Asumsi Klasik BLUE Best Linier Unbiased Estimator

43

3.4.3. Asumsi Klasik BLUE Best Linier Unbiased Estimator

Persamaan Regresi harus bersifat BLUE artinya pengambilan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Tetapi untuk melaksanakan operasi regresi linier tersebut diperlukan asumsi yang harus dipenuhi : a. Tidak terjadi autokorelasi b. Tidak terjadi heterokedastisitas c. Tidak terjadi multikolinieritas Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dipenuhi, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator sehingga berakibat pada hasil estimasi yang tidak efisien dan tidak konsisten, dengan nilai estimasi parameter regresi yang biasanya akan mengakibatkan upaya pengujian hipotesis menjadi tidak efisien sehingga penetapan kesimpulan analisis menjadi tidak obyektif. Adapun sifat-sifat BLUE antara lain : 1. Best Yaitu pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap  dan β. 2. Linier Yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memindahkan dalam penaksiran. 3. Unbiased Yaitu penaksiran parameter yang diperoleh dari data sampel yang besar kira-kira mendekati parameter yang sebenarnya. 44 4. Estimator Yaitu  kesalahan diharapkan sekecil mungkin. Penerapan asumsi klasik pada model regresi linier berganda tergantung ada tidaknya gangguan pada asumsi klasik tersebut. Dalam pengujian BLUE Best Linier Unbiased ini dihindari penyimpangan yang bersifat sebagai berikut : 1. Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu jika datanya time series atau korelasi antara tempat yang berderet atau berdekatan kalau datanya cross sectional. Gujarati, 1995 : 201. Gambar 5. Daerah Uji Durbin Watson Tidak ada Autokorelasi Positif dan Negatif Ada Autokorelasi Positif dL dU 4-dU 4-dL 4 Ada Autokorelasi Positif Daerah Keraguan Daerah Keraguan Sumber : Gujarati, 1995, Ekonometrika Dasar, hal.216. 45 2. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel yang menjelaskan dari dalam model regresi yang dikemukakan. Gujarati, 1995:157. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dengan ciri- ciri : 1. Kolinieritas sering ditandai dengan nilai R 2 yang tinggi. 2. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. 3. Nilai F hitung tinggi signifikan. Gujarati, 1995:166-167. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Varience Inflation Factor VIF. Apabila VIF lebih besar dari 10 VIF 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF kurang dari 10 VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 3. Heterokedastisitas Istilah Heterokedastisitas berarti variabel independentnya adalah tidak konstan berbeda untuk setiap nilai tertentu variabel independent. Uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji rank spearman, yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak dengan mengasumsikan bahwa koefisien korelasi adalah nol. Jika hasil regresi menunjukkan nilai signifikan t nilai , maka regresi linear terdapat heterokedastisitas. Nilai Residual Kuadrat adalah Y observasi – Y 46 Prediksi 2 . Selain itu pada scatter plot akan mengambil gambar yang memancar atau menyebar dan tidak hanya mengumpul pada suatu titik ataupun membentuk suatu pola tertentu apabila pada persamaan regresi terjadi heterokedastisitas. Gujarati 1995:177.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN