BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga Berencana KB bukanlah hal baru, karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, Tiongkok Kuno
dan India. hal ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu tetapi pada waktu itu cara-cara yang dipakai masih kuno dan primitif.
Dalam sejarah manusia berabad-abad lamanya tidak seorangpun yang tahu bagaimana terjadinya kehamilan. Hubungan antara persetubuhan suami istri
dengan kehamilan tidak diketahui sama sekali, kehamilan disangka disebabkan oleh sesuatu yang masuk atau termakan oleh wanita atau disebabkan oleh
pengaruh matahari dan bulan atau hal-hal lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar.
Tak heran jika masalah demi masalah terus melanda Indonesia khususnya masalah ekonomi yang erat dengan kependudukan. Dalam hal jumlah penduduk,
Indonesia menempati posisi keempat dunia di bawah Amerika Serikat tahun 2005. Sungguh ironis, jumlah penduduk yang sangat besar tersebut tidak
dibarengi oleh kemajuan negara. Tak heran jika Indonesia hanya menjadi negara yang sedang berkembang dengan angka kemiskinan yang tinggi. Kepadatan
penduduk tidak dapat dielakkan dan menimbulkan bermacam masalah di dalam masyarakat tersebut seperti pengangguran, kriminal, tempat kumuh, kemacetan
lalu lintas yang semakin lama akan terus mencekik bangsa ini.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu faktor penyebab masalah itu adalah kurangnya sistem manajemen kependudukan yang sehat dan berkelanjutan. Kita tahu Indonesia mempunyai
Angka Kelahiran Total Total Fertility Rate cukup tinggi. Jika tidak dapat ditekan akan menimbulkan dampak kependudukan yang tidak sehat. Salah satu
caranya adalah dengan menggiatkan kembali Program KB secara efektif dan berkelanjutan.
Indonesia telah mendapat penghargaan dari PBB berupa “Population Award” sebagai wujud pengakuan dan penghargaan dunia atas keberhasilan
Indonesia dalam pengendalian masalah kependudukan. Namun pengakuan dan penghargaan itu ternyata tak membuat pemerintah untuk merefleksi diri.
Sepertinya pemerintah lengah dalam menghadapi gejala-gejala yang terjadi di masyarakat. Pemerintah kurang tanggap terhadap masalah yang ada, sehingga
ketika Program KB dinyatakan berhasil menekan jumlah penduduk, pemerintah seolah-olah hanya duduk manis tanpa merencanakan Program KB selanjutnya.
Akhirnya Program KB hanya terbengkalai seperti ladang kering saat kemarau panjang. Tidak dapat dipungkiri juga, masyarakat sekarang ini mulai
memandang sebelah mata Program KB. Ini salah satu kecerobohan sistem kependudukan yang dijalankan pemerintah. Berkurangnya sosialisasi membuat
antusiasme masyarakat terhadap Keluarga Berencana menjadi berkurang. Jika sosialisasi KB tetap berjalan seperti saaat mengampanyekannya, saya sangat
optimistis minat warga dalam ber-KB akan tetap tinggi.
Saat Program KB dicanangkan sebagai Program Nasional pada tanggal 29 Juni 1970, Program KB Nasional mempunyai 2 tujuan yaitu menurunkan Angka
Kelahiran Total Total Fertility Rate dan melembagakan atau membudayakan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera NKKBS. Namun kedua
tujuan itu tidaklah akan berhasil jika tidak ditunjang degan kinerja yang efektif dan berkelanjutan. Jadi upaya untuk mensosialisasikan dan mengampanyekan KB
harus selalu tetap berjalan agar tidak hanya berjalan di tempat.
Universitas Sumatera Utara
Sekarang program keluarga berencana harus mempunyai tantangan dan tujuan yang lebih komplek untuk mengupayakan kesejahteraan penduduk
Indonesia. Sistem manajemen kependudukan yang efektif dan berkelanjutan juga harus diterapkan secara maksimal sehingga Program KB yang masih mempunyai
Agenda Kependudukan dan Pembangunan keluarga yang berkualitas akan berjaya kembali.
Pembangunan kependudukan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir stagnan. Jumlah peserta KB tidak meningkat dan Pasangan Usia Subur PUS juga
tidak berkurang sehinggga sasaran mewujudkan penduduk tumbuh seimbang 2015 sulit tercapai.
Akseptor KB di Indonesia hingga kini baru 57 dari PUS. Angka itu jauh tertinggal dibandingkan sasaran yang ingin dicapai sebanyak 65. Padahal dalam
sepuluh tahun terakhir rata-rata kepemilikan anak itu diharapkan dapat ditekan menjadi 2,3 anak. Untuk menyukseskan Program KB dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk perlu dukungan dan kerja keras, khususnya kesadaran PUS.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, angka kelahiran di kota Medan pada Tahun 2011 mencapai 46.295 jiwa. Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya dari 44.970 jiwa
Berdasarkan permasalahan permasalahan diatas maka penelitian ditulis dengan judul “ ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
JUMLAH AKSEPTOR KB AKTIF DI KOTA MEDAN TAHUN 2012”.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah