BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan pikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 2001:39.
Teori merupakan himpunan konstruk konsep, definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6. Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan
pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.1.1 Public Relations PR
Public relations PR menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial maupun non-komersial. Kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Sebenarnya, PR terdiri
dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. Setiap orang
pada dasarnya juga selalu mengalami PR, kecuali jika ia terisolasi dan tidak menjalin kontak dengan manusia lainnya.
Secara etimologis, public relations terdiri dari dua kata, yaitu public dan relations
. Public berarti publik dan relations berarti hubungan-hubungan. Jadi, public relations
berarti hubungan-hubungan dengan publik. Menurut British Institute of Public Relations
IPR Jefkins, 2004: 9, public relations PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara niat baik goodwill dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Sedangkan menurut Frank Jefkins Jefkins, 2004: 10, public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun
Universitas Sumatera Utara
keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Cultip dan Center dalam bukunya Effective Public Relations Suhandang, 2004: 45 mengemukakan defenisi public relations sebagai suatu kegiatan
komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi-komunikasi dan gagasan-gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya, serta pendapat dari publiknya itu kepada
lembaga tadi, dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan
masyarakatnya. Dari defenisi Cultip dan Center, tergambar adanya ciri khas dari public
relations , yaitu suatu kegiatan timbal balik antara lembaga dengan publiknya.
Tidak saja melakukan kegiatan kepada publik yang ada di luar lembaga, tetapi juga pihak publiknya melakukan kegiatan terhadap lembaga itu, sehingga
terjadilah suatu pengertian bersama dalam meraih kepentingan bersama. Dalam proses komunikasinya, public relations tidak hanya menyampaikan informasi,
tetapi juga menerima.
2.1.1.1 Fungsi dan Tugas Public Relations
Secara umum, public relations dapat diartikan sebagai “penyambung lidah” perusahaannya dalam hal mengadakan hubungan timbal balik dengan pihak
luar dan dalam perusahaan. Jadi, tidak hanya bertugas sebagai a channel of information
saluran informasi dari perusahaan kepada publiknya, melainkan juga merupakan saluran informasi dari publik kepada perusahaan. Informasi yang
datang dari publik merupakan opini publik sebagai umpan balik dari informasi yang diberikan oleh perusahaan. Demikian pula fungsi public relations sebagai a
source of information sumber informasi, tidak hanya bagi pihak luar saja,
melainkan juga merupakan sumber informasi bagi publik di dalam perusahaan, terutama bagi pimpinan perusahaan.
Dengan kedua fungsi utamanya itu, public relations tidak saja merupakan media komunikasi yang menyalurkan penerangan atau informasi kepada publik
luar dan publik dalam perusahaan, tetapi juga harus mendengar, mencium, merasakan, dan melihat opini publiknya itu. Tegasnya, public relations
Universitas Sumatera Utara
merupakan “jembatan” penghubung antara pimpinan perusahaan dengan publiknya. Jembatan penghubung yang menerjemahkan “bahasa” pimpinan
perusahaan ke dalam “bahasa” publik masyarakat dan sebaliknya, sehingga terjadi suatu pengertian yang dapat memperlancar jalannya perusahaan dalam hal
mencapai tujuannya di tengah-tengah masyarakat. Pada umumnya, tugas public relations dalam perusahaan Rumanti, 2002:
39 adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi
secara lisan, tertulis, melalui gambar visual kepada publik, agar publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan,
tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Disamping itu, menjalankan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat.
3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi, dan seterusnya.
Tetapi, terletak pada 1 bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan
perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi; 2 dapat dikatakan bahwa citra tersebut
merupakan gambaran komponen yang kompleks.
4. Tanggung jawab sosial. PR merupakan instrumen untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab
tersebut. Suatu organisasi mempunyai kewajiban dalam pelayanan sosial yang harus menjadi tanggung jawab.
5. Komunikasi. PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya.
Sementara Astrid S. Susanto mengutip pandapat Cutlip and Center Kusumastuti, 2004: 26 menyatakan tugas PR perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan barang jasa instansinya.
2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik.
3. Meningkatkan penjualan barang jasa.
Universitas Sumatera Utara
4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.
5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
6. Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan oleh konsumen.
Inti tugas public relations adalah sinkronisasi antara informasi dari perusahaan dengan reaksi dan tanggapan publik, sehingga mencapai suasana
akrab, saling mengerti, dan muncul suasana yang menyenangkan dalam interaksi perusahaan dengan publik. Persesuaian yang menciptakan hubungan harmonis
dimana satu sama lain saling memberi dan menerima hal-hal yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Pada dasarnya, bentuk-bentuk kegiatan public
relations atau relasi yang dibangun, dijaga, dan dikembangkan melalui kegiatan
public relations adalah relasi dengan para stakeholder organisasi. Pada umumnya,
relasi yang dibangun tersebut adalah sebagai berikut. 1. Internal Relations
a. Employee Relations b. Shareholder Relations
2. External Realtions a. Community Relations
b. Media Press Relations c. Government Relations
d. Special Groups Relations e. Suppliers Relations
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Tujuan Public Relations
Public relations PR merupakan fungsi manajemen dan dalam struktur
organisasi PR merupakan salah satu bagian atau divisi dari organisasi ataupun perusahaan. Karena itu, tujuan dari PR sebagai bagian struktural organisasi tidak
terlepas dari tujuan organisasi itu sendiri. Inilah yang oleh Oxley Iriantara, 2004:57 disebut sebagai salah satu prinsip public relations, yang menyatakan
‘Tujuan public relations jelas dan mutlak memberi sumbangan pada objektif oraganisasi secara keseluruhan”. Oxley menyatakan tujuan public relations itu
sendiri adalah mengupayakan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan publiknya.
Secara lebih rinci, Lesly dalam Iriantara, 2004: 57 menyusun semacam daftar objektif kegiatan PR, diantaranya:
1. Prestise atau “citra yang favourable” dan segenap faedahnya 2. Promosi produk atau jasa
3. Mendeteksi dan mengahadapi isu dan peluang 4. Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan publiknya
5. Good will karyawan atau anggota organisasi 6. Good will para stakeholder dan konstituen
7. Mengatasi kesalahpahaman dan prasangka 8. Merumuskan dan membuat pedoman kebijakan
9. Mencegah dan memberi solusi perubahan 10. Mengayomi good will komunitas tempat organisasi jadi bagiannya
11. Mencegah serangan 12. Good will para pemasok
13. Good will pemerintah 14. Good will bagian lain dari industri
15. Good will para dealer dan menarik dealer lain 16. Kemampuan untuk mendapatkan personel terbaik
17. Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa 18. Pendidikan publik untuk satu titik pandang
19. Good will para customer atau para pendukung 20. Investigasi sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan
21. Menaungi viabilitas masyarakat tempat organisasi berfungsi 22. Mengarahkan perubahan
Tujuan kegiatan PR tersebut, pada gilirannya akan memberi manfaat terhadap organisasi. Prestise atau citra yang baik, misalnya akan memberi manfaat
yang sangat besar bagi organisasi, bahkan citra dan reputasi ini sering disebut sebagai aset terbesar perusahaan. Karena itu, reputasi mendapat perhatian yang
sangat besar, dan manajemen reputasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan
Universitas Sumatera Utara
PR yang penting. Untuk mempertahankan bahkan meningkatkan citra dan reputasi organisasi atau perusahaan dapat dilakukan salah satunya dengan melaksanakan
program Corporate Social Responsibility CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan dalam rangkaian kegiatan public relations.
2.1.1.3 Komunikasi dan Public Relations
Berkomunikasi yang baik dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Komunikasi dua arah yang efektif harus dipandang sebagai satu-
satunya alat manajemen PR yang dimanfaatkan dalam mengembangkan organisasi. Bagi PR, umpan balik lewat opini publik yang diciptakan akan
membawa perbaikan, perubahan, dan perkembangan sebagai efeknya. Cara yang paling bernilai dan bermanfaat adalah adanya sikap terbuka untuk menerima
umpan balik melalui pemantauan pihak-pihak yang terkait. Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau
sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Komunikasi yang efektif adalah penerimaan pesan oleh komunikan
receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator sender, kemudian komunikan memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila mencakup lima kriteria, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan
tindakan Mulyana, 1996: 22. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, Wilbur Schramm Effendy,
2000: 41 menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success in communication
”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Bagi PR, dalam melaksanakan fungsi dan kegiatannya berpusat pada komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang besar dalam public relations
Rumanti, 2002: 86, diantaranya: 1. Komunikasi dalam PR merupakan titik sentral.
2. Dalam setiap proses komunikasi, hubungan kemanusiaan merupakan proses yang menyangkut kepribadian, sikap, dan tingkah laku yang terjadi
pada orang-orang yang terlibat.
3. PR dalam fungsinya melaksanakan komunikasi persuasif dua arah disemua bidang kegiatan dengan maksud memberi motivasi kerja, bertanggung
jawab, dan produktif.
4. Atas dasar pengertian tersebut, terlihat bahwa komunikasi timbal balik dalam PR merupakan proses integrasi antarmanusia, bukan hanya
hubungan antarmanusia human relations saja.
Menurut James E. Grunig dalam Ruslan, 2003: 103, dalam perkembangan public relations dalam konsep dan praktik dalam proses
komunikasi terdapat empat model four typical ways of conceptual and practicing communication
, yaitu: Model Publicit or Press Agentry
Model Public Information Model Two Way Asymmetrical
Model Two Way Symmetrical
Universitas Sumatera Utara
Dalam program CSR PGN “Nikah Massal” ini, model komunikasi public relations
yang digunakan adalah model two way asymmetrical. Pada model komunikasi ini, PR melakukan kampanye melalui komunikasi dua arah, dan
penyampaian pesan-pesan berdasarkan hasil riset serta strategi komunikasi persuasive publik secara alamiah scientific persuasive. Unsur kebenaran
informasi diperhatikan untuk membujuk publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka sesuai harapan perusahaan. Dalam model ini, masalah ‘feedback’ dan
‘feedforward’ dari pihak publik diperhatikan, serta berkaitan dengan informasi mengenai khalayak diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi, maka,
kekuatan membangun hubungan relationship dan pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh si pengirim sources Ruslan, 2003: 104.
Gambar 2.1 Komunikasi
Public Relations
Communication with persuasive aim Two Way Communication
Feedback from or feedfoward about Receiver public
Inilah yang dimaksud dengan komunikasi dalam PR yang selalu merupakan komunikasi timbal balik demi kepentingan semua pihak.
2.1.2 Corporate Social Responsibility CSR
Sebagai sebuah konsep yang makin populer, Corporate Social Responsibility
CSR ternyata belum memiliki defenisi yang tunggal. Dari sisi etimologis, CSR kerap diterjemahkan sebagai “Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan”. Ada banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan tanggung
jawab sosial perusahaan. Ada yang menyebutnya tanggung jawab korporat, ada juga yang menyebut dengan kewarganegaraan korporat corporate citizenship,
ada yang menamakannya juga corporate community relationship, atau juga yang menyebutnya organisasi berkelanjutan. Selain itu, juga ada yang menyebutnya
Receiver Publik
Sources Organizat
ion
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha
tansodus.
The World Business Council for Sustainable Development WBCSD
dalam publikasinya Making Good Business Sense Wibisono, 2007: 7 mendefenisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen
dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas, sedangkan menurut Chambers
et.al. Iriantara, 2004: 49 tanggung jawab sosial perusahaan adalah melakukan tindakan sosial termasuk lingkungan hidup lebih dari batas-batas yang dituntut
peraturan perundang-undangan. Secara singkat, CSR dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat sukarela. CSR adalah konsep
yang mendorong organisasi untuk memiliki tanggung jawab sosial secara seimbang kepada pelanggan, karyawan, masyarakat, lingkungan, dan seluruh
stakeholder . Sedangkan program charity dan community development merupakan
bagian dari pelaksanaan CSR. Lebih jauh lagi, CSR dapat dimaknai sebagai komitmen dalam
menjalankan bisnis dengan memperhatikan aspek sosial, norma-norma dan etika yang berlaku, bukan saja pada lingkungan sekitar, tetapi juga pada lingkup
internal dan eksternal yang lebih luas. Tidak hanya itu, CSR dalam jangka panjang memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan. Setidaknya, ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus
merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya Wibisono, 2007: 71. Pertama, perusahaan adalah bagian dari
masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya
memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan keuntungan dari masyarakat, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga , kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam
atau bahkan menghindari konflik sosial. Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor Wibisono, 2007: 71. Pertama, terkait dengan komitmen pimpinannya. Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial,
jangan diharap akan memperdulikan aktivitas sosial. Kedua, menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai
potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Ketiga
, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan
perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang
diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Philip Kotler, dalam buku CSR “Doing The Most Good for Your Company and Your Cause
” Marketing 11, November, 2007, hlm. 39, mengatakan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. CSR
dapat membangun positioning merek, mendongkrak penjulaan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional,
serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. Dalam konteks public relations
PR, tanggung jawab sosial korporat diimpelementasikan dalam program dan kegiatan community relations atau bisa juga dikatakan community
relations merupakan bentuk tanggung jawab sosial korporat. CSR merujuk pada
semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder
, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, investor, pemerintah, supplier, bahkan juga kompetitor. CSR merupakan jembatan
untuk menghubungkan antara masyarakat yang meragukan komitmen perusahaan ke masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Makin banyak perusahaan menganggap
bahwa tanggung jawab sosial tidak hanya benar secara moral, tapi juga dapat menimbulkan kepekaan bisnis yang baik. Ada 4 kekuatan yang mempengaruhi
tanggung jawab sosial, yaitu pelanggan, iklim investasi, masyarakat sipil, dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kerja. Keempatnya bisa menjadi tekanan bagi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial kepada lingkungan.
Konsep CSR belakangan memang semakin atraktif. Banyak perusahaan antusias menjalankan karena janjinya yang wah. Tursiana Setyohapsari, seorang
konsultan PR Mix 16, Oktober, 2006, hlm. 25 mengatakan program CSR bukan sekedar aksi-aksi giving dan charity belaka. Namun, ada lima kriteria penting
dalam melaksanakan program CSR saat ini. Pertama, sustainable empowerment. Perusahaan harus mampu melaksanakan program CSR yang bersifat
empowerment , yang bertujuan memberdayakan beneficiary self-reliant secara
ekonomis maupun sosial. Kedua
, strategic alliance dengan organisasi nirlaba. Kemitraan adalah faktor penting dalam membangun objektivitas visi dan misi sebuah program CSR.
Selain itu, kemitraan dengan pihak ketiga yang independent dan kredibel hampir pasti akan diinterpretasikan oleh publik sebagai endorsement. Ketiga, employee
participation . Sabuah program CSR yang berhasil menggalang partisipasi aktif
karyawan perusahaan yang bersangkutan adalah program CSR yang bisa dibilang berhasil. Program CSR yang powerful adalah yang sense of belonging-nya sangat
kuat tidak hanya pada pimpinan perusahaan, tapi juga seluruh karyawan. Keempat
, sebuah program CSR yang mampu membangun buffer sosial dan politik bagi perusahaan. Apabila perusahaan bergerak di sektor ekstraktif
yang rentan terhadap timbulnya masalah lingkungan, yang perlu diupayakan adalah memiliki sebuah program CSR yang berhubungan dengan nature
preservation . Kelima, yang sangat penting dari perspektif public relation PR
adalah high profile. Sebuah program CSR yang kuat adalah yang stand out, yang mudah dilihat, didengar, dan diingat orang. Untuk bisa menjadi high profile, tidak
hanya memperhatikan skala kegiatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari sebuah program CSR, tetapi juga strategi PR yang mendukung program tersebut.
Dalam kaca mata Godo Tjahyono Marketing, November, 2007, hlm. 39, CSR mempunyai beberapa manfaat yang dapat dikategorikan ke dalam empat
aspek, yaitu license to operate yang berkaitan dengan kepatuhan pada aturan standar kesehatan dan keselamatan, sumber daya manusia yang berkaitan dengan
rekrutmen, retensi, dan produktivitas karyawan. Dari sisi marketing, CSR juga
Universitas Sumatera Utara
bisa menjadi bagian dari brand differentiation yang mengandung unsur integritas, nilai etika, bahkan inovasi. Selain itu, CSR juga dapat digunakan sebagai
marketing tools yang sangat ampuh, meskipun masih pada level core business
perusahaan dan belum sampai pada level produk. Prince of Wales International Business Forum
Wibisono, 2007: 119 mengusung lima pilar dalam lingkup penerapan CSR. Pertama, upaya perusahaan
untuk menggalang dukungan SDM, baik internal karyawan maupun eksternal masyarakat sekitar. Caranya adalah dengan melakukan pengembangan dan
memberikan kesejahteraan kepada mereka. Istilahnya, building human capital. Kedua
, memberdayakan ekonomi komunitas. Istilahnya, strengthening economies. Ketiga
, menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi konflik. Istilahnya, assessing social cohesion. Keempat, mengimplementasikan tata kelola
yang baik. Istilahnya, encouraging good corporate governance. Kelima, memperhatikan kelestarian lingkungan. Istilahnya, protecting the environment.
Perusahaan yang menjalankan program Corporate Social Responsibility CSR dengan sepenuh hati akan memperoleh sejumlah manfaat Wibisono, 2007:
78 sebagai berikut: 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan
2. Layak mendapatkan social license to operate 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
4. Melebarkan akses sumber daya 5. Membentangkan akses menuju market
6. Mereduksi biaya 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Citra
Menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan merupakan tujuan utama bagi seorang public relations PR. Citra merupakan suatu penilaian yang
sifatnya abstrak yang hanya bisa dirasakan oleh perusahaan dan pihak-pihak yang terkait. Citra yang ideal merupakan impresi yang benar, yang sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.
Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi yang sangat memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra
yang menguntungkan bagi suatu perusahaan tidak hanya melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik yang negatif. Dengan perkataan lain, citra
perusahaan adalah fragile commodity komoditas yang rapuh mudah pecah. Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang
positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang. Bill Canton dalam Sukatendel Soemirat dan Ardianto, 2004: 111
mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau
organisasi. Jadi, menurut Sukatendel citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari
suatu perusahaan atau organisasi. Dalam buku Essential of Public Relations, Jefkins Soemirat dan Ardianto,
2004: 111 menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi Soemirat dan Ardianto, 2004: 111 menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang
realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut realitas. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang.
Ada beberapa jenis citra image Jefkins, 2004: 20, yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Citra bayangan mirror image, merupakan citra yang dianut oleh orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai pandangan pihak luar
terhadap organisasinya. b. Citra yang berlaku current image, yaitu citra atau pandangan yang dianut
oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. c. Citra yang diharapkan wish image, yaitu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen. Biasanya lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
d. Citra perusahaan corporate image, yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra akan produk dan pelayanan yang
diberikan. e. Citra majemuk multiple image, yaitu citra yang beraneka ragam banyak
yang hampir sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimiliki oleh organisasi perusahaan.
Citra perusahaan dapat dilihat, antara lain dari riwayat perusahaan, keberhasilan di bidang keuangan, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai
pencipta lapangan kerja, dan tanggung jawab sosialnya. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terangkum dalam kegiatan Corporate Social Responsibility
CSR, seperti yang dilakukan oleh PT.PGN dengan menyelenggarakan program Corporate Social Responsibility
CSR “Nikah Massal”. Program CSR yang dilaksanakan dengan baik dan berhasil akan berdampak positif terhadap citra
perusahaan maupun produknya. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek, dapat diketahui
dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat Soemirat dan Ardianto, 2004: 115, menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi
kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra
terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu,
Universitas Sumatera Utara
tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoene Soemirat dan
Ardianto, 2004: 115, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen sebagai berikut:
Gambar 2.2 Model Pembentukan Citra
pengalaman mengenai stimulus
Stimulus Respon
Rangsang Perilaku
Rangsang
Public relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam
model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri
digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan
mempengaruhi respons. Stimulus rangsang yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Empat komponen perspsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan
sebagai citra individu terhadap rangsang. Walter Lipman menyebut ini sebagai “picture in our head”.
Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti
tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap
unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata Kognisi
Persepsi Sikap
Motivasi
Universitas Sumatera Utara
lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang tersebut. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi
individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.
Kognisi
yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut,
sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap yang ada akan
menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
suatu tujuan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,
berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus
pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluative, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap juga dapat diperteguh atau diubah. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu. Berikut ini adalah bagan dari orientasi public relations, yakni image
building membangun citra, dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam public
relations Soemirat dan Ardianto, 2004: 118.
Gambar 2.3 Orientasi
Public Relations
Sumber
Komunikato
r Pesan
Komunika
n Efek
Perusahaan Lembaga
Organisasi
Bidang Divisi
Publik Relations
Kegiatan- kegiatan
Publik- publik PR
Citra publik
terhadap perusahaan
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 CSR “Nikah Massal”
Sebagai perusahaan yang tengah bertransformasi, PGN juga memiliki kebutuhan yang besar akan manajemen komunikasi organisasi. Bagaimana tidak,
begitu banyak perubahan yang harus dilakukan perusahaan dalam kurun waktu relatif singkat. Mulai dari visi, misi, budaya perusahaan, hingga yang paling
krusial terlihat adalah pergantian logo sebagai identitas perusahaan. Proses transformasi dan perubahan identitas perusahaan tersebut tentunya harus
dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh stakeholders. Terlebih, PGN memiliki peta stakeholders yang sangat beragam. Bila perusahaan tidak
melakukan sosialisasi secara optimal, akan beresiko terbentuk kesalahan persepsi yang berdampak negatif pada kelancaran operasional perusahaan. Misalnya saja,
muncul kegelisahan karyawan terhadap nasibnya di masa mendatang, keraguan supplier akan kelancaran operasional bisnis, hingga berbagai pertanyaan dari
kalangan investor, media, maupun masyarakat. Dalam transformasi kearah yang lebih baik tentunya pihak PGN juga
melakukan kegiatan amal yang merupakan bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan ini kepada masyarakat. Salah satu kegiatan CSR yang rutin
dilaksanakan oleh PT.PGN SBU III ini adalah “Nikah Massal”. Ada puluhan pasang pengantin yang mengikuti prosesi nikah massal yang diadakan oleh PGN
SBU III ini. Tentunya melalui kegiatan ini PGN SBU III ingin lebih maju dalam memberikan dan mengayomi warga masyarakat di Medan. Peserta nikah massal
ini terdiri dari pasangan yang sudah menikah secara agama, tapi secara administrasi negara mereka belum tercatat, dengan adanya akta nikah, maka anak-
anak mereka pun bisa dibuatkan akta kelahiran. Ada juga pasangan suami istri yang memang akan melangsungkan pernikahan pertama mereka dan terkendala
biaya. Kegiatan CSR Nikah massal ini tentunya diharapakan dapat membantu warga masyarakat dalam penciptaan sebuah legalitas rumah tangga melalui
pencatatan yang sah guna memperoleh akte lahir anak-anak mereka nantinya.
2.2 Kerangka Konsep