II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan dan pengolahan ikan
meninggalkan sifat khusus pada setiap hasil awetan atau olahannya. Hal ini disebabkan oleh berubahnya : sifat bau, cita rasa, wujud atau rupa, dan tekstur
daging ikan Moeljanto, 1992. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian
terpenting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan dan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia,
karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik Afrianto, E dan Liviawaty, E, 1991.
Pengolahan ikan asin dimulai dari penyiangan atau langsung pencucian. Kemudian diikuti dengan penggaraman dan penjemuran atau pengeringan.
Perbedaan hasilnya tergantung pada penyiangan dan pencucian, jumlah garam yang digunakan, jangka waktu penggaraman, dan penjemurannya. Hal – hal
tersebut disebabkan jenis – jenis dan ukuran ikan atau cara pengolahan selanjutnya, serta asin yang diinginkan Moeljanto,1992.
Metode yang paling sederhana adalah dengan memproses ikan menjadi ikan asin. Ikan dicampur dengan garam atau direndam dalam larutan garam dan
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Metode ini adalah metode yang paling popular dan telah lama dilaksanakan oleh nelayan.
Ikan berharga murah dapat juga dicampur garam dan difermentasi untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan beberapa produk seperti kecap atau belacan. Setiap kawasan memiliki metode pemprosesan yang berbeda-beda dan produk yang dihasilkan
memiliki ciri rasa yang tersendiri Suparno, 1992 . Untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik harus digunakan
garam murni, yaitu garam dengan kandungan NaCl cukup tinggi 95 dan sedikit sekali mengandung elemen yang dapat menimbulkan kerusakan,
seperti yang sering dijumpai pada garam rakyat. Ikan asin yang diolah dengan garam murni memiliki daging berwarna putih kekuning –
kuningan yang lunak. Jika dimasak, rasa ikan asin ini seperti ikan segar Afrianto, E dan Liviawaty, E, 1991.
Selain dengan menggunakan garam dengan kandungan NaCl yang cukup tinggi, untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik juga harus
memperhatikan perawatan, dan perbaikan unit pengolahan, semua peralatan serta perlengkapan membantu yang dipergunakan dalam operasi pengolahan agar selalu
bersih. Dengan demikian, unit pengolahan beserta peralatan dan perlengkapan yang digunakan bukanlah merupakan sumber penularan bakteri perusak bagi
produk yang diolah Santoso, 1998. Jika usaha untuk melakukan pengolahan yang bernilai tambah telah
dilakukan dan produk yang dihasilkan berhasil menarik perhatian masyarakat, maka mutu produk perlu diperhatikan dengan lebih seksama. Mutu dapat diartikan
sebagai tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk yang dihasilkan produsen. Semakin tinggi tingkat kepuasan semakin tinggi harga yang dapat
ditawarkan produsen. Semakin rendah tingkah kepuasan semakin rendah harga yang ditawarkan konsumen Suparno, 1992.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori