Tabel 4.6 Karakteristik Termokopel
4.4.1 Alat Ukur Yang Digunakan
Pengukuran mengunakan alat infrared thermometer, termometer ini dapat mengukur temperatur dengan menggunakan sensor termokopel dan sensor infrared,
dan untuk pengukuran temperatur pada pengujian silencer ini digunakan sensor termokopel yaitu temokopel tipe T.
Sumber :
Infrared Thermometer, manual book.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Infrared thermometer
4.4.2 Hubungan Temperatur Gas Buang Pada Silencer Terhadap Putaran
Mesin.
Dari data-data yang diperoleh pada pengujian temperatur gas buang dalam silencer
pada engine Toyota kijang 7K Lampiran C pada ketiga jenis silencer, dapat diklasifikasikan berdasarkan titik-titik pengukuran. Maka diperoleh data-data berikut:
Tabel 4.7 Data pengukuran temperature dalam pada titik 1
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
40 40
40 1500
43 43
43 2000
105 105
105 2500
139.5 139.5
139.5 3000
197.5 197.5
197.5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.12
Hubungan temperatur dan putaran pada pengukuran temperatur gas buang pada titik 1
Dari tabel 4.7 dan gambar 4.12 pengukuran temperatur pada titik 1 diketahui bahwa :
• Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur gas buang yang dihasilkan, pada proses pembakaran pada engine makin tinggi putaran maka
semakin banyak campuran udara dan bahan bakar yang dibakar dalam ruang bakar, hal inilah penyebab utama kenaikan temperatur saat putaran mesin
dinaikkan. • Temperatur dari ketiga jenis silencer yang diuji adalah sama besar, hal ini
dikarenakan pada titik ini pengukuran temperatur gas buang belum dipengaruhi keberadaan tabung silencer.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data pengukuran temperatur dalam pada titik 2
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
33.2 41.3
47.9 1500
33.3 49.2
53.2 2000
103.8 56.7
60.1 2500
136.2 66.9
72.2 3000
196.6 92.4
97.1
Gambar 4.13
Hubungan temperatur dengan putaran pada pengukuran temperatur gas buang di titik 2
Dari tabel 4.8 dan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa : • Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur yang dihasilkan, hal ini
sama dengan pengukuran temperatur pada titik 1.
Universitas Sumatera Utara
• Dari ketiga jenis silencer yang diuji, silencer dari bahan mild steel pada putaran 900 – 1500 rpm memiliki temperatur yang paling rendah tetapi saat putaran mesin
dinaikkan menjadi 2000 rpm temperatur gas buang pada silencer ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan sehingga mulai pengukuran pada putaran
2000 – 3000 rpm silencer ini memiliki temperatur gas buang yang paling tinggi. Bahan mild steel memiliki kemampuan hantar panas dan radiasi yang lebih besar
dari pada bahan komposit sehingga pada waktu pengukuran pada putaran 900 rpm dan 1500 rpm gas buang yang masuk tabung silencer suhu gas buang dengan
cepat disebarkan keseluruh permukaan silencer standar. Kemudian pada waktu pengukuran temperatur pada putaran 2000 rpm, 2500 rpm dan 300 rpm bahan
mild steel sudah meradiasi panas yang diperolehnya sehingga temperatur gas buang yang masuk pada putaran tersebut menjadi mengalami peningkatan yang
sangat signifikan.
Tabel 4.9
Data pengukuran temperature dalam pada titik 3
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
33.9 44.8
47.9 1500
35 51.3
53.5 2000
143 59.3
60.7 2500
189.7 75.3
76.7 3000
228.4 98.6
99.7
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.14 Hubungan temperatur dengan putaran pada pengukuran temperatur gas buang di titik 3
Dari tabel 4.9 dan gambar 4.14 dapat dilihat bahwa : • Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur yang dihasilkan, hal ini
sama dengan pengukuran temperatur pada titik-titik sebelumnya. • Dari ketiga jenis silencer yang diuji, silencer dari bahan mild steel pada putaran
900 – 1500 rpm memiliki temperatur yang paling rendah tetapi saat putaran mesin dinaikkan menjadi 2000 rpm temperatur gas buang pada silencer ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan sehingga mulai pengukuran pada putaran 2000 – 3000 rpm silencer ini memiliki temperatur gas buang yang paling tinggi.
Fenomena ini sama dengan pengukuran pada titik 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Data pengukuran temperature dalam pada titik 4
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
34 45.2
48.3 1500
34.6 51.3
54.2 2000
144.2 60.2
61.9 2500
190.2 76.3
79.3 3000
229.6 99.7
102.9
Gambar 4.15
Hubungan temperatur dengan putaran pada pengukuran temperatur gas buang di titik 4
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.15 dapat dilihat bahwa : • Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur yang dihasilkan, hal ini
sama dengan pengukuran temperatur pada titik-titik sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
• Dari ketiga jenis silencer yang diuji, silencer dari bahan mild steel pada putaran 900 – 1500 rpm memiliki temperatur yang paling rendah tetapi saat putaran mesin
dinaikkan menjadi 2000 rpm temperatur gas buang pada silencer ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan sehingga mulai pengukuran pada putaran
2000 – 3000 rpm silencer ini memiliki temperatur gas buang yang paling tinggi. Fenomena ini sama dengan pengukuran pada titik 2 dan 3.
• Pada titik ini data pengukuran temperatur yang diperoleh adalah yang tertinggi untuk posisi pengukuranpengujian didalam tabung silencer, hal ini dikarenakan
pada posisi pengukuran temperatur inilah aliran gas buang pertama kali masuk dalam tabung silencer.
Tabel 4.11
Data pengukuran temperature dalam pada titik 5
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
33.7 44.6
47.9 1500
33.6 51.3
53.3 2000
91.8 57.6
60.9 2500
125.7 73.5
75.8 3000
184,7 93.1
97.7
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.16
Hubungan temperatur dengan putaran pada pengukuran temperatur gas buang di titik 5
Dari tabel 4.11 dan gambar 4.16 dapat dilihat bahwa : • Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur yang dihasilkan, hal ini
sama dengan pengukuran temperatur pada titik-titik sebelumnya. • Dari ketiga jenis silencer yang diuji, silencer dari bahan mild steel pada putaran
900 – 1500 rpm memiliki temperatur yang paling rendah tetapi saat putaran mesin dinaikkan menjadi 2000 rpm temperatur gas buang pada silencer ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan sehingga mulai pengukuran pada putaran 2000 – 3000 rpm silencer ini memiliki temperatur gas buang yang paling tinggi.
Fenomena ini sama dengan pengukuran pada titik 2, 3, dan 4. Hal ini berarti pengukuran temperatur gas buang dalam tabung silencer memiliki karakteristik
yang sama.
2 0 4 0
6 0 8 0
1 0 0 1 2 0
1 4 0 1 6 0
1 8 0 2 0 0
9 0 0 1 5 0 0
2 0 0 0 2 5 0 0
3 0 0 0
put a ra n rpm te
m p
e ra
tu r
°C
st a nda r k om posit sa lura n
t ungga l
k om posit double sa lura n
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Data pengukuran temperature dalam pada titik 6
Putaran Mesin rpm
Temperatur C
Standar Komposit Satu
Saluran Komposit Double
Saluran 900
30 32.5
34.5 1500
30.2 33.2
36.2 2000
49 42.7
44.9 2500
55 49.3
51.3 3000
68 53.5
55.7
Gambar 4.17
Hubungan temperatur dengan putaran pada pengukuran temperatur gas buang di titik 6
Pengukuran pada titik ini dilakukan ujung pipa saluran keluar silencer, hal ini berarti fenomena pengukuran temperatur pada titik ini akan sangat identik dengan
hasil temperatur yang keluar dari ujung knalpot. yang identik dengan grafik pada ujung pipa knalpot.
1 0 2 0
3 0 4 0
5 0 6 0
7 0 8 0
9 0 0 1 5 0 0
2 0 0 0 2 5 0 0
3 0 0 0 put a ra n rpm
te m
p e
ra tu
r °
C st a nda r
k om posit sa lura n t ungga l
k om posit double sa lura n
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.12 dan gambar 4.17 dapat dilihat bahwa : • Semakin tinggi putaran mesin semakin tinggi temperatur yang dihasilkan, hal ini
sama dengan pengukuran temperatur pada titik-titik sebelumnya. • Dari ketiga jenis silencer yang diuji, silencer dari bahan mild steel pada putaran
900 – 1500 rpm memiliki temperatur yang paling rendah tetapi saat putaran mesin dinaikkan menjadi 2000 rpm temperatur gas buang pada silencer ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan sehingga mulai pengukuran pada putaran 2000 – 3000 rpm silencer ini memiliki temperatur gas buang yang paling tinggi.
Fenomena ini sama dengan pengukuran pada titik-titik didalam tabung silencer. • Temperatur keluar tabung silencer komposit double saluran adalah lebih besar
dari silencer komposit saluran tunggal. Hal ini berarti perubahan konstruksi menyebabkan kenaikan temperatur gas buang.
4.5 Analisa Teoritik Kebisingan Berdasarkan Data Sebaran Temperatur.