Populasi dan Sampel Penelitian Prosedur Penelitian

29 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Melakukan uji instrumen tes. 5. Menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Jumlah soal pemahaman dalam penelitian ini 5 butir soal. Soal yang diberikan untuk pretes dan postes sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan yang signifikan dari kemampuan matematis siswa baik sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan. Untuk memperoleh data kemampuan pemahaman matematis siswa, maka dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran. Pedoman penskoran untuk kemampuan pemahaman matematis disajikan pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis Indikator Reaksi terhadap soal Skor Dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana Tidak ada jawaban Salah dalam menerapkan atau melakukan perhitungan 1 Sebagian jawaban benar dalam menerapkan atau melakukan perhitungan 2 Hampir semua jawaban benar dalam menerapkan atau melakukan perhitungan 3 Benar dalam menerapkan atau melakukan perhitungan secara lengkap 4 Dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa Tidak ada jawaban Salah dalam menerapkan konsep pada suatu kasus sederhana 1 Sebagian jawaban benar dalam menerapkan konsep pada suatu kasus sederhana 2 Hampir semua jawaban benar dalam menerapkan konsep pada suatu kasus sederhana 3 Benar dalam menerapkan konsep pada suatu kasus sederhana secara lengkap 4 Dapat membuktikan kebenaran sesuatu Tidak ada jawaban Salah dalam membuktikan 1 Sebagian jawaban benar dalam membuktikan 2 30 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indikator Reaksi terhadap soal Skor Hampir semua jawaban benar dalam membuktikan 3 Benar dalam membuktikan secara lengkap 4 Jumlah soal pemahaman dalam penelitian ini sebanyak 5 butir soal. Soal yang diberikan untuk pretes dan postes sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan yang signifikan dari kemampuan matematis siswa baik sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek Pemecahan Masalah yang Diukur Indikator Pencapaian Memahami Masalah Mengidentifikasi semua bagian penting permasalahan dengan menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan, termasuk membuat diagram atau gambar yang jelas untuk menunjukkan pemahaman terhadap ide dan proses masalah. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah Menyusun rencana penyelesaian dengan memilih strategi beberapa strategi yang tepat yang akan mengarahkan penyelesaian yang benar jika tidak ada kesalahan perhitungan. Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah Menyelesaikan masalah dengan melakukan perhitungan sesuai strategi yang dipilih, memberikan jawaban secara lengkapdan jelas sesuai prosedur, termasuk dengan membuat diagram atau gambar. Memeriksa Kembali Hasil Melakukan pemeriksaan terhadap hasil dan proses perhitungan yang telah 31 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dibuat dengan mengoreksi yang salah, menguji kebenaran, termasuk membuat penyelesaian dengan strategi lain. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal. Untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran. Pedoman penskoran untuk kemampuan pemahaman matematis disajikan pada tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Indikator Reaksi terhadap soal masalah Skor Dapat memahami masalah Salah menginterpretasi atau salah sama sekali Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan kondisi soal 1 Memahami masalah selengkapnya 2 Dapat merencanakan pemecahan Tidak ada rencana yang relevan Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan 1 Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasiltidak ada hasil 2 Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap 3 Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar 4 Dapat melaksanakan pemecahan Tidak melakukan perhitungan Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tetapi salah dalam perhitungan 1 Melakukan proses yang benar 2 Dapat memeriksa kembali hasil yang Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain 32 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indikator Reaksi terhadap soal masalah Skor diperoleh Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas 1 Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kebenaran hasil dan proses 2 Soal tes yang disusun berbentuk uraian dengan alasan: a. Melalui tes tipe uraian, maka dapat dilihat proses berpikir dan ketelitian siswa melalui langkah-langkah penyelesaian soal karena siswa dituntut untuk menyelesaikan soal secara rinci. b. Guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, cara menyelesaikan soal, dan penguasaan siswa terhadap konsep materi yang telah diajarkan. c. Guru dapat mengetahui kesulitan serta kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. d. Dengan tes tipe uraian, dapat dihindari adanya bias hasil tes. Hal ini disebabkan karena hasil tes mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

2. Perhitungan Validitas

Suatu alat evaluasi instrumen dikatakan valid bila alat tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur Ruseffendi, 1991. Validitas sebuah diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis logical validity atau juga dikenal dengan validitas teoritik, dan hal kedua diperoleh validitas empiris empirical validity. Sebelum soal tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis diuji coba secara empiris, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian validitas logik atau teoritik yakni validitas isi dan muka yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan tujuan yang ingin diukur berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. a Validitas Logis logical validity 33 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Validitas logis untuk sebuah instrumen merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Validitas logis terdiri atas validitas isi content validity dan validitas muka face validity. Untuk menguji validitas logis, soal tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis rencanya peneliti akan meminta pendapat kepada beberapa mahasiswa S2, mahasiswa S3, dan guru matematika kemudian hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Untuk menguji keterbacaan terhadap soal tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis, peneliti juga meminta pendapat dari siswa kelas X yang sudah mendapatkan materi tentang bangun ruang sisi lengkung. Hasilnya kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. b Validitas Empiris empirical validity Validitas empirik adalah validitas yang diperoleh dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang diperoleh melalui perhitungan korelasi produk momen menggunakan angka kasar Arikunto, 2008. Rumusnya sebagai berikut: ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan: r xy = Koefisien Validitas N = Jumlah subyek X = Skor tiap butir soal Y = Skor total Interpretasi mengenai besarnya koefisien validitas dalam penelitian ini menggunakan ukuran yang dibuat J.P.Guilford Suherman, 2003 seperti pada tabel 3.4 berikut. 34 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Validitas Koefisien Interpretasi 00 , 1 80 ,   xy r Sangat tinggi sangat baik 80 , 60 ,   xy r Tinggi baik 60 , 40 ,   xy r Sedang cukup 40 , 20 ,   xy r Rendah kurang 20 , 00 ,   xy r Sangat rendah 00 ,  xy r Tidak valid Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 sehingga didapat kemungkinan interpretasi: a Jika r hitung r kritis maka korelasi tidak signifikan b Jika r hitung r kritis maka korelasi signifikan Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates. Hasil Uji validitas tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa disajikan pada tabel 3.5 dan 3.6. Tabel 3.5 Data Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa No Butir Soal Koefisien Validitas r tabe l Kriteria Kategori 1 0,893 0,349 Valid Sangat Tinggi 2 0,809 Valid Sangat Tinggi 3 0,810 Valid Sangat Tinggi 4 0,867 Valid Sangat Tinggi 5 0,888 Valid Sangat Tinggi Tabel 3.6 Data Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa No Butir Koefisien r tabe l Kriteria Kategori 35 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Soal Validitas 1 0,965 0,349 Valid Sangat Tinggi 2 0,963 Valid Sangat Tinggi 3 0,951 Valid Sangat Tinggi Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa koefesien validitas tes pemahaman matematis butir soal nomor 1 sampai 5 valid dan signifikan pada alpha 0,05 dengan nilai koefesien validitas butir soal berkisar antara 0,81 sampai dengan 0,89 yang menunjukkan bahwa validitas butir soal berada pada validitas sangat tinggi. Sedangkan pada tabel 3.6 untuk tes pemecahan masalah matematis butir soal 1 sampai 3 dapat diketahui bahwa butir soal valid dan signifikan dengan nilai koefesien validitas butir soal berkisar antara 0,95 sampai dengan 0,97 yang menujukkan validitas butir soal berada pada validitas sangat tinggi.

3. Perhitungan Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama konsisten, ajeg Suherman, 2003. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Suherman, 2001: 163. Rumusnya sebagai berikut: ∑ Keterangan: r 11 = Koefisien Reliabilitas n = Banyak butir soal ∑ = Jumlah varian skor tiap soal = Varians skor total Tingkat reliabilitas dari soal uji coba kemampuan penalaran dan pemecahan masalah didasarkan pada klasifikasi Guilford Ruseffendi,1991 sebagai berikut: Tabel 3.7 36 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Besarnya r Tingkat Reliabilitas Kecil Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates. Dengan menggunakan Software Anates diperoleh reliabilitas untuk tes kemampuan pemahaman sebesar 0,85 dan untuk kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebesar 0,95. Reliabilitas tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa termasuk kategori sangat tinggi, artinya tingkat keajegan dan konsistensi soal-soal tes yang digunakan dalam instrumen sudah layak untuk mengukur kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto 2008 bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. 4. Perhitungan Daya Pembeda Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal tersebut membedakan antara siswa yang pandai termasuk dalam kelompok unggul dengan siswa yang kurang pandai termasuk kelompok asor. Suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang kurang pandai karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya buruk semua, tetapi haruslah berdistribusi normal, maksudnya siswa yang mendapat nilai baik dan siswa yang mendapat nilai buruk ada terwakili meskipun sedikit, bagian terbesar berada pada hasil cukup. Proses penentuan kelompok unggul dan kelompok asor ini adalah dengan cara terlebih dahulu mengurutkan skor total setiap siswa mulai dari skor 37 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tertinggi sampai dengan skor terendah. Penentuan daya pembeda menggunakan rumus: ∑ ∑ ∑ Keterangan: DP = Daya pembeda ∑ = Jumlah skor siswa kelompok atas ∑ = Jumlah skor siswa kelompok bawah ∑ = Jumlah skor ideal seluruh siswa pada butir soal Daya pembeda uji coba soal kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis didasarkan pada tabel 3.8 Suherman: 2003: Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria daya pembeda Interpretasi Sangat baik Baik Cukup Jelek Sangat jelek Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates. Hasil Daya Pembeda tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa disajikan pada tabel 3.9 dan 3.10. Tabel 3.9 Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa No Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,47 Baik 2 0,60 Baik 3 0,47 Baik 38 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 0,53 Baik 5 0,47 Baik Tabel 3.10 Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa No Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,58 Baik 2 0,55 Baik 3 0,45 Baik Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa nilai daya pembeda tes pemahaman matematis berkisar antara 0,47 sampai dengan 0,60 yang menunjukkan daya pembeda terletak pada kriteria baik. Berdasarkan tabel 3.10 nilai daya pembeda tes pemecahan masalah berkisar antara 0,45 sampai 0,58 yang menunjukkan daya pembeda terletak pada kriteria baik.

5. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran menyatakan derajat atau tingkat kesukaran suatu butir soal. Sebuah soal tidak boleh terlalu sulit untuk kemampuan siswa dan juga tidak boleh terlalu mudah. Kita perlu menganalisis butir soal pada instrumen untuk mengetahui derajat kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Butir-butir soal dikatakan baik, jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan kata lain derajat kesukarannya sedang atau cukup. Menurut Ruseffendi 1991, kesukaran suatu butiran soal ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya siswa yang menjawab butiran soal itu. Penentuan tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus: ∑ ∑ Keterangan: TK = Tingkat Kesukaran 39 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ∑ = Jumlah skor seluruh siswa pada butir soal ∑ = Jumlah skor ideal seluruh siswa pada butir soal Kriteria tingkat kesukaran soal yang digunakan dalam uji coba soal kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis menurut Suherman 2003 seperti pada tabel. 3.11 berikut: Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Interpretasi Soal terlalu sukar Soal sukar Soal sedang Soal mudah Soal terlalu mudah Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates. Hasil Tingkat Kesukaran tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa disajikan pada tabel 3.12 dan 3.13. Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa No Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,48 Sedang 2 0,36 Sedang 3 0,42 Sedang 4 0,36 Sedang 5 0,23 Sukar Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa No Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,71 Mudah 2 0,53 Sedang 3 0,60 Sedang 40 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa tingkat kesukaran soal-soal tes pemahaman matematis berada pada kriteria sedang dan sukar, sedangkan berdasarkan tabel 3.13 untuk soal-soal pemecahan masalah matematis tingkat kesukarannya berada pada kriteria mudah dan sedang.

6. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eksperiman. Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran metode Guided Discovery adalah kemampuan untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Discovery. Untuk lebih jelasnya pedoman lembar observasi siswa bisa dilihat pada bagian lampiran. Aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode Guided Discovery. Untuk lebih jelasnya pedoman lembar observasi siswa bisa dilihat pada bagian lampiran. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru diisi setiap pertemuan dengan format yang sama. Tujuannya adalah untuk dapat memberikan refleksi pada proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

7. Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran dengan metode Guided Discovery, dan soal-soal pemahaman dan pemecahan masalah. Model skala yang digunakan adalah model skala Likert. Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu : sangat setuju SS, setuju S, Netral N, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS. Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer ke 41 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 5, S diberi skor 4, Netral diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, Netral diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

D. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil intrumen tes dan non tes. Hasil instrumen tes diperoleh dari tes awal pretes, tes akhir postes. Sedangkan hasil instrumen non tes diperoleh dari hasil skala sikap, hasil lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi siswa dianalisis secara deskriptif. Data hasil pretes dan postes diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS versi 16 for windows. Untuk menghitung besarnya peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis digunakan data gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer Hake, 1999 sebagai berikut: pre pre pos S SMI S S g    Keterangan: g : nilai gain dari hasil perhitungan S pre : skor pretes S pos : skor postes SMI : Skor Maksimum Ideal Klasifikasi gain ternormalisasi disajikan pada tabel 3.14 berikut: Tabel 3.14 Klasifikasi Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Klasifikasi g ≥ 0,70 Tinggi 0,30 ≤ g 0,70 Sedang 42 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g 0,30 Rendah

1. Pengolahan Data Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil tes diolah secara statistik dengan langkah- langkah pengolahan: a Memberikan penilaian terhadap hasil tes siswa dengan mengacu pada pedoman penskoran. b Melakukan uji normalitas. Untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes, dan gain kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah menggunakan uji descriptive Statistics. Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: H : Sampel berasal dari data yang berdistribusi normal H 1 : Sampel berasal dari data yang tidak berdistribusi normal Kriteria uji: Tolak H jika nilai S ig ≤ α, dengan α merupakan level signifikansi yang besarnya 0,05 Triton, 2005. c Melakukan uji homogenitas. Untuk mengetahui homogenitas data skor pretes, postes, dan gain kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah menggunakan uji Homogenity of varians Levene Statistic. Penerimaan homogenitas data didasarkan pada hipotesis berikut: H : Variansi kedua kelompok homogen H 1 : Variansi kedua kelompok tidak homogen Kriteria uji: Tolak H jika nilai S ig ≤ α. dengan α merupakan level signifikansi yang besarnya 0,05 Triton, 2005. d Melakukan uji perbedaan rerata. Hipotesis penelitian pengujian perbedaan rerata sebagai berikut: 1. H : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara signifikan antara siswa yang belajar matematika dengan metode Guided Discovery dan siswa yang memperoleh 43 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran matematika secara konvensional H 1 : Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar matematika dengan metode Guided Discovery lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional 2. H : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis secara signifikan antara siswa yang belajar matematika dengan metode Guided Discovery dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional H 1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar matematika dengan metode Guided Discovery lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional 3. H : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman secara signifikan berdasarkan Kemampuan Awal Matematis pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode Guided Discovery H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan pemahaman berdasarkan Kemampuan Awal Matematis pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode Guided Discovery 4. H : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah secara signifikan berdasarkan Kemampuan Awal Matematispada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode Guided Discovery H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan 44 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pemecahan masalah berdasarkan Kemampuan Awal Matematis pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode Guided Discovery Kriteria uji: Tolak H jika nilai Sig ≤ α, dengan α merupakan level signifikansi yang besarnya 0,05 Triton, 2005. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS versi 16. Untuk kasus dimana data berdistribusi normal namun tidak homogen, maka uji perbedaan reratanya menggunakan uji t’ Triton, 2005. Jika data tidak berdistribusi normal, maka pengujian perbedaan reratanya menggunakan uji non parametrik. Dalam penelitian ini uji non parametrik yang digunakan adalah uji Mann Whitney. Sedangkan untuk melihat perbedaan rerata baik kemampuan pemahaman maupun pemecahan masalah berdasarkan Kemampuan Awal Matematis pada kelompok eksperimen digunakan uji ANOVA Satu Jalur. Apabila hasil uji ANOVA Satu Jalur memberikan kesimpulan terdapat perbedaan rerata, maka dilakukan uji lanjutan yaitu uji Scheffe dan uji Tamhane. Langkah-langkah pengolahan data hasil tes di atas diuraikan pada gambar 3.1 berikut: Uji Homogenitas Uji Perbedaan Rerata Mann Whitney Uji Perbedaan Rerata Uji t dan ANOVA Uji Perbedaan Rerata Uji t’ Ya Tidak Uji Normalitas Penskoran Data Hasil Tes Ya Tidak Gambar 3.1 Prosedur Uji Statistik Data Hasil Tes 45 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pengolahan Data Skala Sikap dan Lembar Observasi

Skala sikap dalam penelitian ini berbentuk skala Likert dengan lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Netral N, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS. Ketentuan penskoran untuk pernyataan positif adalah 5 untuk jawaban SS, 4 untuk jawaban S, 3 untuk jwqbqn N, 2 untuk jawaban TS, dan 1 untuk jawaban STS. Pernyataan bersifat negatif penskorannya kebalikan dari pernyataan positif, yaitu 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban S, 3 untuk jawaban N, 4 untuk jawaban TS, dan 5 untuk jawaban STS. Hasil skor pada setiap pernyataan akan dihitung nilai persentase sikap positif per sub aspek, kemudian dihitung persentase sikap positif per aspek dan dihitung persentase sikap positif kelas sehingga diperoleh kesimpulan sikap siswa.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut: 46 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Alur Penelitian Penyusunan modul, penyusunan instrumen, validasi, uji coba instrumen perbaikan instrumen Penentuan sampel pretes Studi pendahuluan Identifikasi masalah Pengolahan data Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Postes Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Postes Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Postes Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Postes Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Postes Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional Analisis data Laporan dan Kesimpulan Pengolahan data Postes Kelas Eksperimen: Pembelajaran Resource- Based Learning Kelas Kontrol: Pembelajaran Konvensional 101 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan di lapangan selama berlangsungnya pembelajaran matematika dengan metode Guided Discovery, dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar matematika dengan metode Guided Discovery lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional. 2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman yang signifikan ditinjau dari Kemampuan Awal Mematis KAM pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan Guided Discovery. Perbedaan peningkatan tersebut terjadi antara level kemampuan tinggi dan level kemampuan rendah. Jika ditinjau dari rerata N-Gain, siswa pada level kemampuan tinggi memiliki rerata lebih baik daripada siswa pada level kemampuan sedang dan rendah. 3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar matematika dengan Guided Discovery lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional. 4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan ditinjau dari Kemampuan Awal Mematis KAM pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan Guided Discovery. 5. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran matematika dengan Guided Discovery, dan soal-soal kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis adalah positif. Sikap positif ini merupakan 102 Mahmudin, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN D AN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SMP MELALUI METOD E GUID ED DISCOVERY Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu modal bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika dengan Guided Discovery hendaknya dikembangkan dan menjadi alternatif dalam pembelajaran matematika terutama dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan untuk kemampuan pemahaman, walaupun hasil uji statistik menyimpulkan tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman, namun klasifikasi N-Gain menunjukkan bahwa siswa yang belajar matematika dengan Guided Discovery lebih baik daripada siswa yang belajar matematika secara konvensional. 2. Penelitian ini dilakukan pada sekolah yang berada pada level sedang, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan pada level sekolah tinggi atau rendah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Guided Discovery terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa. 3. Pembelajaran matematika dengan Guided Discovery dapat diteliti lebih lanjut untuk melihat perbedaan peningkatan kompetensi matematis berdasarkan kemampuan awal matematis. 4. Pokok bahasan pada penelitian ini terbatas pada materi bangun ruang sisi lengkung. Semoga peneliti lain bisa mengembangkan penelitian pada pokok bahasan yang lainnya. 5. Peneliti menyarankan agar pembelajaran Guided Discovery dikombinasikan dengan penggunaan software matematika diantaranya geobera dan GSP. 101

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA.

0 4 52

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII pada Salah Satu SMP Di Kabupaten Bandung Barat.

1 4 29

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Sukakarya Kota Bandung.

0 3 38

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH: Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII Pada Salah Satu SMP di Bandung.

7 24 18

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN METAKOGNITIF: Penelitian Kuasi eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Medan.

0 0 46

PENGARUH ACCELERATED LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAM : Studi Kuasi-Eksperimen Pada Salah Satu Smp Negeri Di Pekanbaru.

19 47 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung:.

0 1 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung.

0 0 44

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP di Kota Bandung).

0 1 60

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

0 0 19