Penilaian. a. Penilaian Nontes

sistem gerilya terhadap pasukan Jenderal De Kock, dan selama 5 tahun ia berhasil memorak-porandakan pihak Belanda. Begitu juga perjuangan rakyat Indonesia dalam gerakan nasional yang ditandai lahirnya Budi Utomo memberikan inspirasi bagi kita untuk hidup kreatif, bersatu, dan selalu mengutamakan persatuan untuk tercapainya Indonesia merdeka. Sikap rela berkorban demi persatuan dan berjuang tanpa pamrih telah ditunjukkan oleh para tokoh organisasi pergerakan nasional Indonesia. Bangsa Indonesia sudah memasuki kebangkitan nasional yang kedua berusaha mengejar ketinggalan dalam era globalisasi ilmu dan teknologi, suatu masa di mana kita harus meningkatkan persatuan serta patriotisme untuk membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik dari masa sekarang. c. Sejarah dapat berguna sebagai rekreatif Sejarah dapat memberikan kesenangan dan rasa estetis karena penulisan sejarah mampu menarik pembaca berekreasi tanpa beranjak dari tempat. Kita dapat menyaksikan peristiwaperistiwa yang telah lampau dan jauh terjadinya. Kita seolah-olah mengelilingi negeri jauh dan menyaksikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, misalnya, pembangunan Taman Bergantung di Babilonia atau Taj Mahal di Agra India. Kita dapat melihat keindahan dan kehebatan masyarakat pada waktu itu. Maka melalui kegunaan rekreatif ini akan mendorong masyarakat untuk maju dan lebih terbuka, dapat bergaul dengan siapa pun, menyenangi ilmu dan teknologi, disiplin, bekerja keras, menghormati hukum, inovatif, produktif, serta mau bekerja sama untuk mencapai cita-cita bangsa. Proses rekreasi terhadap berbagai peristiwa di masa lampau memungkinkan orang untuk bercermin diri. Orang yang maju pasti akan lebih dinamis sebab melihat adanya masa depan yang cerah yang didasarkan pada pengalaman masa lalu yang indah dan menarik. Penskoran Masing-masing soal skore bergerak 1 - 10. Dengan kriteria: Jawaban lengkap 9-10 Jawaban agak lengkap 7-8 Jawaban cukup lengkap 5-6 Jawaban kurang lengkap 3-4 Jawaban tidak lengkap 1-2 Soal no 1 bobot skor 10 Rumus penilaian : Skore yang diperoleh masing-masing jawaban soal dikalikan bobot, dijumlah, kemudian dikalikan 100, kemudian dibagi skore tertinggi. Maka andaikan benar : skore jawaban soal no. 1 x 10 x 10 = 100 Jumlah skore yang diperoleh 100. Dikalikan 100 = 10000. Dibagi 100 = 100 Format penilaian Pleret, 15 Agustus 2016 Mengetahui, Guru Pembimbing PPL Mahasiswa PPL Drs. H. Basuki Muhammad Farish Rasyadan NIP. 19601229 198603 1 011 NIP. 13406241038 Nama Siswa Nomor soal, bobot skor dan nilai akhir 1 2 3 4 Nilai Akhir Dst… RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Mata Pelajaran : Sejarah KelasSemesterProgram : Kelas XI, Semester 1 Program Ilmu Pengetahuan Sosial Standar Kompetensi : Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara- negara tradisional Kompetensi Dasar : 1.1 Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia Alokasi Waktu : 2x45 menit Indikator : 1. Menjelaskan teori-teori masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia 2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan masing-masing teori masuknya agama Hindu- Buddha di Indonesia

A. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui studi pustaka siswa dapat menjelaskan teori-teori masuknya agama Hindu- Buddha di Indonesia 2. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan masing- masing teori masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia

B. Materi Pembelajaran

1. Teori-teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia 1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.

2. Teori Waisya oleh NJ. Krom

Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya pedagang yang merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan. Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.

3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens

Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara.

4. Teori Arus Balik Nasional oleh F.D.K Bosch

Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya selama di India pada masyarakat Indonesia yang belum mengetahuinya.

2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing teori

1. Teori Waisya Kelebihan teori ini adalah motivasi terbesar datangnya bangsa lain ke Indonesia, termasuk bangsa India adalah memang untuk berdagang, sehingga golongan terbesar yang datang ke Indonesia berasal dari Kasta Waisya. Dalam proses berdagang tersebut, mereka bermukim dan menikah dengan Orang Indonesia. Para pedagang yang pada dasarnya memang dapat melakukan hubungan social dengan aktif dengan mudahnya dapat memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha kepada Masyarakat Indonesia. Namun, Teori Waisya masih diragukan kebenarannya. Jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan mestinya hanya terdapat di wilayah perdagangan, seperti di pelabuhan atau di pusat kota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, pengaruh kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, seperti dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Pulau Jawa. 2. Teori Ksatria Teori ini memiliki kelebihan bahwa kenyataannya pada masa lampau sering terjadi perang antargolongan di India. Pada hakikatnya, manusia juga dapat merasakan jenuh akibat kekalahan. Hal ini yang mendorong para prajurit untuk meninggalkan India dan beberapa diantara mereka ada yang sampai ke Indonesia. Di Indonesia, mereka berusaha untuk mendirikan koloni. Seiring berjalannya waktu, mereka juga menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Kelemahan teori ini adalah tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonisasi oleh para Ksatria India di Indonesia. 3. Teori Brahmana Teori ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan- kerajaan bercorak Hindu dan Buddha di Indonesia, terutama prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Di India, bahasa dan huruf itu hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasainya. Teori ini pun diragukan kebenarannya. Alasannya adalah kendatipun benar hanya para Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, para pendeta Hindu dan Buddha adalah orang-orang yang pantang menyeberangi lautan. 4. Teori Arus balik Banyak orang lebih meyakini teori arus balik, dinyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Indonesia, yang mempelajarinya ketika mereka berada di India untuk berbagai keperluan. Sementara itu, sekitar abad ke-5 M agama Buddha mulai dikenal di Indonesia. Pada akhir abad ke-5, seorang Biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di jawa Tengah sekarang. Pada akhir abad ke-7, I Tsing, peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau Sumatra, kala itu disebut Swarnabhumi , tepatnya di Kerajaan Sriwijaya. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima luas oleh rakyat, dengan Sriwijaya sebagai pusat penting pembelajaran Buddhisme. Pembelajaran tersebut dilakukan oleh orang Indonesia yang telah mempelajari agama Buddha di India. Pada pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddha. Mereka membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, seperti Candi Borobudur. Monumen ini selesai dibangun awal abad ke-9. Meski demikian, sampai saat ini teori arus balik masih memerlukan banyak bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.

C. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah ceramah, tanya jawab dan diskusi

D. Langkah-lahkah Pembelajaran. a. Kegiatan Pendahuluan Awal 15 menit

1. Kelas dipersiapkan agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan.