Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pendidikan, semakin baik lingkungan belajarnya maka kualitas pendidikan akan semakin meningkat. Dari kualitas pendidikan akan menggambarkan pula kualitas sumber daya manusia sebagai modal utama dalam pembangunan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat dalam pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa dimana seorang individu tinggal. Dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang di hadapi dalam kehidupannya. G. Thompson dalam Mikarsa. dkk, 2005:12 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap- sikap dan tingkah laku.” Senada dengan pendapat tersebut Crow and Crow dalam Mikarsa.dkk, 2005: 12 mengemukakan “Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.” Makmun 2009 memberikan gambaran mengenai pendidikan secara luas, bahwa pendidikan dapat mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas dan perkembangannya secara optimal sehingga ia dapat mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu. Ini sejalan dengan apa yang digariskan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan dalam pendidikan tak dapat dipisahkan dari peranan guru sebagai pendidik. Guru memegang peranan penting selama proses pembelajaran. Guru yang baik akan selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai secara optimal. Tindakan mendidik bukan merupakan suatu tindakan yang refleks atau spontan tanpa tujuan yang jelas, tetapi mendidik merupakan suatu tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan dan direncanakan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika tidaklah semudah yang dibayangkan. Permasalahan-permasalahan kerap kali muncul dan menjadi kendala yang pada akhirnya menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu Selain itu kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi persoalan tersendiri yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika berkolerasi dengan anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Sebuah studi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment PISA pada tahun 2009 dalam hal literasi Sains dan Matematika mengungkapkan bahwa peringkat prestasi matematika Indonesia hanya menduduki posisi ke-61 dari 65 negara. Tentunya ini merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, karena jika dibiarkan terus menerus dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara yang tertinggal dalam perkembangan pendidikannya. Selain itu, perlu adanya kesadaran dari peserta didik tentang pentingnya belajar matematika sebagai pembentuk pola pikir dan bekal dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Ruseffendi 1991 menyatakan bahwa matematika penting sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih lanjut, Ruseffendi 1991 juga menyatakan bahwa berpikir matematika berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang bermanfaat sebagai sarana berpikir logis, inovatif, dan sistematis. Dengan demikian, melalui kegiatan matematika diharapkan memberikan sumbangan yang penting kepada siswa dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematis, kritis, cermat, dan bersikap objektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam Kurikulum Nasional bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah: Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. 2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Dari tujuan pembelajaran matematika di atas, jelas bahwa dengan mempelajari matematika seorang siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam setiap permasalahan yang dihadapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Branca dalam Sumarmo, 1994 yang menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. Kemudian Sumarmo 1994 berpendapat bahwa proses berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan intelektual tertentu yang akan mengorganisasikan strategi. Hal itu akan melatih orang berpikir kritis, logis dan kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan masyarakat. Lebih lanjut, Sumarmo 2002 menjelaskan bahwa pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dan tujuan yang harus Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu dicapai. Sebagai pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan, diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi sehari- hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah sejenis dan masalah baru dalam atau di luar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, menggunakan model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan matematika secara bermakna meaningful. Sebagai implikasinya maka kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang belajar matematika. Dalam proses pembelajaran, kemampuan matematika peserta didik dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan penyelesaian masalah. Dengan memberikan pengalaman dalam pembelajaran diharapkan siswa mampu memperoleh keterampilan dalam penyelesaian masalah dan kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. Salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Kedua kemampuan ini merupakan salah satu aspek berpikir matematis tingkat tinggi higher order level thinking. Schoenfeld 1992 memposisikan aspek pemecahan masalah sebagai salah satu kegiatan yang berkaitan dengan berpikir matematis tingkat tinggi. Dalam hal ini Schoenfeld mendeskripsikan kegiatan yang berkaitan dengan matematis tingkat tinggi itu meliputi: mencari dan mengeksplorasi pola, Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu memahami struktur dan hubungan matematik, mengunakan data, merumuskan dan menyelesaikan masalah, bernalar analogis, mengestimasi, menyusun alasan rasional, menggeneralisasi, mengkomunikasikan ide-ide matematika, dan memeriksa kebenaran jawaban. Selanjutnya Spliter dalam Mayadiana: 2005 mengungkapkan bahwa orang yang berpikir kritis merupakan individu yang berpikir, bertindak secara normatif dan siap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar atau yang mereka pikirkan. Namun dalam sebuah studi Internasional tahun 2011 dalam bidang matematika dan sains Trend in International Mathematics and Science Study TIMSS untuk Sekolah Menengah Pertama SMP, menunjukkan bukti bahwa soal-soal matematika tak rutin yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak berhasil dijawab dengan benar oleh sampel siswa yang mengikuti studi tersebut, dan prestasi Indonesia masih di bawah rata-rata, sedangkan pencapaian persentase untuk ranah kognitif sebesar 35 untuk knowing, 40 untuk applying dan 25 untuk reasoning. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut Hendrayana 2008 menyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa SMP kurang dari 50 dari skor ideal, sehingga kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa harus ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis siswa, seorang guru hendaknya memperhatikan perkembangan kognitif siswa. Jean Peaget dalam Ansori: 2009 berpendapat bahwa perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; seperti: mengingat, berpikir, menimbang, mengamati, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Semuanya dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam menanamkan kesadaran kognitifnya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan kesadaran kognitif secara aktif adalah pendekatan metakognitif. Flavell dalam Livingstone: 1997 menghubungkan antara pengetahuan metagoknitif dengan perkembangan kognitif siswa, dan menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif yang berupa proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan. Metakognitif sendiri dapat dipandang sebagai kemampuan dan pendekatan dalam pembelajaran. Taccasu Project 2008 memandang metakognitif sebagai kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu tahapan yaitu perencanaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan mempelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut. Sedangkan metakognitif dipandang sebagai pendekatan dalam pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Suzana 2003, yaitu dengan menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya; menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; dan membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika. Sejalan dengan perkembangan pendidikan, pendekatan metakognitif juga mengalami perkembangan dalam desain pembelajarannya. Mevarech dan Kramarski 1997 mendesain sebuah pembelajaran metakognitif dengan sebutan pendekatan Metacognitive Instruction. Selanjutnya Mevarech dan Kramarski menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Metacognitive Instruction dapat berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Metacognitive Instruction menekankan pada pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang mencakup empat self addressed question yang terdiri atas 1 Comprehension question, 2 Connection question, 3 Strategic question, 4 Reflection question. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan metacognitive instruction dimulai dari aktivitas guru menghantarkan materi baru melalui beberapa pertanyaan, selanjutnya siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan dan Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan topik matematika. Pada akhir tiap topik diadakan sesi umpan balik berupa pemberian soal-soal latihan, perbaikan dan pengayaan. Kegiatan belajar dengan pendekatan metacognitive instruction, siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Guru bertindak sebagai pemandu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saat menghantarkan konsep baru dan membimbing siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitif mereka, selanjutnya siswa berdiskusi menjawab pertanyaan guru atau pertanyaan mereka dalam kelompoknya. Kegiatan tersebut mendorong siswa untuk aktif selama dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penerapan pendekatan metacognitive instruction dalam kegiatan pembelajaran guru dapat memberikan penuntun yang menggiring siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan kognitif siswa, kemudian mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan. Dengan menggunakan pendekatan metacognitive instruction siswa dituntut untuk dapat memaknai suatu permasalahan sehingga mampu menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistematis, dan pada akhirnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis dapat terwujud. Mega Achdisty Noodyana, 2012 Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kkg Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu Dari uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction”.

B. Rumusan Masalah