Pembantu Rumah Tangga Jasa Perseorangan dan Rumah Tangga

adalah berlatih menjahit pada sisa kain sampai jahitannya bisa lurus. Setelah merasa cukup terampil, ia pun sedikit-sedikit mulai membantu pekerjaan suaminya menjahit. Dalam hal keterampilan membuat pola, Lia baru melalukannya setelah merasa benar-benar mahir menjahit. Ongkos jahit tiap model pakaian berbeda. Jika modelnya hanya kemeja atau rok biasa, ongkosnya Rp40.000,00. Namun, jika model pakaian yang dijahitnya banyak variasi, ongkosnya bisa sampai Rp60.000 – Rp100.000,00. Jika dirata-rata, penghasilan menjahit Lia kira-kira Rp100.000,00 per hari. Penghasilan itu kotor karena sebagian disisihkan untuk membayar biaya sewa tempat, listrik, dan ongkos transportasi. Kebetulan rumah tinggal Lia yang terletak di dekat Pasar Induk Caringin, Bandung, terbilang jauh jaraknya dari tempat ia menjalankan profesinya, yaitu di Jalan Caringin, kawasan Jatinangor, Sumedang. Lia dan suaminya termasuk beruntung karena masih sering didatangi pelanggan setianya, dan karena itu pula ia masih bisa mempertahankan nafkah keluarganya. Berlawanan dengan nasibnya, banyak tukang jahit yang terpaksa berhenti dari pekerjaannya karena ditinggalkan para pelanggannya yang kini lebih suka membeli pakaian jadi dari toko atau toserba. Selain karena bermerek terkenal, pakaian yang mereka beli pun mereka anggap jauh lebih bagus baik model maupun kualitas jahitannya.

3.8.4 Pembantu Rumah Tangga

Keberadaan pembantu rumah tangga sangat dibutuhkan oleh perempuan yang beraktivitas di luar rumah, misalnya saja yang bekerja di sektor formal. Para perempuan karier ini membutuhkan jasa seseorang untuk menangani pekerjaan rumah tangga.. Pekerjaan membantu rumah tangga umumnya digeluti oleh kaum perempuan juga. Mereka menjadi pembantu rumah tangga karena ingin membantu suami yang penghasilannya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya Enti. Perempuan berusia 35 tahun ini bersuamikan seorang pekerja penarik sampah di sebuah kompleks perumahan. Jika mengandalkan gaji suaminya, Enti tidak sanggup mengatur kebutuhan kebutuhan rumah tangga serta menyekolahkan kedua anak. Pekerjaan Enti sebenarnya tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya setiap bulan Rp600.000,00. Dia mulai bekerja pukul 07.00 dan selesai pukul 17.00 dengan jenis pekerjaan yang beragam, yaitu mencuci baju, membereskan rumah, memasak, menyetrika, dan mengantar-jemput anak majikannya ke sekolah. Namun, pekerjaan ini tetap dilakukannya karena faktor kebutuhan. Gambar 31 PEMBANTU RUMAH TANGGA DAN ANAK MAJIKAN DI CIKERUH - JATINANGOR Sumber: Dokumentasi Penelitian, 04 Juli 2012 Realitas yang dialami Enti sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hikmawan 2012: 2-3. Menurutnya, persoalan umum sehari-hari yang banyak dihadapi pembantu rumah tangga adalah beban dan jam kerja yang nyaris tidak ada batasnya, upah yang terkadang tidak sesuai, fasilitas yang kurang, istirahat dan libur yang tidak tentu, tidak adanya jaminan sosial, serta terbatasnya waktu bagi pembantu rumah tangga untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal seperti itu hampir tidak pernah dianggap sebagai persoalan. Padahal, jika dikaji lebih mendalam, persoalan itu dapat menimbulkan tekanan psikis bagi pembantu rumah tangga, apalagi jika mereka masih berusia di bawah umur atau remaja. Dari realitas yang ada, setidaknya ada tiga faktor utama yang melatarbelakangi kehadiran pembantu rumah tangga di bawah umur dan remaja. Pertama, kemiskinan yang menyebabkan anak-anak harus putus sekolah. Banyaknya waktu luang anak akibat putus sekolah serta memburuknya ekonomi keluarga memperbesar peluang orang tua untuk mendesak anaknya bekerja. Pilihan menjadi pembantu rumah tangga lebih didasarkan pada minimnya kemampuan kerja mereka. Sementara itu, untuk menjadi pembantu rumah tangga tidak ada tuntutan untuk berpendidikan tinggi serta harus menempuh prosedur yang berbelit. Pekerjaan pembantu rumah tangga hanya memerlukan keterampilan rumah tangga. Kedua, menyempitnya lapangan pekerjaan di desa akibat masuknya pengaruh teknologi. Akibatnya, banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh perempuan desa diambil oleh mesin. Padahal, kini desakan ekonomi kian terasa sehingga mereka terpaksa mencari pekerjaan yang lebih sederhana. Namun, ketiadaan keterampilan dan rendahnya tingkat pendidikan membuat lapangan kerja mereka sangat terbatas. Karena itu, yang paling memungkinkan di antaranya adalah menjadi pembantu rumah tangga. Ketiga, adanya kebutuhan tenaga kerja di sektor domestik. Hal itu mengakibatkan semakin banyaknya perempuan dari kalangan menengah- atas yang memasuki sektor publik. Dengan demikian, tanggung jawabnya atas pekerjaan rumah tangga akan dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga. Bagi pembantu rumah tangga di bawah umum atau remaja yang pengetahuannya sangat minim dan belum memiliki pengalaman, upah yang minim pun akan tetap diterima. Kondisi yang memprihatinkan ini besar kemungkinan akan menyebabkan pilihan profesi sebagai pembantu rumah tangga terus dilakukan hingga dewasa. Menurut Togi www.kemsos.go.id bahwa meningkatnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi, mengindikasikan peningkatan secara kuantitatif, dimana jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah semakin banyak, walaupun angka statistiknya belum dapat disebut secara pasti. Sementara pada sisi lain, ada peningkatan dalam “jumlah bidang pekerjaan” yang semula didominasi oleh laki-laki secara berangsur dimasuki bahkan didominasi oleh perempuan, walau secara kualitatif hal itu terjadi pada pekerja kasar sebagaimana yang dialami oleh TKW. Sebagai sebuah realita sosial, kehadiran TKW banyak mendapat pujian sehubungan dengan prestasinya dalam bidang ekonomi dengan sumbangan yang besar, sehingga TKW diberikan predikat sebagai pahlawan devisa bagi negara. Pengiriman TKW telah dilakukan oleh negara Indonesia sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Ada dua faktor yang menjadi penyebab terjadinya migrasi TKW ke luar negeri. Disamping faktor penarik yang ada di luar negeri berupa upah yang lebih tinggi maka faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendorong yang ada di dalam negri, seperti belum terpenuhinya salah satu hak dasar warga negara yang paling penting yaitu pekerjaan. TKW disalurkan ke negara-negara kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab Saudi, Jordania, dan Qatar. Sisanya ditempatkan di kawasan Asia Pasifik seperti Malaysia, Singapora, Hongkong, Korea Selatan, dan Taiwan www.digilib.petra.ac.id

3.8.5 Tukang Bangunan