Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

2. Fase Cepat Log phase, yaitu setelah beradaptasi terhadap kondisi baru, sel – sel ini akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai jumlah maksimum yang dapat dicapai sesuai kondisi lingkungan. 3. Fase Tetap Stationary phase, populasi bakteri jarang dapat tetap tumbuh secara eksponensial dengan kecepatan tinggi untuk jangka waktu yang lama. Setelah 48 jam, pertumbuhan eksponensial bakteri dengan waktu pembelahan 20 menit akan menghasilkan sebesar 2,2 x 10 31 bakteri. Pertumbuhan populasi mikroorganisme biasanya dibatasi oleh habisnya nutrisi yang tersedia, akibatnya kecepatan pertumbuhan menurun dan pertumbuhan akhirnya terhenti, fase ini dikatakan sebagai fase tetap stationary phase. Komposisi sel-sel pada fase ini berbeda dibandingkan dengan saat fase eksponensial dan umumnya lebih tahan terhadap perubahan panas, dingin maupun radiasi. 4. Fase Kematian death phase, yaitu sel-sel pada fase tetap, akhirnya akan mati bila tidak di pindahkan ke media segar yang lain. Sebagaimana pertumbuhan, kematian sel juga secara eksponensial dan karenannya dalam bentuk logaritmis, fase menurun atau kematian ini merupakan penurunan secara garis lurus yang digambarkan oleh jumlah sel-sel yang hidup terhadap waktu. Kecepatan kematian berbeda-beda tergantung dari lingkungan dan spesies mikroorganisme Waluyo, 2004.

2.5.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

1. Nutrisi Semua mahluk hidup memerlukan bahan makanan untuk keperluan hidupnya.Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi.Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya Universitas Sumatera Utara membutuhkan energi dari lingkungannya.Bahan tersebut dinamakan nutrisi zat gizi Waluyo, 2004. Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya.Unsur – unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, sulfur, zat besi dan sejumlah kecil logam-logam lainnya.Kekurangan sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian Gaman, 1992. Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri.Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan.Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen.Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu: 1 Berdasarkan asalnya, media dibagi atas: a Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat. b Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: ekstrak daging dan pepton Lay, 1994. 2 Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: Universitas Sumatera Utara a Media selektif Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembang biakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi. b Media diferensial Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar. c Media diperkaya Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit Irianto, 2006. 3 Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas Irianto, 2006: a Media padat solid b Media semi solid c Media cair 2. Temperatur Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahannya tidak sama untuk semua spesies. Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukan, di antaranya : Universitas Sumatera Utara a Bakteri Psikrofil, yakni mikroorganisme yang dapat hidup baik pada suhu 0- 20°C, dengan suhu optimumnya adalah 10-20°C. kebanyakan golongan ini tumbuh di tempat dingin. b Bakteri Mesofil, mikroorganismeyang dapat hidup dengan baik pada suhu 5- 60°C, dan memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20-45°C. Umumnya mikroba ini hidup dalam saluran pencernaan. c Bakteri Termofil, mikroorganisme dapat hidup baik pada suhu 45-80°C. Suhu optimumnya antara 50-60°C, mikroba ini terutama terdapat di tempat yang bertemperatur tinggi Gaman, 1992. 3. Oksigen Bakteri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigen selama pertumbuhan, antara lain : a Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya. b Anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri tersebut. c Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen. d Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen dalam pertumbuhannya Pratiwi, 2008. 4. pH Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral Waluyo, Universitas Sumatera Utara 2004. Untuk tiap mikroorganisme dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Atas dasar daerah, pH bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3 golongan besar Suriawira, 2005 yaitu : a Mikroba yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0 b Mikroba yang netrofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0 c Mikroba yang alkalifilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 8,7-9,5 5. Tekanan Osmosis Osmosis merupakan perpindahan air melewati membrane semipermiabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Pada larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma mengkerut dan lepas dari dinding sel plasmolisis, serta menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif. Mikroorganisme halofil mampu tumbuh pada lingkungan hipertonik dengan kadar garam yang tinggi, contohnya Halobacterium halobium Dwidjoseputro, 1988.

2.5.6 Uraian Staphylococcus aureus