Jenis Penelitian Desain Penelitian Partisipan Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya Best, 1982 dalam Sukardi, 2008. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan uraian tertentu Suparno, 2007. Metode ini dipilih karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman siswa dan keadaan awal siswa, mengelompokkan konsepsi – konsepsi dan melihat tingkat pemahaman siswa, serta melihat perubahan pemahaman siswa yang terjadi. Hasil penelitian ini bersifat individual dan tidak bisa digeneralisasikan pada kelompok lain.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu desain yang mendetail dari suatu subyek pada keadaan khusus. Bahan yang diteliti hanya satu atau kecil ruang lingkupnya, sehingga tidak perlu menggeneralisasi apapun.

C. Partisipan Penelitian

Partisipan dari penelitian ini yaitu 4 siswa SMA kelas XI IPA yang sudah mendapatkan materi kalor. Siswa dipilih secara acak tanpa mengetahui prestasi dan kemampuan.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di Yogyakarta.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri dengan metode wawancara pada beberapa siswa kelas XI SMA yang dipilih secara acak tanpa mengetahui prestasi dan kemampuan. Instrumen ini bukan hanya sekali jadi, tetapi instrumen berkembang sesuai dengan jalannya penelitian ini.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data yang digunakan peneliti adalah dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan pada 4 siswa. Wawancara dilakukan pada 4 siswa karena dapat digunakan untuk berlatih mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal wawancara sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara semakin tajam dan tepat. Wawancara dilakukan pada partisipan dari yang paling sederhana sampai pada wawancara yang paling mendalam berturut-turut adalah siswa A, B, C dan D, dimana dalam proses wawancara, siswa D adalah partisipan yang diberikan pertanyaan paling mendalam. Metode wawancara dalam penelitian ini berkembang, sehingga data yang paling banyak dan lengkap diperoleh dari hasil wawancara pada siswa D. Partisipan yang diteliti tidak akan didapatkan langsung pada siswa D karena peneliti belum memiliki kemampuan untuk bertanya. Sehingga peneliti berlatih melakukan wawancara pada siswa A, B, dan C untuk memiliki kemampuan dalam bertanya. Wawancara yang dilakukan pada siswa A, B, dan C adalah sebuah proses dari perkembangan dan dijadikan pembanding serta menemukan dimana pemahaman mereka terjadi pada banyak orang. Tahap pertama adalah peneliti melakukan wawancara pada siswa A dan mendapatkan pemahamannya tentang kalor, kemudian setelah hasil wawancara didiskusikan, peneliti melakukan wawancara pada siswa B untuk melakukan wawancara yang lebih mendalam, lalu didiskusikan lagi dan melakukan wawancara lebih mendalam lagi pada siswa C, sehingga peneliti terlatih kemampuannya dalam wawancara dan akhirnya peneliti melakukan wawancara pada siswa D secara mendalam dengan memberikan pertanyaan paling tajam dan tepat daripada siswa A, B, dan C. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik klinis, di mana wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai siswa tentang pemikiran mereka terhadap materi kalor di ruang yang tenang, tanpa penonton, dan waktu yang tepat. Wawancara klinis memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat memahami pikiran satu sama lain dan mengajukan pertanyaan secara mendalam; menanggapi jawaban siswa; mengkonfirmasi jawaban siswa dengan mengajukan pertanyaan tindak lanjut; dan mengulang pertanyaan yang sama untuk melihat konsistensi dari respon yang diberikan oleh siswa. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk wawancara bebas, di mana pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel hanya mengikuti alur jawaban partisipan dan siswa bebas mengungkapkan apa yang dipikirkan siswa dengan cara mereka sendiri, misalnya dengan gambar atau pemberian contoh. Supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan, wawancara juga direkam menggunakan recorder. Dari data yang telah diperoleh, kemudian dianalisis.

G. Pengembangan Kemampuan Bertanya: Ketepatan dan Kemendalaman