12
adanya gangguan tersebut fungsi pendengaran menjadi terganggu, sehingga seseorang yang mengalami tunarungu akan mengalami
gangguanhambatan dalam
perkembangan bahasanya.
Pakar pendidikan anak tunarungu Daniel Ling dalam Edja Sadjaah, 2005: 1
mengemukakan bahwa ketunarunguan memberikan dampak inti yang diderita
oleh yang
bersangkutan yaitu
gangguanhambatan perkembangan
bahasa. Dampak
dari gangguanhambatan
perkembangan bahasa akan sangat mempengaruhi berbagai aspek yang lain seperti perkembangan inteligensi, perkembangan emosi-sosial,
perkembangan kepribadian dan komunikasi yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Klasifikasi ketunarunguan menurut Mohammad Efendi 2006: 23 sebagai berikut:
a. Sligh loses kehilangan kemampuan sebesar 20-30db.
b. Mild loses kehilangan kemampuan sebesar 30-40db. c. Moderate loses kehilangan kemampuan sebesar 40-60db.
d. Severe loses kehilangan kemampuan sebesar 60-75db. e. Profoundly loses kehilangan kemampuan lebih dari 75db.
13
3. Karakteristik Anak Tunarungu
a. Karakteristik dalam segi inteligensi Pada umumnya secara potensial anak tunarungu memiliki
inteligensi yang
normal atau
rata-rata. Namun
karena perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan
bahasa, keterbasan informasi dan kurangnya daya abstraksi pada anak tunarungu terhambat. Hal ini menyebabkan perkembangan
inteligensi anak tunarungu lebih rendah daripada anak mendengar. Rendahnya tingkat prestasi pada anak tunarungu bukan disebabkan
kemampuan intelektualnya yang rendah namun disbabkan karena inteligensinya tidak mampu berkembang dengan maksimal.
b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Bahasa dan bicara meruapakan suatu hasil dari proses
peniruan. Kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak mendengar. Menurut Permanarian Somad dan Tati
Hernawati 1996: 35 perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan
karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan pita suara. Setelah masa meraban perkembangan bahasa dan bicara
anak tunarungu terhenti. Hal inilah yang menyebabkan karakteristik anak tunarungu berbeda dengan anak normal pada
umumnya. Menurut Haenudin 2013: 67 tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri yang khas, yaitu sangat terbatas dalam