Komplikasi Makrovaskular Penyuluhan TINJAUAN PUSTAKA

Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki karena kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami infeksi. Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki terinfeksi biasanya melibatkan banyak mikroorganisme, yang sering terlibat adalah stafilokokus, streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob. 6 Neuropati otonom dapat menyebabkan disfungsi ereksi impotensi seksual pada 25 pasien pria dan disfungsi gastrointestinal serta infeksi saluran kemih. 36 Prevalensi disfungsi ereksi pada penyandang DM tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan masalah psikis. Upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol glukosa darah senormal mungkin dan memperbaiki faktor risiko disfungsi ereksi lain seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan hipertensi. 6

b. Komplikasi Makrovaskular

Komplikasi makrovaskular terutama terjadi akibat aterosklerosis pengerasan arteri. Komplikasi makrovaskular ikut berperan dan menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. Pada DM terjadi kerusakan pada lapisan sel endotel arteri dan dapat disebabkan secara langsung oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien DM. Akibat kerusakan tersebut, permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel-sel endotel akan mencetuskan reaksi imun dan inflamasi sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag, dan jaringan Universitas Sumatera Utara fibrosis. Sel-sel otot polos berproliferasi. Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak lapisan endotel arteri karena menimbulkan gaya yang merobek-robek sel-sel endotel. 17 Komplikasi makrovaskular akan mengakibatkan penyumbatan vaskular. Jika mengenai arteri-arteri perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermitten dan ganggren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardiun. 14 Pada penderita DM, risiko penyakit serebrovaskular meningkat dua kali lipat, penyakit jantung koroner meningkat tiga sampai lima kali lipat, dan penyakit pembuluh darah perifer meningkat 40 kali. 25 Risiko relatif penyakit kardiovaskular adalah dua sampai empat kali lipat lebih tinggi pada pria dan tiga sampai empat kali lebih tinggi pada wanita DM dari pada kelompok kontrol berusia sama. Makrovaskular merupakan penyebab utama kematian pada pasien DM tipe 2, mancakup 50 kematian pada kelompok ini. 16

2.7. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan penyakit degeneratif yang bersifat kronik dan disertai komplikasi akut maupun kronik. Pada sebagian penyandang DM, seringkali tidak menimbulkan gejala klinis, sehingga tidak menyadari dan berobat secara teratur sampai timbul komplikasi. Sayangnya bila komplikasi DM telah terjadi biasanya tidak dapat sembuh sempurna. Pengobatan DM dan penyembuhannya seringkali menjemukan. Walaupun penyandang DM telah berobat secara teratur, Universitas Sumatera Utara cepat atau lambat akan mengalami komplikasi kronik DM yang kadang-kadang menyebabkan dokter, perawat dan pasien putus asa. Atas dasar fakta di atas, saat ini terjadi perubahan paradigma berpikir dan para ahli DM, pencegahan komplikasi DM seyogianya dimulai dengan pencegahan primer DM. 28

2.7.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer berarti mencegah terjadinya Diabetes Mellitus. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa. Materi penyuluhan meliputi antara lain: a. Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai risiko DM dan mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan berat badan 5-10 dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2. b. Diet sehat. Diet sehat dapat dilakukan dengan mengatur jumlah asupan kalori agar tercapai berat badan yang ideal, mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks agar tidak menimbulkan puncak peak glukosa darah yang tinggi setelah makan dan juga makanan yang mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Universitas Sumatera Utara c. Latihan jasmani, latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan, dikerjakan sedikitnya selama 150 menitminggu dengan latihan aerobik sedang mencapai 50-70 denyut jantung maksimal, atau 90 menitminggu dengan latihan aerobik berat mencapai denyut jantung 70 maksimal. Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitasminggu d. Menghentikan merokok. Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2. 6

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. 6 Universitas Sumatera Utara

a. Penyuluhan

Berbagai penelitian menunjukkan kepatuhan pada pengobatan penyakit yang bersifat kronik, pada umumnya rendah. Untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut, penyuluhan atau edukasi bagi penyandang DM beserta keluarganya diperlukan. Penyuluhan diperlukan karena penyakit DM adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. 2 Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan. Materi edukasi pada tingkat awal meliputi pemahaman tentang: perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit DM dan risikonya, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis serta target pengobatan, interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain, mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit atau hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, pentingnya perawatan kaki, dan cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan. 6 Materi edukasi pada tingkat lanjut yaitu: mengenal dan mencegah penyulit akut DM, pengetahuan mengenai penyulit menahun DM, penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain, makan di luar rumah, hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM, dan pemeliharaanperawatan kaki. 6 Universitas Sumatera Utara

b. Pengobatan