104
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelemahan saraf atau deficit neurologic akibat adanya gangguan pada aliran darah pada salah
satu bagian otak. Stroke disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya merokok, konsumsi alkohol yang berlebih, kecenderungan menu harian yang berlemak, pola
dan gaya hidup, kurang bisa hidup beradaptasi dengan stres, faktor hormonal, kurangnya berolahraga dan masih banyak lagi faktor lainnya,tetapi pada dasarnya
factor risiko stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu : fakkor risiko yang tak terkendali dan faktor risiko yang terkendali. Faktor risiko yang tak terkendali
meliputi, usia, jenis kelamin, keturunan-sejarah stroke dalam keluarga, ras, dan etnik. Sedangkan faktor risiko yang terkendali diantaranya, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, kadar kolesterol darah, merokok, alkohol berlebihan,dan lain sebagainya.
Pada penderita stroke mengalami gangguan diantaranya yaitu gangguan pada musculoskeletal dan neuromuskuler. Gangguan yang terjadi pada
muskuloskeletal berupa adanya penurunan fleksibilitas jaringan dan penurunan tonus otot. Penurunan fleksibilitas pada jaringan menyebabkan terjadinya
penurunan pada kemampuan gerak sedangkan adanya penurunan tonus otot
105
menyebabkan penurunan pada fungsi otot, dengan demikian adanya penurunan kemampuan gerak dan penurunan fungsi otot mengakibatkan terjadi penuruna
pada kemampuan untuk menyanggah, menahan dan menyeimbangakan massa tubuh. Ganggua pada neuromuskuler meliputi gangguan pada system informasi
dan gangguan pada control sensorik dan motorik. Gangguan pada system informasi meliputi gangguan somatosensorik, gangguan vestibular dan gangguan
visual. Gangguan somatosensorik menyebabkan terjadinya penurunan pada informasi gerak tubuh. Adanya gangguan pada vestibular menyebabkan
penurunan control otot postural, sedangkan adanya gangguan visual menyebabkan penurunan pada penyesuaian terhadap perubahan bidang. Oleh karena adanya
penurunan pada informasi gerak tubuh, penurunan pada control otot postural serta adanya penurunan pada penyesuaian terhadap perubahan bidang akan
mengakibatkan penurunan respon untuk mempertahankan titik gravitasi dan posisi kepala. Gangguan neuromuskuler pada control sensorik dan motorik akan
menimbulkan diantaranya yaitu adanya abnormal pola gerak, penurunan tonus postural, penurunan koordinasi, dan penurunan positioning. Pola gerak yang
abnormal akan menyebabkan adanya keterbatasan gerakan, sementara penurunan tonus postural akan menyebabkan adanya gangguan terhadap melawan gravitasi,
adanya penurunan koordinasi akakn menyebabkan pada gangguan gerak volunteer, sedangkan pada penurunan positioning menyebabkan terjadinya penurunan pada
adaptasi COG sehingga mengalami penurunan reaksi terhadap perubahan posisi. Dengan demikian dengan adanya keterbatasan gerakan , gangguan terhadap
106
melawan gravitasi, gangguan gerakan volunteer dan penurunan terhadap reaksi perubahan posisi akan menyebabkan terjadinya penurunan pada kemampuan
mengatur perpindahan berat badan. Adanya penurunan kemampuan untuk menyanggah, menahan, dan
menyeimbangkan massa
tubuh, penurunan
terhadap respon
untuk mempertahankan titik gravitasi dan posisi kepala, dan penurunan terhadap
kemampuan untuk mengatur perpindahan berat badan merupakan factor yang menyebabkan adanya gangguan keseimbangan posisi berdiri static pada pasien
stroke. Gangguan keseimbangan posisi berdiri static pada penderita stroke dalam penelitian ini akan dikaji dengan pemberian latihan dengan pendekatan metode
bobath. Metode bobath merupakan suatu metode terapi latihan yang diberikan pada pasien stroke yang pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan
atas inhibisi aktivitas abnormal reflex dan pembelajaran kembali gerak normal, melalui penanganan manual dan fasilitasi. Dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, maka konsep bobath juga mengalami perkembangan dimana penggunakan pendekatan
problem solving
dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada tonus, gerak dan fungsi akibat lesi pada
system saraf pusat. Adapun tujuan dari intervensi dengan pendekatan metode bobath adalah optimalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan
gerakkan selektif melalui fasilitasi. Dalam pencapaian tujuan tersebut dalam metode bobath akan dilakukan dengan diantaranya : melakukan identifikasi pada
area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang mengalami penurunan tonus,
107
meningkatkan kemampuan input propioceptive, melakukan identifikasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu melakukan aktivitas fungsi yang
efesien ”normal”, fasilitasi
specific motor activity,
minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reeaksi dari gangguan gerak dan mengidentifikasi kapan dan
bagaimana gerakan menjadi lebih efektif. Melalui latihan metode bobath diharapkan dapat meningkatkan keseimbangan pasien stroke pada posisi berdiri
statik.
3.2 Kerangka Konsep