dan berkreatifitas. Dalam pendelegasian wewenang ini, pihak pimpinanmanajer harus meyakinkan bawahannya mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. 5. Asas Perhatian Timbal Balik Asas perhatian timbal balik ini adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan karyawan. Misalnya, pimpinan meminta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya sehingga perusahaan memperoleh laba yang banyak. Apabila laba semakin banyak, maka balas jasa mereka akan dinaikkan.

2.2.6 Teori Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai hal yang sulit, sebab untuk mengamati dan mengukur motivasi setiap karyawan belum ada kriterianya, karena motivasi setiap karyawan berbeda satu sama lain. Menurut Arep dan Tanjung 2003:222- 230 teori-teori motivasi dikelompokkan atas : 1. Teori Kebutuhan Maslow Salah satu teori motivasi yang paling banyak dijadikan acuan yaitu teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan Universitas Sumatera Utara 33 pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya adalah sebagai berikut: Sumber : Arep dan Tanjung 2003:26 Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Menurut Maslow a. Kebutuhan fisik Basic Needs yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Yang terdiri dari sandang, pangan, papan dan kesejahteraan individu. b. Kebutuhan akan rasa aman Safety Needs dimana setelah kebutuhan pertama kebutuhan fisik terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan. Misalnya, jika dikaitkan dengan pekerjaan maka kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang menyangkut masa depan karyawan. c. Kebutuhan Sosial Social Needs. Yang termasuk kedalam kebutuhan ini yaitu kebutuhan akan perasaan diterima dimana ia bekerja, kebutuhan akan perasaan dihormati, kebutuhan untuk bisa berprestasi dan kebutuhan untuk bisa ikut serta. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan Sosial Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan Fisik Universitas Sumatera Utara 34 d. Kebutuhan penghargaan Esteem Needs. Yang termasuk dalam kebutuhan ini antara lainkebutuhan akan status, pengakuan, apresiasi terhadap dirinya dan respektanggapan yang diberikan oleh pihak lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini,seseorang akan berusaha melakukan pekerjaankegiatan yang memungkinkan ia mendapatkan penghormatanpenghargaan dari orang lain. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri Self Actualization Needs. Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan puncak. Bentuk khusus kebutuhan ini akan berbeda-beda setiap individu. Misalnya, pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri antara lain membesarkan anak-anak dengan baik dan memiliki pendidikan tinggi, berhasil mengatur sebuah perusahaan dengan tercapainya tujuan organisasiperusahaan, atau dipilih menjadi pejabat tinggi. 2. Teori Motivasi Mc Cleland Teori ini lebih dikenal dengan Mc Cleland’s Archievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland yang merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan Maslow. Dalam Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland ada tiga kebutuhan yang paling penting, yaitu : a. Kebutuhan akan prestasi needs for achievement Artinya adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih baik daripada yang sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 35 b. Kebutuhan akan kekuasaan needs for power Artinya adanya kebutuhan untuk berkuasamendapatkan kedudukan yang lebih baik. c. Kebutuhan akan afiliasi needs for affiliation Artinya adanya kebutuhan untuk berinteraksibersosialisasi dengan orangpihak lain. 3. Teori Dua Faktor Herzberg Teori Herzberg ini lebih dikenal dengan istilah Two-Factor View. Di dalam teori ini terdapat dua faktor, yaitu Motivator kepuasan kerja atau perasaan positif dan Hygiene ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif yang dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan eksternal. b. Motivator Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan internal. 4. Teori Kebutuhan ERG Alderfer Teori ERG Alderfer Existence, Relatedness, Growth adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan adanya 3 kebutuhan pokok manusia, yaitu : Universitas Sumatera Utara 36 a. Existence Needs Kebutuhan Keadaan yaitu kebutuhan-kebutuhan akan eksistensitetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan rendah yang meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan material. b. Relatedness Needs Kebutuhan Berhubungan, yaitu kebutuhan- kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. c. Growth Needs Kebutuhan Pertumbuhan Yaitu kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia yang kuat, dan memanfaatkan kemampuan- kemampuan pribadi untuk mencapai potensikeunggulan yang maksimal. 5. Teori Motivasi Ekspektansi Teori harapan menyatakan bahwa motivasi kerja dideterminasi oleh keyakinan-keyakinan individual sehubungan dengan hubungan upaya kinerja, dan di dambakannya berbagai macam hasil kerja, yang berkaitan dengan tingkat kinerja yang berbeda-beda sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut berlandaskan logika. Menurut Hasibuan 2003:23 berpendapat bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya. Teori harapan terdiri atas : Universitas Sumatera Utara 37 a. Harapan Expectancy Adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan munculmengikuti suatu tindakan atau perilaku yang telah dilakukan. Harapan ini dinyatakan dalam kemungkinan probabilitas. b. Nilai Valency Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilaimartabat tertentu daya atau nilai motivasi bagi setiap individu bersangkutan. c. Pertautan Instrumentality Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. d. Motivasi Motivation Adalah menilai besarnya dan arahnya semua kekuatan yang mempengaruhi perilaku individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan yang paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan. e. Kemampuan Ability Adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan; kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin juga tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan totalitas daya pikir dan daya fisik yang dimiliki sesorang untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian bahwa kemampuan setiap orang belum tentu dapat mengerjakan setiap pekerjaannya. Universitas Sumatera Utara 38

2.3 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 terhadap Motivasi

Kerja Mangkunegara menyatakan 2002:162, “Selain bertujuan untuk menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi kerja karyawan dapat meningkat. Berdasarkan uraian yang telah ditetapkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berkontribusi terhadap motivasi kerja karyawan. Siagian 2002:263 bahwa “Pentingnya pemeliharaan kesehatan dan kebugaran para anggota organisasi sudah diakui secara luas di kalangan manajer karena para karyawan yang sehat dan bugar, dalam arti fisik maupun dalam artimental psikologi, akan mampu menampilkan kinerja yang prima, produktifitas yang tinggi dan tingkat kemangkiran yang rendah.” Adanya program kesehatan yang baik dan memenuhi syarat akan menguntungkan pegawai secara material, karena pegawai jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama, lebih produktif.Dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan oleh perusahaan maka diharapkan motivasi kerja dari karyawan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 39

2.4 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

81 412 124

Pengaruh Motivasi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PTPN IV Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

16 173 128

Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PTPN III (Persero)

15 110 83

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 0 14

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 0 2

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 1 10

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 0 24

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 0 2

Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pengolahan Ptpn Iii (Persero) Pks Rambutan Tebing Tinggi.

0 0 18

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PKS KEBUN RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI TAHUN 2017

0 0 17