2006.Sedangkan petani yang menyatakan perubahan iklim terjadi lebih dari 10 tahun mengacu pada informasi yang mereka terima dari media televisi.
4.4.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian di Desa Cibodas.
Tabel 4.15 menunjukan pengetahuan petani mengenai dampak perubahan iklim terhadap pertanian. Seluruh petani menyatakan perubahan iklim berdampak
pada penurunan kualitas dan kuantitas panen, memicu meningkatkan serangan organisme pengganggu tanaman OPT, sedangkan petani yang menyatakan
bahwa perubahan iklim berdampak pada ketersediaan air sebanyak 90 dan petani yang menyatakan perubahan iklim dapat berdampak pada kegagalan panen
ada sebanyak 81.
Tabel 4.15 Pendapat petani mengenai dampak perubahan iklim terhadap pertanian
Informasi dampak perubahan iklim Persentase
Total N ya
tidak
Memicu peningkatan serangan OPT 100
100 Memepengaruhi ketersediaan air
90 10
100 Menurunkan kualitas dan kuantitas panen
100 100
Menyebabkan kegagalan panen 81
19 100
Sumber: Data primer, diolah 2012
Perubahan iklim berdampak terhadap produktivitas pertanian, seluruh
petani 100 menjadi kesulitan dalam memprediksi hasil panen, karena banyak faktor yang menjadi penghambat keberhasilan panen. Penurunan kualitas dan
kuantitas hasil panen dan bahkan pengalaman gagal panen sudah pernah dirasakan oleh petani di Desa Cibodas. Pengalaman tersebut menjadi lebih sering dirasakan
dengan adanya perubahan iklim yang dirasakan petani terutama pada 3-4 tahun terakhir ini 53 petani.
Perubahan iklim berdampak pada ketersediaan air Surmaini, 2010, dan memicu ledakan serangan hama dan penyakit Wiyono, 2009. Pada tahun 2006
terjadi kemarau yang ekstrim yaitu selama 7 bulan, sehingga 30 petani menyatakan mengalami pengalaman penurunan kualitas dan kuantitas panen
hingga gagal panen, kerana faktor kesulitan mendapatkan air untuk penyiraman dan kesulitan memberantas hama yang menyerang tanaman sayuran seperti hama
thrips pada tanaman cabe. Peristiwa kemarau panjang pada tahun 2006 sangat berdampak pada pertanian di Desa Cibodas, meskipun tidak sampai mengalami
kekeringan parah tetapi petani merasakan adanya perubahan ketersediaan air baik pasokan air dari air konsumen
5
Desa Cibodas, sumur bahkan debit air di sungai pun berkurang.
Selain itu, petani juga menyatakan mengalami kerugian karena serangan penyakit cendawan ketika terjadi hujan ekstim pada tahun 2008 hingga
sepanjang tahun 2010. Pada tahun 2008-2010, 53 petani menyatakan bahwa mereka mengalami pengalaman penurunan kualitas dan kuantitas tanaman karena
rusak akibat pukulan air hujan terutama pada sayuran daun dan juga mengalami kegagalan panen karena serangan cendawan yang tingkat serangannya lebih tinggi
daripada pada musim hujan yang normal. Oleh karena pengalaman tersebut petani menganggap ada keterkaitan antara perubahan iklim dengan peningkatan serangan
OPT. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyono 2009 yang menyatakan bahwa
5
jaringan air bersih swadaya, BPAB Badan Pengelola Air Bersih Desa Cibodas
tanda-tanda di lapangan menunjukkan kaitan kuat antara masalah hama dan penyakit dengan perubahan iklim yang terjadi, terkait dengan peningkatan dan
penurunan serangan hamapenyakit di indonesia. Alimin 2011 berpendapat bahwa dampak perubahan iklim bisa secara
langsung atau tidak langsung mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan OPT yang bisa menyebabkan penurunan hasil panen komoditas
pertanian dan perkebunan. Selain masalah pengendalian pengairan dan
peningkatan serangan OPT karena perubahan iklim, seluruh petani 100 juga menyatakan musim yang tidak tentu baik waktu dan panjangnya musim sangat
membingungkan petani dalam merencanakan usahataninya.
4.5 Adaptasi Petani Sayuran di Desa Cibodas terhadap Perubahan Iklim