5.2 Pembahasan
Pasien lama dan pasien baru PJB pada anak yang dirawat dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2013 berjumlah 274 orang, dimana didapatkan prevalensi
kasus ini sebesar 5,1. Pasien perempuan lebih banyak yaitu 144 orang 52,6 dibandingkan laki-laki yang berjumlah 130 orang 47,4. Hasil ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marelli,et al. 2007 di Kanada yang melaporkan kejadian PJB pada anak lebih banyak terjadi pada perempuan 52.
Dari 274 sampel, didapatkan rata-rata umur pasien PJB pada anak adalah 57 bulan dimana pasien PJB umur60 bulan merupakan kelompok umur dengan
jumlah sampel terbanyak yaitu 106 orang 38,7. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah, et al. 2006 di BP Koirala Institute of Health Sciences
Nepal yang mendapatkan kejadian PJB lebih banyak terjadi pada usia 1 bulan-1 tahun 46,4. Di negara maju, pasien PJB telah dapat dideteksi ketika bayi
bahkan neonatus sedangkan di negara berkembang masih banyak yang dibawa berobat setelah anak besar karena alasan biaya maupun karena fasilitas dan
kemampuan untuk menetapkan diagnosis spesifik yang masih kurang Sastroasmoro Madiyono, 1994.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa status gizi pasien PJB pada anak yang paling sering adalah gizi kurang sebanyak 93 orang 33,9. Hasil ini tidak
jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumala 2012 di Semarang yang mendapatkan bahwa status gizi pasien PJB pada anak yang paling sering
adalah gizi kurang 54,7. Anak dengan PJB biasanya mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dan pencapaian berat badan yang tidak baik. Faktor yang
mempengaruhi kurangnya pemasukan kalori pada pasien PJB kemungkinan karena sesak napas, nafsu makan yang berkurang, kelelahan, infeksi saluran
napas, anoreksia, asidosis ataupun karena ketidakmampuan tubuh menggunakan nutrisi untuk pertumbuhan Maramis, et al., 2014.
PJB diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu PJB nonsianotik dan PJB sianotik. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien PJB nonsianotik lebih
banyak dibandingkan dengan PJB sianotik yaitu 72,3: 27,7 198 orang: 76 orang. 5 prevalensi tertinggi PJB berturut-turut ditempati oleh DSV, DSA, TF,
DAP, dan TAB yaitu sebanyak 28,1, 22,6, 23, 21,5, dan 3,6. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto 2012 di padang,
dimana sampel PJB nonsianotik lebih banyak dibandingkan dengan PJB sianotik yaitu 64,6: 34,3, prevalensi tertinggi berturut-turut ditempati oleh DSV, DSA,
DAP, TF, dan TAB yaitu sebanyak 35, 35, 33, 15, 8. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa jumlah pasien PJB sianotik lebih sedikit
dibandingkan dengan pasien PJB nonsianotik, dimana DSV merupakan PJB yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 30 dari semua jenis PJB Soeroso
Sastrosoebroto, 1994. Pada pasien DSA, TF, dan DAP, perempuan lebih banyak sedangkan pada
pasien DSV, TAB dan AP, laki-laki lebih banyak. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Rahayuningsih 2013 yang mendapatkan bahwa laki-laki lebih
banyak pada TAB. Penelitian Krovetz et al. 1962 mendapatkan bahwa pasien DAP paling banyak adalah perempuan. Berdasarkan jenis PJB, maka DSV, DSA,
DAP, AVCD lebih sering dijumpai pada anak perempuan, sedangkan TAB, koartasio aorta lebih sering dijumpai pada anak laki-laki Hariyanto, 2012.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien DSV dan PDA paling banyak berusia 13-60 bulan yaitu 27 orang 9,8 dan 23 orang 8,3 . Pada DSA dan
TF, pasien paling banyak berusia lebih dari 60 bulan yaitu 33 orang 12 dan 25 orang 9,1. Pada TAB, pasien paling banyak berusia 2-12 bulan yaitu 5 orang
6,5 sedangkan pada AP dijumpai jumlah yang sama pada kelompok usia 0-11 bulan, 2-12 bulan, dan lebih dari 60 bulan yaitu sebanyak 1 orang 0,4.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Krovetz,et al. 1962 yang mendapatkan bahwa pasien PDA paling banyak berusia 11 bulan. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menuliskan bahwa sebagian besar pasien TF didapatkan diatas 60 bulan dan prevalensinya menurun setelah umur 10 tahun Prasodo,
1994. Pada penelitian ini didapatkan bahwa status gizi pasien DSV dan DSA
paling banyak adalah gizi buruk sedangkan pasien PDA, TF, dan AP, status gizi paling banyak adalah gizi kurang. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kumala 2012 yang melaporkan bahwa status gizi PJB