1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong
yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah di Indonesia yang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat
membantu pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura yang menjadi unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman
sayuran. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat
bagi kesehatan. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua
orang dari berbagai lapisan masyarakat adalah cabai.Menurut Badan Pusat Statistika 2015 kebutuhan masyrakat sebanyak 1,5 juta ton dan hanya bisa
tercukupi hanya sebesar 80 ribu ton. Berikut adalah data impor cabai pada tahun 2013 dan 2014
Tabel 1.1 Impor Cabai 20132014 Tahun
Jumlah impor Cabai 2013
96.139 ton 2014
60.023 ton Sumber : Buletin Harga Pasar Desember 2014
Berdasarkan data pada tabel 1.1 Impor Cabai 20132014 diatas sehingga tidak mengherankan bila terjadi kelangkaan yang membuat harga meningkat.
Hal ini dikarenakan tidak sedikit petani yang mengalami gagal panen. Terjadinya gagal panen diakibatkan karena adanya beberapa kendala terutama
tingkat produksi kesuburan tanah dan hama yang berkembang di udara lembab sehingga membuat bunga, daun dan tanaman cabai rusak yangmenyebabkan
gagal panen. Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan
secara komersial di negara negara tropis. Cabai juga merupakan tanaman perdu dari
famili terong
-terongan yang
memiliki nama
ilmiah Solonaceae
Samadi,1997.
Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara -negara di benua Amerika, Eropa dan Asia
termasuk negara Indonesia.Tanaman cabai banyak ragam tipenya. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah didomestikasi, namun hanya Capsicum
annuum L. dan Capsicum. frutescens L. yang memiliki potensi ekonomis.Cabai yang dibudidayakan secara luas di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini.
Salah satu sifat tanaman cabai yang menguntungkan adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat ditanam dan tidak tergantung pada
musim. Cabai juga mampu tumbuh di rendengan maupun labuhan, itulah sebabnya cabai dapat dibudidaya di pekarangan rumah dan tidak mengenal
musim. Cabai rawit mengandung senyawa kimia yang dinamakan Capsaicin.
Kapsaisin tersimpan dalam urat putih cabai Funikulus yang membuat cabai
terasa pedas, sifat dari Kapsaisin ini adalah dapat menambah nafsu makan selain itu juga berfungsi dalam mengencerkan lendir sehingga dapat
membantu meringankan penyumbatan pada saluran pernafasan. Menurut Rukmana 2002, secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara
lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,vitamin A, B1,B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esensial.
Kandungan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak ramuan obat tradisional, industri pangan dan pakan ungas. Cabai rawit juga
banyak mengandung vitamin C dan Provitamin A, lebih dari buah buahan seperti nanas, papaya, mangga, dan semangka bahkan kadar mineralnya
terutama kalsium dan fosfor lebih tinggi dari ikan segar Alex, 2012. Salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan budidaya tanaman
cabai rawit adalah penggunaan pupuk, dimana pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama bagi tumbuhan. Dalamprosespertumbuhanperkembangan
dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan diserap melalui akar,
batang dan daun. Nutrisi tersebut memiliki berbagai fungsi yang saling mendukung satu sama lainnya dan menjadi salah satu komponen penting
untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Nutrisi yang biasanya dibutuhkan oleh tumbuhan tidak terlepas dari tiga unsur hara, yaitu Nitrogen
N, fosfor P, dan kalium K. Peranan ketiga unsur hara N, P, dan K
sangat penting dan mempunyai fungsi yang saling mendukung satu sama lain dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman Wididana dan Higa,1996.
Pupuk yang sekarang beredar di masyarakat saat ini belum cukup memiliki standar kualitas yang baik. Keseringan menggunakan pupuk Anorganik dapat
menyebabkan merosotnya senyawa atau bahan di dalam tanah, sehingga terdesaknya kehidupan berbagai mikroba dalam tanah. Sementara keberadaan
berbagai mikroba sesungguhnya sangat diperlukan karena memproduksi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh sebab itu diharapkan petani beralih untuk
menggunakan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagiaan besar atau seluruhnya berasal
dari bahan organik yakni tumbuhan dan hewan, dan bakteri yang telah melalui proses rekayasa, dapat berupa padat atau cair yang digunakan untuk
menyuplai bahan organik dan baik untuk pertumbuhan tanaman cabai. Keuntungan utama menggunakan pupuk organik adalah dapat dapat
memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik juga dapat membantu memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan permeabilitas tanah dan dapat untuk memulihkan kondisi lahan yang sebelumnya menggunakan pupuk anorganik dan
mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk organik. Produk dari hasil pupuk organik juga lebih sehat, dan ramah lingkungan serta sedikit
mengurangi dampak negatif dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan Susetya, 2012.
B. Rumusan Masalah