16 umum tertentu yang terdapat di jalanan” kecuali berkaitan dengan fakta yang
sering kita gunakan ketika merujuk pada suatu binatang. Martinet, 2010: 79.
1.6.2.2 Maksud
Maksud merupakan suatu gejala luar ujaran, selain informasi. Informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar ujaran. Hanya bedanya kalau informasi
itu merupakan sesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yang
berbicara, atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dinaksudkannya tidak
sama dengan maksud lahiriah ujaran itu sendiri Chaer, 1990:35-36.
I.7 Metode Penelitian
Penelitian mengenai umpatan dalam tuturan berbahasa Indonesia di masyarakat Sumba Barat ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu i Pengumpulan
data, ii Analisis Data, dan iii Penyajian Hasil Analisis Data.
1.7.1 Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah umpatan. Objek ini berada dalam data berupa tuturan. Data yang dikumpulkan adalah umpatan yang sering digunakan oleh
masyarakat Sumba Barat dalam bertutur. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yakni sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis
berupa Kamus Bahasa Daerah Sumba Barat, dan sumber lisan berasal dari beberapa penutur langsung bahasa Sumba Barat, yaitu Bapak Andreas Nono 54,
17 Saudara Deristo Bili 29, Saudara Arianti Anita Umbu 22, Saudara Tanta
Rambu Hara 22, dan Saudara Angela Kula 22. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode simak. Metode simak
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Bahasa yang disimak dalam metode ini tidak hanya berkaitan
dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis Mahsun, 2005: 92. Metode simak yang digunakan dalam penelitian ini
ada dua, yakni metode simak berpartisipasi dan metode simak tidak berpartisipasi. Metode simak berpartisipasi adalah pengumpulan data dengan ikut terlibat atau
berpartisipasi sambil menyimak, entah secara aktif atau reseptif, dalam pembicaraan Kesuma, 2007: 44. Sedangkan metode simak tidak berpartisipasi
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Dalam teknik ini, peneliti
tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data. Data yang disimak dengan teknik ini dapat berupa data dari sumber
lisan dan sumber tertulis Kesuma, 2007: 44. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara masuk ke dalam keseharian masyarakat Sumba Barat dan
mengamati umpatan-umpatan yang sering mereka gunakan. Selain itu, penulis juga mengamati dan meneliti umpatan-umpatan yang sering digunakan oleh
mahasiswa Sumba Barat yang tinggal di Jogjakarta.
1.7.2 Analisis Data
Pada tahap analisis data, data dianalisis menggunakan metode padan. Metode padan disebut juga metode identitas, adalah metode analisis data yang
18 digunakan untuk menentukan kejatian atau identitas objek penelitian Kesuma,
2007: 47. Alat penentu data dalam metode ini berada di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa langue. Metode padan yang digunakan adalah
metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Metode ini
digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk Kesuma, 2007: 48.
Contoh penerapan metode padan referensial sebagai berikut. 1
Luhan memanggil Kris. Kalimat 1 di atas dapat dipilah menjadi tiga konstituen, yaitu Luhan,
memanggil, dan Kris. Ketiga konstituen itu memiliki identitas masing-masing. Identitas Luhan adalah ‘pelaku’, memanggil adalah ‘perbuatan’, dan Kris adalah
‘penerima perbuatan’. Penentuan tersebut merupakanpenentuan identitas menurut metode padan referensial.
Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi satuan
kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara Kesuma,
2007: 49. Contoh penerapan metode padan pragmatis sebagai berikut.
2 Kai, tolong buatkan minum untuk adikmu
Contoh 2 di atas merupakan kalimat perintah. Penentuan tersebut dilakukan menurut jalur kerja metode padan pragmatis, yaitu contoh 2 ditentukan sebagai
19 kalimat perintah karena bila dituturkan, mengakibatkan mitra tutur, yaitu Kai,
melakukan tindakan membuatkan minum untuk adik, sehingga muncul reaksi seperti dalam 2a atau menolak untuk membuatkan minum untuk adik, seperti
reaksi dalam 2b. 2a Iya, akan kubuatkan.
2b Aku sedang malas. Suruh saja orang lain yang membuatnya.
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data