Implementasi Pembelajaran Organisasi Dan MOdal Intelektual Dalam Upaya Meningkatkan Keunggulan Bersaing Di PT Telkom

(1)

iv

bimbingan Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati,Dra.SE.,Msi

PT. Telkom merasakan tantangan besar dalam menghadapi dinamika dan kompleksitas lingkungan bisnis yang menuntut peran yang lebih besar dalam pembelajaran organisasinya. Organisasi yang menerapkan keunggulan. mengharuskan organisasi belajar secara terus menerus dan mentransformasikan diri pada lingkungan organisasi.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan dituntut secara terus menerus dan mampu melakukan perbaikan terhadap sumber daya dan modal intelektual atau kapabilitas yang dimiliki perusahaan, karena sumber daya dan modal intelektual perusahaan merupakan fondasi dan pilar strategi dalam perusahan, tanpa sumber daya dan modal intelektual yang unggul perusahaan akan menghadapi banyak permasalahan dalam menghadapi persaingan di pasar

Keunikan sumber daya dan kapabilitas perusahaan apabila dikelola dan dimobilisasi dengan baik dan tidak dimiliki oleh kompetitor lain akan menghasilkan keunggulan kompetitif yang sustainable/berkelanjutan dalam perusahaan yang mampu memenangkan persaingan dalam pasar

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual dalam meningkatkan keunggulan bersaing di PT. Telkom di Bandung baik secara simultan maupun parsial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah karyawan PT. Telkom di Bandung dan tehnik penarikan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis proposional sampling (sampel acak secara proposi). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Metode analisis menggunakan analisis jalur (path analysis) , korelasi pearson dan koefisien determinasi serta uji hipotesis dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0 for windows.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran organisasi dan modal intelektual menpunyai korelasi kuat, berpengaruh signifikan dan positif, pengaruh Pembelajaran Organisasi terhadap Keunggulan Bersaing mempunyai korelasi kuat, berpengaruh signifikan dan positif sedangkan pengaruh Modal Intelektual terhadap Keunggulan Bersaing mempunyai berkorelasi kuat, berpengaruh signifikan dan positif. Dalam perhitungan analisis korelasi parsial dan simultan diperoleh hasil bahwa bahwa pengaruh secara parsial lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh simultan pada Pembelajarn Organisasi dan Modal Intelektual terhadap keunggulan bersaing.


(2)

v

HENDRI ASTUTI " Implementation of Organizational Learning and Intellectual Capital in an effort to increase Competitive Advantage

", under the guidance of Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.SE., Msi

PT. Telkom felt a huge challenge in dealing with the dynamics and complexity of business environments that demand a greater role in organizational learning. Organizations that implement excellence. requires that organizations continuously learn and transform themselves in the organizational environment.

In the face of increasingly fierce competition the company prosecuted continuously and able to make improvements to resources and intellectual capital or the company's capabilities, because the resources and intellectual capital is the foundation and pillar of corporate strategy in companies, without resources and superior intellectual capital companies will face many problems in the face of competition in the market

The uniqueness of company resources and capabilities if properly managed and mobilized and are not owned by the other competitors will produce a sustainable competitive advantage / sustainable companies capable of winning the competition in the market

The research objective was to determine the Implementation of Organizational Learning and Intellectual Capital in improving competitive advantage in the PT. Telkom Bandung either simultaneously or partial. The method used in this research is descriptive method with quantitative approach. The study population is an employee of PT. Telkom Bandung and sampling techniques use probability sampling technique with a kind of proportional sampling (random sample in proportion). The technique of collecting data using interviews, observation, questionnaires, and documentation. Methods of analysis using path analysis (path analysis), and Pearson correlation coefficient of determination and hypothesis testing using SPSS 18.0 for windows.

The study concludes that organizational learning and intellectual capital menpunyai strong correlation, have a significant and positive, influence on the Competitive Learning Organization has a strong correlation, have a significant and positive while the influence of Intellectual Capital on Competitive Advantage has a strong correlation, a significant and positive effect. In the calculation of partial correlations and simultaneous analysis of obtained results that that influence is partially smaller than the simultaneous influence on Intellectual

Capital and Organizational Learning of competitive advantage.

Keywords: Organizational Learning, Intellectual Capita, Competitive Advantage


(3)

1 1.1. latar Belakang

Didalam dunia yang tidak bisa diprediksi PT. Telkom merasakan tantangan besar dalam menghadapi dinamika dan kompleksitas lingkungan bisnis menuntut peran yang lebih besar dalam pembelajaran organisasinya. Organisasi yang menerapkan keunggulan merupakan suatu organisasi pembelajaran (learning Orgnaization) dimana keunggulan organisasi mengharuskan organisasi belajar secara terus menerus untuk memperoleh informasi baru dan pandangan-pandangan baru dari pelanggan, lingkungan eksternal.

Pedler, dkk seperti dikutip dalam Dale (2003) mengatakan bahwa organisasi pembelajar adalah sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Farago dkk seperti dikutip dalam Munandar (2003) yang mengatakan bahwa organisasi adalah tempat berjalannya suatu proses yang berkesinambungan dalam tujuannya meningkatkan kemampuan diri dan orang-orang yang terlibat didalamnya. Ditambahkan pula bahwa organisasi pembelajar akan mengarah pada: (1) Adaptif terhadap lingkungan eksternalnya; (2) Secara terus menerus menunjang kemampuan untuk berubah; (3) Mengembangkan baik pembelajaran individual maupun kolektif; dan (4) Menggunakan hasil pembelajarannya untuk mencapai hasil yang terbaik.


(4)

Menurut Stiles dan Kulvisaechana, 2006 yang dikutip dalam Sampurno (2010:92) mengatakan selain merekrut serta mempertahankan karyawan yang baik, organisasi harus meningkatkan skill dan kapabilitas karyawan dengan mendukung pembelajaran individu maupun organisasional dan menciptakan lingkungan yang mendukung (support enviroment) dimana knowledge dapat diciptakan, dibagikan/ditularkan (shared) dan diaplikasikan.

Organisasi yang bersedia untuk melakukan eksperimen dan mampu belajar dari pengalaman-pengalamannya akan lebih sukses dibandingkan dengan organisasi yang tidak melakukannya (Wheelen dan Hunger, 2002:9).

Adapun pembelajaran (learning) menurut PT. Telkom didefiniskan sebagai suatu proses pembelajaran formal guna mendukung proses pengembangan SDM, dimana karyawan sebagai peserta learning dituntut berperan aktif dalam proses tersebut.

Proses pembelajaran merupakan suatu knowledge yang bisa di tranformasikan kepada peserta dan menurut Penrose (1959) dalam Sampurno (2007:86) menjelaskan bahwa :

”Proses pembelajaran menciptakan knowledge baru yang membentuk basis pertumbuhan organisasi melalui pengkombinasian sumber daya yang ada”

Sedangkan PT. Telkom (2008 ) mendifinisikan bahwa :

Training adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara tatap rnuka oleh instruktur kepada siswanya, yang dilaksanakan secara formal


(5)

guna mendukung proses pengembangan SDM perusahaan dalam menjalankan perannya”.

PT. Telkom dalam menerapkan pembelajaran organisasinya dengan melalui training dan Learning Center adalah organisasi pusat pembelajar yang mengelola training karyawan pada perusahaan yang berada pada unit organisasi Direktorat HC & GA yang dikendalikan oleh Direktur HCGA.

Maksud program training pada PT. Telkom yaitu agar karyawan memiliki kompetensi atau keterampilam (skills) yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang dipangkunya atau yang akan dipangkunya secara produktif dan profesional. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengembangkan kompetensi atau keterampilan (skill karyawan khususnya yang mendukung tugas dan pekerjaan karyawan pada posisi yang sedang dipangkunya dan pembekalan untuk penugasaan dimasa yang akan datang, sehubungan dengan adanya perkembangan bisnis dan teknologi.

Pelaksanaan training diarahkan untuk meningkatkan dan pembentukan personal quality (attitude dan behaviour), skill (keahlian) dan Knowledge (pengetahuan) yang dibutuhkan perusahaan yang harus diikut oleh karyawan minimal 2 (dua) kali dalam setahun.

Evaluasi dilakukan melalui (1) Pre dan post test pada saat pelatihan berlangsung (2) Tiga bulan setelah selesai pelatihan, (3) Satu kali setahun untuk evaluasi keseluruhan program pelatihan yang telah diberikan.


(6)

Dari uraian diatas, penulis mendapatkan data-data tentang jumlah karyawan yang telah mengikuti training pada PT. Telkom dari periode 2007 s.d 2009 sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Karyawan PT. TELKOM yang Training Periode : 2007 s.d 2009

Tahun Jumlah

karyawan Jenis Training

Jumlah Peserta 2007

25.063 1.191 33.656

2008 23.152 1.335 30.309

2009 21.268 881 19.507

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat pada tahun 2009 terjadi penurun karyawan yang mengikuti training hal ini disebabkan menyangkut masalah strategi perusahaan yang berubah karena permintaan customer yang berbeda dan baru sehingga perusahaan lebih mengutamakan investasi infrastruktur dan lebih selektif terhadap kebutuhan pelatihan, dengan semakin selektifnya pelatihan maka pelatihan yang dilaksanakan hanya yang perlu saja. Didukung pula oleh informasi bahwa dampak training belum signifikan terhadap karir karyawan.

Menurut (Barney,2002) dalam Sampurno (2010:87 bahwa:

”Sumber daya (Resource) perusahaan mencakup semua aset, kapabilitas, kompetensi, proses organisasi, atribut-atribut perushaan, informasi, knowledge dan lain sebagainya yang dikontrol oleh perusahaan yang karenanya perusahaan yang karenanya perushaan dapat melaksanakan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas”.


(7)

Sampurno (2010:88) mengatakan bahwa, Aset yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari empat bentuk yaitu (1) current assets yaitu aset yang dapat dikonsumsi atau dijual dalam waktu 1 tahun; (2) fixed assets yaitu aset yang berupa pabrik, peralatan, property yang dapat digunakan lebih dari 1tahun; (3) investment yaitu saham yang ada di pasar modal dan bond; (4) intagible asset atau aset nirwujud yang bersifat non-fisik atau invesment tetapi merupakan nilai bagi perusahaan.

Organisasi merefleksikan bahwa market value kurang tergantung pada asset wujud (tangible asset) tetapi lebih tergantung pada asset nirwujud khususnya sumber daya manusia. Menurut Polanyi dalam Jeffrey Pfeffer (2007:200) mengidentifikasikan bahwa dua jenis pengetahuan tacit dan explicit. Tacit knowledge merupakan pengetahuan tersembunyi yang tidak dapat/sulit untuk diajarkan kepada orang lain sendangkan explicit knowledge merupakan pengetahuan yang tampak dan lebih bersifat formal serta mudah ditransfer ke orang lain.

Menurut Bontis (2002) dalam Dr. Sangkala (2006:36) modal intelektual sebagai “kolek si unik dari sumberdaya tagible dan intagible serta transformasinya”

Dalam modal intelektual tumbuh pengetahuan semi permanent yang tumbuh dalam suatu pekerjaan seseorang atau organisasi. Perangkat modal intelektual yang dikembangkan melalui pengetahuan dengan data dan keahlian yang relevan kepada orang yang membutuhkan pada saat yang tepat berkaitan dengan itu struktur capital. Struktur Capital memiliki dua tujuan yaitu (1)


(8)

mengkodisikan pengetahuan yang dapat ditranfer agar sistemnya tidak hilang, (2) menghubungkan para karyawan dengan data dan keahlian.

Dalam mencapai sasaran bisnis perusahaan untuk menjadi unggul dalam persaingan PT Telkom dalam penerapannya mengelola aset-aset intelektual dalam perusahaan dengan cara para pegawai diberikan kesempatan menambah wawasan dengan melalui a) Pengetahuan best practicenya dalam bentuk :(1) benchmark, (2) On theJob Training, b) Mengikuti pendidikan di dalam dan luar negeri, c) Mengikuti training di dalam dan luar negeri.

Kewajiban karyawan setelah menambah wawasan dan pengetahuannya wajib mentransfer keahlian, pengetahuan yang didapat melalui sistem yang telah terintegrasi yaitu KAMPIUN.

KAMPIUN singkatan dari Kami Pasti Ungul adalah nama yang diberikan oleh PT Telkom pada system yang berbasis IT yang digunakan sebagai alat kerja bagi seluruh jajaran manajemen dan karyawan TELKOM dalam Manajemen Knowledge untuk penciptaan (acquisition), berbagi (sharing) dan pemanfaatan (utilization) knowledge yang dibutuhkan.

Aplikasi kampiun digunakan untuk mengelola dan memproses knowledge dalam format dokumen, baik tingkat Nasional, Divisi dan Forum. KAMPIUN juga sebagai sarana Knowledge sharing.

Implementasi modal intelektual pada PT. Telkom tersebut digunakan pada proses pengembangan karir dan pengukuran kompetensi yang berdampak pada karir karyawan dan kenaikan gaji yang bertujuan untuk mencapai maupun untuk mewujudkan sumber daya manusia TELKOM sebagai pusat keunggulan.


(9)

Pengembangan Karir adalah upaya perusahaan dalam rangka memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan kompetensi dan meniti karirnya dalam rangka mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Perusahaan dalam pengembangan karir karyawan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : (1) Mempunyai nilai performansi dalam band terakhir minimal P2 dalam dua tahun terakhir atau P1 dalam satu tahun terakhir; (2) Mempunyai nilai kompetensi minimal K3 dalam dua tahun terakhir atau K2 dalam satu tahun terakhir, (3) Hasil assessment, (4) Mempunyai integritas yang tinggi, (5) Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik; (6) Mempunyai kemampuan bekerja sama yang baik, (7) Mempunyai kemampuan profesionalisme yang baik dalam job stream/ sub job stream.

Selanjutnya untuk meningkatkan gaji karywan, modal intelektual sebagai salah satu kriteria dalam pengukuran (assement) kompetensi karyawan. Dalam pengukuran kompetensi karyawan, penilai (assesor) Atasan I dan Atasan II dapat memberikan nilai pada kompetensi karyawannya yaitu istimewa (K1) , sangat memadai (K2) dan sangat kurang memadai (K5).

Dalam proses assesment kompetensi sistem akan meminta para atasan untuk memberikan informasi evidence (bukti) untuk memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Eviden (bukti) untuk mendapatkan nilai kompetensi istimewa (K1) adalah (1) Pernah mendapatkan nilai performansi (P1) Minimal 1 kali dalam 2 tahun terakhir (2) Mendapatkan penghargaan di tahun terakhir, (3) Pernah


(10)

memasukkan kontribusi hasil karya sendiri di sistem knowledge Managemen (KAMPIUN) dalam 1 (satu) tahun terakhir.

b) Eviden atau bukti untuk mendapatkan nilai kompetensi sangat memadai (K2) adalah (1) Pernah mendapatkan nilai performansi (P2) Minimal1 kali dalam 2 tahun terakhir, (2) Memasukkan kontribusi hasil karya sendiri di sistem knowledge Managemen (KAMPIUN) dalam 1 (satu) tahun terakhir.

c) Eviden atau bukti untuk mendapatkan nilai K5 adalah (1) Pernah mendapatkan nilai performansi (P4) atau (P5) Minimal1 kali dalam 2 tahun terakhir, (2) Mendapatkan hukuman disiplin ringan, sedang, berat maupun tindakan peringatan baik lisan maupun tertulis atasan dalam 1 tahun.

Tabel 1.2. adalah tabel ketentuan nilai kompetnsi atau gap kompetensi pada perusahaan PT. Telkom.


(11)

Tabel 1.2

Kritria Penilaian kompetensi di PT. Telkom Keterangan

Nilai

Nilai huruf kompetensi

Nilai Gap

Gap Kompetensi

Total

Uraian

Istimewa K1 +2 > 1 . 2

Diberikan apabila karyawan yang dinilai kompetensinya jauh diatas key indikator yang dipersyaratkan pada posisi yang bersangkutan

Diatas

memadai K2 -1 > 0,4 sld 1,2

Diberikan apabila karyawan yang dinilai kompetensinya diatas key indikator yang dipersyaratkan pada posisi yang bersangkutan

Memadai K3 0 > - 0.4 s/d 0.4

Diberikan apabila karyawan yang dinilai kompetensinya sesuai key indikator yang dipersyaratkan pada posisi yang bersangkutan

Kurang

Memadai K4 '-1 - 1,2 s/d – 0,4

Diberikan apabla karyawan yang dinilai kompetensinya dibawah key indikator yang

dipersyaratkan pada posisi yang bersangkutan

Sangat kurang K5 -2 < - 1 , 2

Diberikan apabla karyawan yang dinilai kompetensinya jauh dibawah key indikator yang dipersyaratkan pada posisi yang bersangkutan

Sumber Data : Human Resource PT. Telkom

Implementasi Modal intelektual pada PT. Telkom berdasarkan kriteria pada tabel 1.2. dapat dilihat pada tabel 1.3 yaitu karyawan yang telah mendapatkan nilai kompetensi (K1 dan K2) selama periode 2007 s.d 2009 mencapai 70 persen keatas.


(12)

Tabel 1.3

Pengukuran Kompetensi Karyawan pada PT Telkom Dari Tahun 2007-2009

Pengukuran Kompetensi

Nilai

2007 2008 2009

K1 557 3% 838 3% 990 5%

K2 15.393 72% 20.876 84% 15.512 74%

K3 5.277 25% 2.943 12% 4.476 21%

K4 40 0% 79 0% 42 0%

K5 1 0% 32 0% 50 0%

Total 21.268 100,0% 24.768 100% 21.070 100% Sumber Data : Human Resource PT. Telkom

Namun demikian fenomena yang terjadi adalah bila implementasi modal intelektual dikaitkan dengan pengembangan karir karyawan dan kenaikan gaji dimana modal intelektual menjadi salah satu kriteria dalam pengukurannya kompetensi, sehingga penilai (assesor) menilainya bawahannya cenderung kurang fair dan nilainya pada abang batas maksimal. Alasan ini dilakukan karena atasan tidak ingin bawahannya tidak berpeluang untuk mengembangkan karirnya dan tidak mendapatkan tambahan gajinya.

Dengan hasil penilaian yang kurang fair dan subeyektif mencerminkan kompetensi yang tidak sesungguhnya dimiliki oleh karyawan serta pengembangan kompetensi menjadi inefisiensi pada pola training.

Disamping itu hasil penilain kompetensi yang cenderung K2 (sangat memadai) dapat diartikan bahwa kompetensi yang dimiliki karyawan PT. Telkom telah melampaui dari DJM (Distinct Job Manual) atau karakteristik pekerjaan yang dipersyaratkan dalam posisi yang dipangku. Sementara formasi untuk


(13)

peluang karir sangat sempit sehingga karyawan merasa bahwa perusahaan kurang memperhatikan pengembangan karir karyawan.

Selanjutnya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan dituntut secara terus menerus dan mampu melakukan perbaikan terhadap sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan, karena sumber daya perusahaan merupakan fondasi dan pilar strategi dalam perusahan. Tanpa sumber daya yang unggul perusahaan akan menghadapi banyak permasalahan dalam menghadapi persaingan di pasar.

Menurut Hofer & Schedel, (1978) dalam Jeffrey Preffer dkk (2007: 97) menekankan bahwa keunggulan hanya bisa dicapai dengan pengembangan diferensiasi yang jelas dan lebih baikdari pesaing.

Menurut Coyne (1986) dalam Jeffrey Preffer dkk (2007: 97), keunggulan kompetitif mempunyai arti hanya bila ”dirasakan” di pasar dengan kata lain diferensiasi harus memcerminkan atribut produk/jasa yang merupakan kriteria pembelian kunci.

Keunikan sumber daya dan kapabilitas perusahaan apabila dikelola dan dimobilisasi dengan baik dan tidak dimiliki oleh kompetitor akan menghasilkan keunggulan kompetitif yang sustainable/ berkelanjutan dalam perusahaan yang mampu memenangkan persaingan dalam pasar. keunggulan bersaing akan berkelanjutan hanya bila para pesaing tidak bisa dengan mudah menirunya menurut Barney (1991) dalam dalam Jeffrey Preffer dkk (2007: 97)

Dalam menghadapi persaingan dan untuk merumuskan strategi, pertama-tama yang mesti diketahui dan dibandingkan adalah kompetitor yang ada.


(14)

Perusahaan harus mengetahui aspek-aspek yang relevan tentang kompetitor utamanya yaitu pertama keunggulan ”Value” apa yang diberikan oleh perusahaan kepada customer, kedua sumber daya apa yang dimiliki oleh perusahaan sehingga kapabilitasnya /mampu melebihi kompetitor, ketiga berapa lama keunggulan tersebut dapat terus berkesinambungan dan tidak ditiru oleh kompetitor (Sampurno,2009)

Untuk melihat tingkat keunggulan bersaing suatu perusahaan salah satunya dilihat dari pertumbuhan pendapatan usaha pada dan laba bersih suatu perusahaan. Berdasaran laporan keuangan Perusahaan Telekomunikasi terkemuka di Indonesia yaitu PT Telkom, PT. Indosat dan PT XL pada periode tahun 2006 s.d 2009 yang dimuat secara resmi pada media intenet sebagai berikut :

Tabel 1.4

PEDAPATAN USAHA DAN LABA BERSIH PADA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA PERIODE 2006 s.d 2009

URAIAN NAMA 2009 2008 2007 2006

PT TELKOM 67.677.518.000.000 64.166.429.000.000 59.440.011.000.000 51.294.008.000.000 INDOSAT 18.393.000.000.000 18.659.100.000.000 16.488.500.000.000 12.239.400.000.000 PENDAPAT AN USAHA XL 13.706.051.000.000 12.061.207.000.000 7.989.519.000.000 4.681.674.520.000 PT TELKOM 11.398.826.000.000 10.671.786.000.000 12.857.018.000.000 11.005.577.000.000 INDOSAT 1.498.200.000.000 1.878.500.000.000 2.042.000.000.000 1.410.100.000.000 LABA BERSIH XL 1.709.468.000.000 (15.109.000.000) 250.781.000.000 651.883.453.000

Sumber : Internet, 2006 s.d 2009

Dari table 1.4 diatas, peneliti ingin mengetahui berapa persen pertumbuhan pendapatan usaha dan laba bersih dari perusahaan yang bergerak di bidang Telekomunikasi di Indonesia pada periode 2006 s.d 2009.


(15)

Tabel 1.5

PERTUMBUHAN PENDAPATAN USAHA /LABA BERSIH PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PERIODE : 2007 s.d 2009

URAIAN PERUSAHAAN 2009 2008 2007

PT TELKOM 5% 7% 14%

INDOSAT -1% 12% 26%

PENDAPATAN

XL 12% 34% 41%

PT. TELKOM 6% -20% 14%

INDOSAT -25% -9% 31%

LABA BERSIH

XL 101% 1760% -160%

Berdasarkan tabel 1.4 dan 1.5 diatas dapat disimpulkan bahwa laba yang meningkat pada PT. Telkom setiap tahun, bukan berarti perusahan memiliki keunggulan kompetitief dari pesaing. Hal ini dapat kita cermati bahwa growth (pertumbuhan) pendapatan PT. Telkom maksimum mencapai 14 persen pada tahun 2007 sementara kompetitor (PT XL) mencapai 41 persen.

Selanjutnya terkait pendapatan usaha dan laba bersih perusahaan yang menurun dikaitkan pada periode 2007 s.d 2009 terdapat karyawan yang mempunyai pontensi diri excellent mengikuti program pensiun dini. Hasil informasi yang diperoleh mereka yang telah berhenti karena program pensiun dini justru bekerja pada kompetitor antara lain ke PT. XL, PT, Indosat, PT. Bakrie Telekom dengan mendapatkan posisi strategis pada perusahan kompetetitor tersebut. Kondisi ini mencerminkan strategi yang diambil perusahaan kurang tepat dalam proses pembelajaran organisasi dan manajemen modal intelektual.

Selanjutnya variasi produk yang diluncurkan PT. Telkom sangat banyak antara lain TV kabel, CDMA, Internet, Telepon Rumah, Seluler, dan lain-lain. Produk-produk tersebut mempunyai pesaing yang beragam sehingga PT. Telkom


(16)

untuk memenangkan persaingan dalam produknya harus berkonsentrasi tinggi baik dalam strategi, biaya dan deferensiasi produknya, keunikan serta inovatif. Dengan variasi produk yang begitu banyak menjadikan PT Telkom kurang mampu memiliki keunikan dan inovasi sehingga menjadikan PT telkom belum memenangkan persaingan saat ini

Berdasarkan fenomena pembelajaran organisasi, modal inelektual serta keunggulan bersaing, penulis merasa perlu untuk mengupas lebih lanjut dalam suatu penelitian dengan tema "Implementasi Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual dalam upaya meningkatkan Keunggulan Bersaing di PT Telkom

1.2.Identifikasi dan Rumusan masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Penurun karyawan yang mengikuti training disebabkan masalah strategi perusahaan yang berubah karena permintaan customer yang berbeda dan baru sehingga perusahaan 1) lebih mengutamakan investasi infrastruktur; 2) lebih selektif terhadap kebutuhan pelatihan; 3) Pelatihan yang perlu saja yang diikuti karyawan; 4) Dampak training belum signifikan terhadap karir karyawan.

Implemntasi modal intelektual dikaitkan dengan pengembangan karir dan kenaikan gaji mengakibatkan kecenderungan penilaian dari penilai (assesor) Atasan I dan Atas II dilakukan cenderung kurang fair, subyektif dan nilainya pada abang batas maksimal karena atasan tidak ingin bawahanya tidak mempunyai kesempatan dalam pengembangan karir dan kenaikan gaji. Hasil


(17)

penilaiannya yang kurang fair mencerminkan kompetensi yang tidak sesungguhnya dimiliki karyawan yang berdampak pada inefisiensi pada pola training serta persepsi karyawan bahwa perusahaan kurang meperhatikan karir karyawan.

Ketidak unggulan PT Telkom dalam bersaing berkaitan dengan adanya karyawan yang mengajukan pensiun atas permintaan sendiri dan mereka bekerja kembali pada kompetitor yang diberikan jabatan atau posisi strategis. Produk yang diluncurkan pesaing tidak banyak tetapi lebih inovatif baik dari produk maupun tarif sementara produk yang diluncurkan PT. Telkom sangat banyak dan beragam,

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pembelajaran Organisasi yang di implementasikan pada PT. Telkom.

2. Bagaimana Modal Intelektual karyawan pada PT. Telkom.

3. Bagaimana Keunggulan Bersaing PT Telkom dalam menghadapi persaingan yang semakin tinggi.

4. Seberapa besar hubungan Pembelajaran Organisasi dengan Modal Intektual pada PT. Telkom.

5. Seberapa besar pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual terhadap Keunggulan Bersaing baik secara parsial maupun simultan pada PT Telkom.


(18)

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan mengumpulkan data atau keterangan serta informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual terhadap Keunggulan Bersaing pada PT. Telkom.

1.3.2. Tujuan penelitian

1. Mengetahui Pembelajaran Organisasi pada PT. Telkom 2. Mengetahui modal intelektual karyawan pada PT. Telkom 3. Mengetahui Keunggulan Bersaing pada PT Telkom

4. Untuk menganalisa seberapa besar hubungan Pembelajaran Organisasi dengan Modal Intelektual pada PT. Telkom .

5. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual terhadap Keunggulan Bersaing baik secara parsial maupun simultan di PT Telkom.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan PT. Telkom di Bandung, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing melalui pembelajaran organisasi dan modal intelektual.

2. Karyawan yang ada pada perusahaan PT. Telkom di Bandung, hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan tambahan pengetahuan, referensi serta umpan balik pada bidang human resourse (SDM) sebagai salah satu upaya atau cara untuk meningkatkan keunggulan bersaing.

3. Bagi karyawan di luar bidang human resource (SDM), hasil penelitian diharapkan juga dapat memberikan tambahan pengetahuan walaupun hal ini bukan bagian pekerjaannya, tetapi setidaknya dengan mengerti hal diatas, mereka bisa memberikan masukan yang positif pada perusahaan bila terjadi suatu masalah pembelajaran organisasi dan modal intelektual, karena dengan adanya team work antara karyawan perusahaan bisa berkompetisi dan maju.

1.4.2. Kegunaan Akademis.

1. Bagi pengembangan ilmu manajemen, memberikan manfaat tentang pembelajaran organisasi dan modal intelektual dan keterkaitannya antara keduanya dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing di sebuah perusahaan, sehingga merupakan referensi bagi pembaca terkait dengan


(20)

pengaruh pembelajaran organisasai dan modal intelektual terhadap keunggulan bersaing.

2. Bagi peneliti lainnya, memberi informasi kepada peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama pada perusahaan yang lainnya mengenai implementasi pembelajaran organisasi dan modal intelektual serta keunggulan bersaing.

1.5 Lokasi dan waktu Penelitian 1.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada PT. Telkom yang berada di Jalan Japati No 1 Bandung

1.5.2. Waktu Penelitian


(21)

. Tabel 1.6

Waktu pelaksanaan penelitian

Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agust

Tahap Prosedur

2011 2011 2011 2011 2011 2011 Tahap Persiapan

1. Membuat Outline dan

proposal UP

2. Mengambil formulir

penyusunan skripsi

I

3. Menetukan tempat

penelitian

Tahap Pelaksanaan

1. Bimbingan UP

2. Pendaftaran Seminar

3. Seminar UP

4. Revisi Seminar UP

5. Membuat Outline dan

proposal skripsi

6. Penelitian Perusahaan

7. Penyusunan Skripsi

II

8. Bimbingan Skripsi

Tahap Pelaporan

1. Menyiapkan draft skripsi

2. Sidang Akhir skripsi

III

3. Penyempurnaan laporan


(22)

19 2.1. Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian penulis akan memamarkan apa yang diteliti hal ini akan dapat memudahkan dalam menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan diteliti.

2.1.1. Pembelajaran Organisasi

Pembelajaran dalam organisasi merupakan suatu proses atau sekolompok proses organisasional yang melibatkan individu, kelompok, level organisasional yang akan dipengaruhi oleh strategi perusahaan. Organisasi pembelajar yang efektif adalah organisasi dimana para karyawan pada semua tingkatan (lini) organisasi secara berkesinambungan selalu melakukan indentifikasi masalah-masalah / risiko potensial dan peluang-peluang yang mungkin timbul. Dan pembelajaran organisasi yang sukses membawa dampak pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas untuk menjadi lebih inovatif. Perusahaan harus berorientasi pada pembelajaran (kemauan untuk belajar dan menjadi organisasi pembelajar).

Menurut (Ortenblad, 2001) dalam hasil penelitian Yeni absah (2008:34) menyatakakan Organizational learning merupakan jenis aktivitas dalam organisasi dimana sebuah organisasi belajar sementara learning organisation adalah bentuk organisasi. Intinya menurut Tsang (1997), sebuah organisasi


(23)

menjadi organisasi pembelajaran (learning organization) melalui implementasi dari pembelajaran organisasi (organizational learning).

2.1.1.1.Pengertian Pembelajaran Organisasi

Menurut Stata (1989) dalam Ellitan dan Anatan (2009:142) menyatakan bahwa pembelajaran organisasi terjadi melalui pembagian wawasan, pengetahuan dan model mental yang dibangun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masa lampau.

Fiol dan Lyles (1985) dalam Ellitan dan Anatan (2009: 142) mendifinisikan pembelajaran organisasi sebagai suatu proses perbaikan melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik

Menurut Sange (2002) menjelaskan bahwa “Organisasi Pembelajaran (Learning organization) merupakan suatu organisasi dimana setiap anggotanya secara terus menerus-menerus meningkatkan /memperluas kemampuannya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola pikir berfikir baru dan ekspansif ditumbuhkan, aspirasi bersama dibiarkan secara bebas dan anggota-anggotanya secara terus menerus belajar bagaimana belajar bersama”

Menurut penulis pembelajaran organisasi adalah suatu organisasi yang anggotanya belajar secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan demi tercapai tujuan perusahaan.

2.1.1.2. Indikator Pembelajaran Organisasi

Menurut Sange (2002:10), faktor utama dalam membangun organisasi pembelajaran (building Learning Organization) dilakukan melalui lima disiplin


(24)

yaitu berpikir sistemis (system thingking), penguasaan pribadi (personal mastery), model-model mental (mental Models), membangun visi bersama (Building shared vision), dan tim pembelajaran (Learning team) yang diuraikan sebagai berikut :

a) Berpikir sistemis (system thinking) : Merupakan suatu cara berfikir tentang suatu bahasa untuk menguraikan dan memahami kekuatan-kekuatan dan hubungan antar pribadi yang membentuk perilaku sistem. Disiplin ini membantu melihat bagaimana mengubah sistem secara lebih efektif dan bertindak lebih selaras dengan proses-proses yang lebih besar dari alam dan dunia ekonomi.

b) Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) : Merupakan displin belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi dalam menciptakan hasil yang paling diinginkan dan menciptakan suatu lingkungan organisaional yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkaan diri mereka kearah sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang dipilih.

c) Model-model mental (mental Models) : Disiplin belajar yang terus menerus melakukan perenungan, mengklarifikasi dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita.

d) Membangun visi bersama (Building shared vision) : Merupakan membangun suatu rasa mempunyai komitmen dalam suatu kelompok membuat gambaran-gambaran bersama tentang masa depan yang coba kita ciptakan dan prinsip


(25)

serta praktik-praktek penuntun yang kita harapkan berfungsi sebagai sarana untuk bisa mencapai masa depan.

e) Tim pembelajaran (Learning team) : Disiplin untuk mengubah keahlian percakapan dan keahlian berpikir kolektif sehingga kelompok-kelompok manusia dapat diandalkan dan bisa mengembangkan kecerdasan dan kemampuan yang lebih besar dari pada jumlah bakat para anggotanya secara individual.

2.1.1.3. Hakikat Organisasi Pembelajaran

Menurut Peter Senge (2002 : 23) Hakikat dari organisasi pembelajaran adalah siklus dari keahlian dan kemampuan-kemampuan dan kepekaan sikap dan keyakinan dari seluruh (wilayah) perubahan yang langgeng (siklus belajar yang dalam). Secara sederhana dapat digambarkan pada gambar:

Gambar : 2.1

Hakikat Pembelajaran Organisasi Wilayah

Peruabahan yang abadi (Siklus belajar yang

dalam)

KESADARAN KEAHLIAN DAN KEPEKAAN SIKAP DAN

KEYAKINAN

KEAHLIAN DAN KEMAMPUAN


(26)

Dari gambaran diatas bermakna ketika memiliki keahlian dan kemampuan baru sebagai hasil proses belajar (yang merupakan integrasi dari asprirasi perenungan dan perbincangan–konseptual) akan menimbulkan perubahan.

Melihat sesuatu yang baru dari sebelumnya (kesadaran dan kepekaan baru), yang selanjutnya bergeser ke dalam sikap dan keyakinan baru. Seseorang dapat meletakan dirinya dengan baik dalam kebersamaan. Memecahkan masalah bersama , berfikir sistem sehingga didapatkan solusi permaslahan yang objectif. Demikian seterusnya jika organisasi pembelajaran itu terus berjalan. Karena situasi lingkungan yang terus menerus berubah menghendaki proses serupa terus berkembang secara bertahap. Dengan cara demikian organisasi yang dikendalikan orang orang yang terlibat dalam organisasi pembelajaran akan terus mampu bersaing (untuk dunia bisnis) atau mampu memberikan pelayanan publik yang baik (untuk organisasi publik).

2.1.1.4 Proses Pembelajaran

Dengan menciptakan sistem dan proses yang mendukung aktivitas dan mengintegrasikan kegiatan sehari-har i pembelajaran organisasional dapat dicapai.

Menurut Garvin, 1988 dalam Ellitan dan Anatan (2009: 142) “Proses pembelajaran organisasi mencakup lima aktivitas penting yang menunjukan kemampuan organisasi dalam membangun dan mengembangkan sumber daya berbasis pengetahuan”

Kelima aktivitas tersebut meliputi (1) Aktivitas pemecahan masalah secara sistimatis, (2) Penggunaan pendekataan dalam proses pembelajaran


(27)

organisasional, (3) Belajar dari pengalaman masa lalu, (4) pembelajaran dari pengalaman dan praktek-praktek dari pihak lain (5) Transfer pengetahuan secara tepat dan efisien melalui organisasi.

2.1.2. Modal Intelektual

Pemahaman terhadapap modal intelektual dalam strategi pengelolaan modal intelektual sangat penting mengingat modal intelektual aset utama yang akan membangun perusahaan membangun daya saing

.

2.1.2.1. Pengertian Modal Intelektual

Dalam Buku Intelectual Capital Management yang ditulis oleh Sangkala (2006:6) mengukit difinisi-didnisi tentang modal intelektual sebagai berikut :

Menurut Bontis (2002) menyatakan bahwa :

“Modal Intelektual sebagai koleksi si Unik dari sumber daya tangible dan intagible serta transformasinya”.

Menurut Bernnan (2003) mendifinisikan tentang Modal Intelektual adalah “daftar “Value Hidden” organisasi dalam hubungan dengan pelanggan, kompetensi karyawan, serta proses dan jaringan perusahaan” .

Menurut Merritus (2003) mendifinisikan modal intelektual sebagai : “Kombinasi manusia, sumberdaya perusahaan dan relasi dari sebuah perusahaan dan menunjukan bahwa nilai diciptakan didalam keterkaiatan antara tiga kategori modal manusia, strutural dan relasi-relasi”.


(28)

Edvison (2003) menyatakan bahwa kemampuan mentrasformasi pengetahuan dan aset intagible kedalam penciptaan sumber kekayaan dengan melipatgandakan modal manusia dan modal strukrural adalah Modal intelektual.

Dari beberapa difinisI modal intelektual diatas penulis mendifinisikan bahwa :

“Modal intelektual adalah aset berbasis pengetahuan hasil dari transformasi pengetahuan yang ditansformasikan kedalam aset bernilai bagi perusahaan dan menjadi basis kompetensi inti dalam perusahaan untuk mempengaruhi daya tahan dan keunggulan perusahaan”

2.1.2.2. Komponen –komponen Modal Intektual

Menurut Bontis (2002) yang diungkap dalam Sangkala (2006:36) komponen-komponen yang terdapat dalam modal intelektual ada tiga bagian yakni a) Human Capital atau Modal manusia, b) Structural Capital atau Modal Struktural, c) Customer Capital atau modal pelanggan

Modal Manusia (Human Capital)

Modal Manusia (Human Capital) merupakan unsur yang sangat penting dari modal intelektual karena dapat menciptakan kemampuan bagi perusahaan.

Menurut Malhotta, 2001 dalam Sangkala (2006:41) mengatakan bahwa Modal manusia adalah :


(29)

“faktor kunci kesuksesan yang menyediakan kemampuan bersaing terhadap perusahaan “

Sedangkan menurut Meritum, 2003 dalam Sangkala (2006:42) menyatakan bahwa modal manusia adalah :

“ Pengetahuan yang karyawan peroleh ketika mereka meninggalkan perusahaan”

Modal Manusia adalah sumber daya manusia yang dimiliki suatu organisasi atau perusahaan. Peranan modal manusia terdiri atas pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kemampuan (ability) seseorang yang dapat digunakan untuk menghasilkan layanan profesional dan economic rent.

Modal manusia memegang peranan yang sangat penting dan kritikal karena kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan sering kali tergantung pada sumber daya manusia. Dan Manusia adalah satu-satunya elemen dasar dalam organisasi yang memiliki kekuatan yang melekat pada dirinya untuk menciptakan value perusahaan.

Modal Structural (Struktural Capital)

Modal struktural (structural capital) merupakan bentuk kekayaan yang nyata bagi perusahaan, selain berfungsi sebagai tempat dimana seluruh hasil aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh modal manusia tersimpan juga berfungsi sebagai infrastruktur atau penunjang bagi modal manusia untuk menjalankan aktivitas penciptaan nilai bagi perusahaan.


(30)

Menurut Brinker (2000) dalam Sangkala (2006:51) mengatakan bahwa modal strutural adalah infrastruktur dari modal manusia termasuk kemampuan organisasi untuk mempertemukan persyaratan pasar”

Steward (1997) dalam Sangkala (2006:50) mengatakan bahwa mpdal struktural merupakan penyebaran dan transportasi pengetahuan atau pengungkitan pengetahuan

Selajutnya modal strutukral didefinisikan sebagai pendukung atau infrastruktur yang disediakan oleh perusahaan bagi modal kapitalnya, Sulivan (2000) dalam Sangkala (2006:51).

menurut Meritum (2003) dalam Sangkala (2006:51) menyatakan bahwa modal strutural adalah kelompok pengetahuan yang berada didalam perusahaan.

Modal pelanggan (Customer Capital )

Customer Capital atau Modal pelanggan adalah hubungan organisasi dengan orang-orang yang berbisnis dengan organisasi.

Menurut Brinker, 2000 dalam Sangkala (2006;59) bahwa modal pelanggan adalah

“Kombinasi hubungan dengan orang yang melakukan kegiatan bisnis dengan organisasi”

Sedangkan menurut Marti, 2001 dalam Sangkala (2006;59) mendifinisikan modal pelanggan sebagai


(31)

“kemampuan perusahaan berinteraksi secara positif dengan anggota komunitasnya bisnis dengan merangsang potensi penciptaan nilai dengan memperkuat modal manusia dan struktural.

Modal pelanggan / konsumen terletak pada pengetahuan yang melekat dalam hubungan dengan lingkungan eksternal perusahaan dan tidak dihubungkan dengan modal manusia dan modal struktural.

Modal pelanggan menunjukan hubungan jaringan kerja yang diasosiasikan dalam kepuasan dan loyalitas perusahaan yaitu mencakup pengetahuan chanel-chanel pasar, konsumen, hubungan suppiler dan customer dan asosiasi industri dan pemahaman dampak kebijakan publik. Modal pelanggan dapat dipahami tentang apa yang diinginkan konsumen atas suatu produk atau jasa.

2.1.2.3Kegagalan Karyawan dalam Modal Intelektual

Tuntutan persaingan mesyaratkan karyawan yang berwawasan global lebih responsif terhadap pelanggan, lebih fleksibel dan lebih produktf. Tuntutan tersebut memerlukan komitmen karyawan yang memberikan emosi, intelektual, dan energi fisik terhadap kesuksesan perusahaan. Maka dengan demikian karyawan menjadi depresi dan mengalami gejala kekacauan. Gejala kekacauan itu meliputi sebagai berikut :

Karyawan tidak merasa dihargai atas hasil pekerjaan mereka

Karyawan tida mengetahui bagaimana merayakan kesuksesan bekerja Karyawan merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energi difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk keluarga dan pribadi.


(32)

Persaan karyawan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap tidak mencukupi.

Tidak adanya biaya perawatan kesehatan yang berkaitan dengan stres karyawan

Adanya perasaan bahwa atasa mereka tidak memperdulikan mereka. Karyawan merasa malu untuk mendiskusikan permaslahan pribadi mereka ditempat kerja

Karyawan selalu memikirkan bagaimana melindungi karier mereka dari pada melayani pelanggan.

Karyawan tidak mengikuti aturan yang ada.

Karyawan membicarakan ketidaksetujuan melalui saluran komunikai informal atau bukan formal.

2.1.2.4. Meningkatkan Kompetensi dan Komitmen Modal Intelektual 2.1.2.4.1. Meningkatkan Kompetensi

Dalam meningkatkan kompetensi, terdapat dua tantangan utama yang harus diperhatikan : pertama, kompetensi harus sejalan dengan strategi bisnis. kedua, kompetensi perlu diciptakan melalui lebih dari satu mekanisme. Terdapat lima cara untuk meningkatkan kompetensi yaitu buy, build, borrow,bounce,dan bind yang diuraikan sebagai berikut :

Buy

Cara ini dilakukan dengan mengantikan karyawan yang lama dengan yang baru yang memiliki kualitas lebih baik. Strategi buy disini mencakup seleksi dan


(33)

staffing mulai dari entry level sampai officer level. Metode ini akan berjalan baik bila bakatnya tersedia dan dapat diakses, selain itu metode ini memiliki resiko kegagalan besar. Perusahaan kemungkinan tidak menemukan bakat di luar perusahaan lebih baik atau lebih qualified dari bakat didalam perusahaan. Dan jika bakat ekternal tidak dapat berintegrasi dengan perusahaan kegagalan akan terjadi.

Build

Investasi ini dilakukan terhadap para karyawan untuk meningkatkan kualitas mereka menjadi lebih baik. Strategi build ini akan berjalan baik bila para manajersenior menjamn bahwa pengembangan lebih besar dari sekedar pelatihan akademik, jika pelatihan didasarkan pada hasil dan bukan pada teori penerapan strategi ini adalah menghabiskan dana sangat besar dan waktu untuk kepentingan pelatihan,

Borrow

Dalam strategi ini perusahaan mencari keluar sumber daya manusia yang mampu memberikan ide/gagasan, kerangka kerja dan alat untuk menjadikan perusahaan lebih kuat. Penggunaan konsultan maupun partner yang efektif dimungkinkan untuk membagi pengetahuan, menciptakan pengetahuan baru, dan desain kerja. Banyak perusahaan sedang belajar bagaimana menggunakan konsultandan bukan tergantung pada mereka. Startegi ini mensyaratkan adaptasi model dari konsultan dan bukan adopsi. Karena setiap perusahaan memiliki cara yang berbeda untuk mengaplikasikan gagasan tersebut. Cara borrow ini juga memiliki resiko yaitu adanya kemungkinan investasi yang sangat besar namun dengan rutinitas yang kecil selain itu adanya kemungkinan perusahaan akan


(34)

menjadi tergantung pada konsultan tanpa adanya transfer pengetahuan serta penerapan metode dan gagasan tanpa adaptasi.

Bounce

Perusahaan harus mengeluarkan karyawannya yang gagal melakukan tugas standar. Karyawan yang bekerja maupun yang dikeluarkan harus memahami mengapa dan apa yang diharapkan dari mereka. Proses yang fair harus memenuhi persyaratan hukum. Resiko cara ini adalah jika dalam pengambilan keputusan lebih didasarkan pada persepsi dan bukan fakta maka kemungkinan perusahaan mengalami kerugian dengan hilangnya karyawannya yang terbaik selain itu kredibilitas manajemen akan turun sebagai akibatnya

Bind

Mengikat karyawan merupakan tindakan yang kritikal pada semua tingkat, Menjaga manajer senior yang memiliki visi, arahan dan kompetensi sangat penting dan menahan para teknikal, operasional, dan pekerja paru waktu juga merupakan hal yang penting karena investasi untuk membangun mereka memakan waktu lama. Perusahaan yang tidak menerapkan metode buy dan build akan menciptakan modal intelektual bagi pesaing

2.2.4.2 Meningkatkan Komitmen

Perusahaan dapat memperkuat komitmen dengan melakukan dua cara yaitu mengurangi tuntutan kerja karyawan dan meningkatkan kemampuan karyawan. Terdapat beberapa komitmen yang dapat dituntut karyawan seperti berikut ini :


(35)

a. Mengurangi Tuntutan Karyawan :

Menentukan Prioritas yang bertujuan mengurangi tuntutan kerja karyawan dengan melakukan aktivitas yang berguna dan menunda atau menghilangkan aktivitas yang tidak berguna.

Menetapkan fokus, tuntutan karyawan dapat terlalu tinggi karena tidak terpusatkan, sebuah perusahaan dapat melakukan dengan menerapkan beberapa aktivitas yang sangat penting saja. Dalam hal ini fokus dengan menentukan tema bagi aktivitas perusahannya

Melakukan rekayasa, rekayasa proses produksi dapat mengurangi tuntutan kerja karyawan, rekayasa tersebut dapat berupa memperpendek jalur, otomatisasi, dan penyederhanaan kerja.

b. Meningkatkan Kemampuan Karyawan

Kontrol adalah memberikan karyawan kewenangan untuk mengontrol keputusan mengenai bagaimana mengerjakan pekerjaan mereka

Strategi atau visi yaitu menawarkan kepada karyawan visi dan arahan yang membuat mereka memiliki komitmen untuk berkerja keras.

Tantangan kerja yaitu memberi karyawan stimulasi kerja yang dapat mengembangkan ketrampilan baru

Kolaborsi dan team work adalah membentuk tim untuk melakukan pekerjaan

Kultur kerja yaitu membangun suatu lingkungan dan susana keterbukaan, menarik, menyenangkan dan penuh penghargaan


(36)

Membagi keuntungan adalah memberikan kompensasi kepada karyawan karena menyelesaikan pekerjaan dengan baik

Komunikasi yaitu menyebarkan informasi sesering mungkin dan secara terbuka

Perhatian adalah memastikan bahwa setiap karyawan diperlakukakn sesuai martabatnya.

Teknologi yaitu memberikan karyawan teknologi yang membuat pekerjaan mereka menjadi lebih mudah.

Pelatihan dan pengembangan adalah memastikan karyawan memiliki keterampilam untuk mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik

2.1.3 Keunggulan Bersaing

Bersaing atau kompetisi merupakan cara atau usaha untuk mengalahkan atau melebihi orang lain dimana satu pihak yang mengalami kesuksesan akan mencapai tujuan dengan cara yang lebih cepat dan mutu yang lebih tinggi.

Pesaing biasanya dipandang sebagai ancaman oleh kebanyak perusahaan, dan perusahaan pada umumnya mencari cara memperbesar pangsa pasar dengan memperkecil pangsa pasar pesaing dan mencari cara mencegah masuknya pesaing baru kedalam pasar. Namun pesaing yang tepat dapat memperkuat bukannya memperlemah posisi bersaing perusahaan.

Porter (2008:13) mengatakan persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Persaingan menetukan ketepatan aktivitas perusahaan


(37)

yang dapat menyumbang kinerja perusahaan seperti inovasi, budaya kohesif atau implementasi yang baik.

2.1.3.1. Pengertian Keunggulan Bersaing

Pada era globalisasi saat ini, setiap perusahaan harus mempunyai keunikan dan perbedaan dengan perusahaan lainnya sehingga memenangkan dalam persaingan. Pengertian Competitive advantage atau keunggulan bersaing yang dikemukakan oleh bebrapa ahli.

Michael E Porter (2008) Kemampuan suatu perusaha an untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusaha an yang memiliki keunggul an kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memaha mi perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif

Noe et al (2003), keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk membuat produk atau penawaran layanan yang lebih dihargai oleh pelanggan dibandingkan dengan perusahaan yang bersaing

Selanjutnya Sampurno (2010:154) menjelaskan bahwa keunggulan bersaing adalah

” Kemampuan, asset, skill, kapabilitas dan lainnya yang menampukan perusahan untuk bersaing secara efektif di dalam industri”


(38)

Sedangkan keunggulan bersaing menurut Peter Senge (2000: 16) keunggulan bersaing yang terus bertahan adalah kemampuan organisasi anda untuk belajar lebih cepat dari pada pesaingnya.”

Penulis mendifinisikan keunggulan bersaing yaitu kemampuan perusahaan dalam menentukan strategi atau peluang-peluang yang menguntungkan perusahaan dan tidak mudah ditiru oleh pesaingnya dengan melakukan strategi inovasi, peningkatan mutu dan strategi mengurangi biaya

2.1.3.2. Strategi persaingan

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh keunggulan kompetitif merupakan aspek penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki strategi bisnis yang kompetitif. Strategi kompetitif ini bisa dicapai melalui “strategic initiative” yaitu kemampuan untuk meraih kontrol strategi perilaku industri dan perusahaan pesaing

Menurut Day, George S, et al,1997 dalam Sampurno (2010:158-159) mengatakan bahwa :

”Untuk mengembangkan strategi persaingan ada empat kunci yang menajdi tantangan perusahaan yaitu (1) Memahami perubahan lingkungan persaingan, (2) Antisipasi aksi kompetitor, (3) Memformulasi strategi persaingan dinamis, dan (4) Memilih alternatif strategi bersaing”

. Konsep keunggulan bersaing yang dideskripsikan oleh Porter (1985) dalam Schuller and Susan E Jackson (2006) menyatakan tiga strategi kompetitif


(39)

yang dapat digunakan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, yaitu:

1. Strategi Inovasi (Innovation strategy)

Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan produk dan atau jasa yang berbeda dengan pesaing, yaitu dengan memperbaiki kualitas SDM terlebih dahulu agar SDM menjadi lebih inovatif. Profil karyawan yang dibutuhkan mencakup: kreativitas tinggi, fokus jangka panjang, perilaku kerjasama dan saling ketergantungan, fokus pada kualitas dan kuantitas, keseimbangan antara proses dan hasil, berani mengahadapi resiko, dan memiliki toleransi tinggi ambiguitas dan ketidakpastian (Schuller dan Jackson, 1987)

Fokus Utamanya adalah penawaran sesuatu yang baru dan berbeda dan yang teprnting menjadi produsen paling unik, sehingga harus menciptakan kondisi-kondisi untuk berinovasi,

2. Strategi Peningkatan Kualitas (Quality Enhancement Strategy)

Fokus utama strategi ini adalah meningkatkan mutu produk dan jasa. Dalam strategi ini perusahaan melibatkan komitmen para karyawan dalam merubah proses produksi menjadi lebih fleksibel dan lebih membutuhkan keterlibatan karyawan. Profil karyawan yang dibutuhkan dalam proses peningkatan kualitas dan kelangsungan perbaikan antara lain adalah perilaku yang relatif berulang dan dapat diramalkan, fokus jangka panjang, kerjasama dan saling ketergantungan, perhatian penuh terhadap kualitas dan kuantitas, akitivitas pengambilan resiko yang rendat atau low risk taking, dan komitmen terhadap tujuan organisasi.


(40)

3. Strategi Penurunan Biaya (Cost Reduction Strategy)

Fokus utama pada strategi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas perusahaan yaitu biaya output per orang yang bisa berarti pengurangan jumlah karyawan dan atau pengurangan tingkat gaji. Perusahaan berusaha untuk meraih keunggulan kompetitif dengan menjadi perusahaan yang memiliki struktur biaya paling rendah. Pengurangan biaya juga dapat dicapai melalui peningkatan penggunaan paruh waktu, sub kontraktor, penyederhanaan kerja dan prosedur-prosedur pengukuran, otomatisasi, perubahan-perubahan aturan kerja dan flesibilitas penugasan kerja

Strategi diaplikasikan melalui kontrol biaya yang ketat, meminimalkan biaya overhead, dan upaya untuk mencapai skala ekonomis.

2.1.3.3Meningkatkan keunggulan Bersaing

Adanya pesaing memungkinkan perusahaan meningkatkan keunggulan bersaing. Mekanisme yang memungkinkan perusahaan meningkatkan keunggulan bersaing. Menurut Michael Porter (2008:261) yaitu sebagai berikut :

1) Meredam fluktuasi Permintaan

Pesaing dapat meredam fluktuasi yang timbul karena adanya pola siklus, pola musiman atau sebab lainnya. Oleh karena itu mempunyai pesaing merupakan jalan untuk mengendalikan penentu biaya pemanfaatan kapasitas. Perusahaan. Perusahaan harus memastikan bahwa perusahaan memiliki kepasitas menyeluruh untuk melayani para pembeli utama bukan


(41)

pembeli baru dan bahwa perusahaan memiliki kapsitas untuk mengendalikan harga dalam industri jika produk itu merupakan komoditi

2) Meningkatkan Kemampuan Diferensiasi

Pesaing dapat meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan untuk deferensiasi yaitu menjadi tolok ukur perbandingan.. Manfaat adanya tolok ukur perbandingan memiliki arti paling penting dalam industri dimana standar mutu produk dan pelayanan kentara, dimana kompromi antara biaya dan mutu dalam skala besar mungkin dilakukan dan dimana pembeli cenderung peka terhadap harga jika mereka tidak melihat perbedaan. Dengan demikian jika tidak ada pesaing sebai tolok ukur tekanan dari pembeli untuk meningkatkan produk dan pelayanan secara terus menerus dapat memaksa turunnya profitabilitas perusahaan.

3) Melayani Segmen yang kurang menarik

Para pesaing sebuah perusahaan barangkali akan gembira melayani segkem industri yang oleh perusahaan itu sendiri dirasa kurang menarik seandainya tidak ada pesaing terpaksa harus dilayani supaya ia dapat masuk ke segmen yang diinginkan atau mempertahankan diri. Segmen yang kurang menarik misalnya segmen yang mengharuskan perusahaan mengeluarkan biaya tinggi melayaninya atau segmen dimana posisi perusahaan bersangkutan sulit dipertahankan atau segmen yang jika dilayani akan merongrong posisi perusahaan dalam segmen lain yang menarik


(42)

4) Menjadi Pelindung Biaya Cost (Cost Umbrela)

Pesaing biaya tinggi kadang-kadang dapat menjadi pelindung biaya yang bisa meningkatkan profitabilitas perusahan biaya rendah. Pemimpin pangsa pasar merupakan pelindung bagi perushaan berpangsa pasar kecil misalnya pesaing biaya tinggi menetapkan harga yang merupakan atau menekati harga pokok maka pesaing biaya rendah bisa memperoleh margin yang cukup besar jika harga yang ditetapkan sebanding dengan harga yang ditetapkan pesaing.

5) Meningkatkan Posisi Tawar Tenaga kerja dan Pembuat Undang-undangan.

Pesaing dapat dengan sangat mempermudah perusahaan terkait mengadakan tawar-menawar dengan tenaga kerja dan pembuat undang-undang dalam perlindungan yang melibatkan sebagan atau seluruh kalangan industri. Pemimpin pangsa pasar rawan terhadap tekanan untuk membuat konsesi dalam berbagai perlindungan dengan serikat pekerja atau tekananuntuk mematuhi standar ketat mengenai kualitas produk, pengendalian polusi dan sebagainya. Hadirnya pesaing dapat berdampak memperingan tuntutan jika pesaing mempunyai profitabilitas lebih rendah dengan modal rendah dan berada dalam kedudukan yang lebih penting.

6) Memperkecil Risiko Antimonopoli

Kehadiran pesaing yang sehat diperlukan untuk memperkecil resiko penelitian pemerintah atau pihak wasta. Memiliki pangsa pasar yang terlalu besar dapat membuat perusahaan rawan terhadap tuntutan hukum


(43)

dari kalangan swasta setiap kali perusahaan ini melakukan tindakan yang signifikan seperti meluncurkan produk baru, memberi lisensi teknologi, atau mengubah harga. Resiko adanya tuntutan hukum sering kali membuat perusahaan berpangsa pasar tinggi bersikap sangat hati-hati baik disadari atau tidak sebelum mengambil langkah sehingga hal ini merugikan keunggulan bersaing. Hadirnya pesaing yang sehat dapat memperbaiki situasi semacam ini.

7) Meningkatkan Motivasi

Pesaing memiliki peran yang tidak boleh diremehkan yaitu peran sebagai motivator. Pesaing yang sehat dapat menjadikan kekuatan penting untuk memotivasi penurunan harga , perbaikan produk dan sikap mengikuti perubahan teknologi. Pesaing berfungsi sebagai musuh bersama yang mempersatukan orang untuk mencapai sasaran bersama. Hadirnya pesaing yang sehat memberikan sejumlah manfaat psikologis penting bagi sebuah organisasi.

2.1.3.4Manfaat Strategi Pesaing

Persaing tidak saja bermanfaat bagi persaingan tetapi dapat lebih bermanfaat bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan pernah berpuas diri menghadapi para pesaing atau berhenti berhusahan mencari jalan untuk memperoleh keunggulan bersaing.

Menurut Porter (2008: 260) Hadirnya pesaing yang baik dapat membawa berbagai manfaat strategis yang bisa digolongkan ke dalam empat kategori umum


(44)

yaitu (1) meningkatkan keunggulan bersaing, (2) Memperbaiki struktur Industri yang ada, (3) membantu perkembangan pasar, (4) Menghalangi masuknya pesaing baru.

2.1.3.5Pesaing yang Baik

a) Memilki Kredibilitas dan Sehat, (1) Kelemahan yang Tampak Jelas dan Disadari Sendiri, (2) Mamahami peraturan yang ada, (3) Asumsi Realistis, (4) Pengetahuan tentang Biaya, (5) Strategi yang Memperbaiki Struktur Industri, (6) Konsep strategi yang pada dasarnya Bersifat Membatasi, (7) Menyederhanakan Hambatan Keluar

b) Sasaran yang dapat dipertemukan : (1) Mempunyai strategi yang sedang dalam Industri bersangkutan), (2) Mempunyai sasaran laba investasi yang sepadan, (3) Menerima Profitabilitasnya yang sekarang., (4) Menginginkan dihasilkan uang kontan. (5) Memiliki Cakrawala waktu yang pendek, (6) membeci Resiko.

2.1.4 Keterkaitan antara Pembelajaran Organisasi, Modal Intelektual dan Keunggulan Bersaing.

Keunggulan bersaing suatu perusahaan akan dipengaruhi bagaimana suatau organisasi dan individu didalamnya belajar secara terus menerus serta mentransformasikan pengetahuan yang dimiliki dalam organisasi/perusahaan sehingga mempunyai knowledge yang tinggi serta kemampuan tim yang dinamis dalam mencapai keunggulan bersaing suatu perusahaan.


(45)

2.1.4.1 Hubungan Pembelajaran Organisasi dengan Modal Intelektual Pembelajaran organisasi adalah suatu proses perbaikan melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik, hal ini didefinisikan oleh Fiol dan Lyles (1985) dalam Lena Ellitan dan Lina Anatan (2009: 142), sedangkan menurut Garvin (2000) keahlian organisasi untuk menciptakan, memperoleh, menginterpretasikan, mentrasfer dan membagi pengetahuan, yang bertujuan memodifikasi perilaku anggotanya untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan baru adalah pembelajaran organisasi.

Menurut sullivan (2000) dalam Sangkala (2006:34) menyatakan bahwa modal intelektual sebagai pengetahuan yang dapat diubah ke dalam profit. Selanjutnya Edvison (2003) dalam Sangkala (2006:-37) menyatakan bahwa kemampuan mentrasformasi pengetahuan dan aset intagible kedalam penciptaan sumber kekayaan dengan melipatgandakan modal manusia dan modal strukrural adalah Modal intelektual.

2.1.4.2 Pengaruh Modal Intelektual terhadap Keunggulan bersaing

Menurut Heng (2001) dalam Sangkala (2006:36-37) menjelaskan bahwa modal Intelektual sebagai aset berbasis pengetahuan yang berada dan menjadi fondasi kompetensi inti dan mempengaruhi perkembangan daya tahan dan berkelanjutan keunggulan kompetitif perusahaan.

Kesuksesan (keungglan bersaing) perusahaan sangat dipengaruhi oleh usaha-usaha rutin perusahaan uantuk memaksimumkan nilai-nilai dari modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Horrison dan Sullivan (2000) dalam Elittan lena dan Anatan Lina ( 2009: 158)


(46)

Selanjutnya menurut Amiri et al (2010) menyatakan bahwa Intellectual capital dapat digunakan untuk perusahaan dalam mencapai keunggulan bersaing.

2.1.4.3 Pengaruh Pembelajaran organisai terhadap Keunggulan Bersaing Pembelajaran organisasi yang terus meneruskan akan menciptakan keunggulan bersaing perusahaan. Agar dapat mencapai dan mepertahankan keunggulan bersaing dalam lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat, organisasi harus dapat meningkatkan kapasitas pembelajarannya (Marquadt 1996:15) dalam penelitian Yeni Absah (2009).

Khandekar and Sharma, 2006 dalam Yeni Absah (2010:56) Pembelajaran Organisasi adalah “proses memperoleh pengetahuan secara individu dan kelompok yang bersedia mengaplikasikannya ke dalam pekerjaan mereka dalam membuat keputusan dan saling mempengaruhi sebagai kapabilitas dinamik sebagai sumber keunggulan bersaing”

2.1.4.4 Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Modal intelektual terhadap keunggulan bersaing

Menurut DeNisi (2000) dalam penelitian Njuguna, John I (2009) “Sumber daya modal intelektual diperoleh melalui proses pembelajaran organisasi dan dilihat sebagai sangat penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dalam lingkungan yang kompetitif.

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran organisasi dan modal intelektual mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan.


(47)

Dengan meningkatkan kemampuan perusahaan melalui pembelajaran orgaisasi mendorong organisasi dan individu untuk belajar terus menerus dan mentransformasikan dalam organisasi secara tersistem yang dikontrol oleh perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan

2.2.Kerangka Pemikiran .

PT.Telkom untuk membangun kekuatan persaingan dalam era pengetahuan organisasi dituntut untuk mampu menciptakan terbentuknya lingkungan pembelajaran yang kondusif sehingga memotivasi karyawannya untuk terus belajar, memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang disediakan oleh organisasi dan mengembangkan pengetahuan individualnya untuk dibagikan kepada orang lain sehingga menjadi pengetahuan organisasi

Pembelajaran organisasi menunjukan bahwa perusahaan telah mempelajari apa yang harus dipelajari untuk dapat meninggkatkan kinerja lebih baik dibandingkan pesaing. Perusahaan harus berorientasi pada pembelajaran yaitu kemauan untuk belajar dan menjadi organisasi pembelajar.

Pembelajaran organisasi merupakan proses belajar terus menerus dari setiap individu organisasi dimana pola pikir, berfikir baru dan ekspansif ditumbuhkan, aspirasi bersama dibiarkan secara bebas dan anggota-anggotanya secara terus menerus dan belajar bersama yang dibangun dan keahlian organisasi diciptakan dan diperoleh ditransformasikan dalam perusahaan yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan baru.


(48)

Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan adalah lahirnya konsep manajemen modal intelektual. Kesuksesan perusahaan selalu terkait dengan adanya sharing pengetahuan baik tentang kebutuhan konsumen, produk baru, jasa, bahkan tentang kebijakan maupun prosedur dalam perusahaan.

Komponen-komponen modal intelektual dalam kaitannya dengan strategi pengelolaan modal intelektual sangat penting mengingat komponen-komponen tersebut merupakan aset utama yang akan menjadikan dasar bagi perusahaan unuk membangun daya saing.

. Modal intelektual memiliki tiga dimensi/indikator yaitu modal manusia, modal strutural, modal pelanggan sebagai aset organisasi yang mempengaruhi perkembangan daya tahan dalam keunggulan kompetitif perusahaan. Bersaing atau kompetisi merupakan cara atau usaha untuk mengalahkan atau melebihi orang lain dimana satu pihak yang mengalami kesuksesan akan mencapai tujuan dengan cara yang lebih cepat dan mutu yang lebih tinggi.

Dalam memenangkan daya saing perusahan keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu perusaha an untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama. Perusaha an yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif dan konsep keunggulan bersaing dalam perusahaan terdapat tiga kunci dalam strategi besraing (three keys competities advantage) adalah perbaikan kualitas, inovasi dan pengurangan biaya.


(49)

Menurut DeNisi (2000) dalam penelitian Njuguna, John I (2009:35) mennyatakan bahwa “Sumber daya modal intelektual diperoleh melalui proses pembelajaran organisasi dan dilihat sebagai sangat penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dalam lingkungan yang kompetitif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran organisasi yang dilakukan secara terus menerus oleh individual perusahaan dan organisasi yang ditransformasikan secara tersistem dapat menciptakan knowledge baru sehingga mempengaruhi daya tahan perusahan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Selanjutnya untuk mendukung penelitian yang akan penulis lakukan yang terkait dengan judul yang penulis teliti, berikut disajikan tabel penelitian terdahulu.

Adapun persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Matrik Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1. The Source Of Competitive Advantage In Organisations Jennifer Anne Jerome Anthony, dkk (2009) Penerapan kompetensi inti Manajemen Pengetahuan merupakan keunggulan kompetitif. Manajemen strategis inisiatif berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif antara karyawan, Competitive Advantage in organisasi Varibel yang digunakan hanya satu

2 Increasing the Intellectual Capital in Organization: Ali Naghi Amiri, dkk (2010) Pembelajaran organisasi memiliki efek positif dan penting terhadap Terdapat hubungan positif antara Pembelajar an organisasi 2 varibel yang digunakan Metode Analisis


(50)

Examining the Role of Organizational Learning modal intelektual Unsur Modal Intelektual adalah modal manusia termasuk, relasional modal dan modal struktural. terhadap modal intelektual Korelasi analisis dan regresi analisis : SPSS berganda

3 Intellectual capital and competitive advantages: the case of TTY Biopharm Company Ming-Chin Chen (2004)

Strategi R & D yang memadai dan investasi di modal intelektual Nilai aktiva tak berwujud berasal dari kemampuan mereka untuk membantu organisasi

Efisiensi biaya pada umumnya merupakan keunggulan kompetitif keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. berhubungan dengan intelektual modal Modal intelektual dan keunggulan kompetitif dijadikan dasar penelitian Modal intelektual berpenga ruh pada keunngulan kompetitif perusahaan Hanya 2 Varibel yg digunakan dalam penelitian ini modal intelektual dan keunggulan bersaing

4 The

Relationship of Intellectual Capital, Innovation and Organizational Performance: a Preliminary Study in Malaysian SMEs Rohana Ngah (2009) Pemahaman tentang intelektual modal dan inovasi.

Inovasi , pemerintah mengambil peran utama dalam membantu UKM inovasi, mempengaruhi kinerja organisasi jangka panjang sebagai keunggulan kompetitif. Varibel independen yaitu Modal intelektual dijadikan dasar penelitian Modal intelektual berpengaruh terhadap inovasi

5 Kajian tentang pentingnya intellectual Capital dalam mendukung peningkatan kinerja perusahaan Habibur rochman (2008) kekayaan intelektual merupaklan langkah yg perlu dikembangkan. Kekayaan intelektual oleh skandia merupakan memperbaiki kualitas Varibael independen yang digunakan sama dengan penulis yaitu Modal Inelektual Variabel independen yaitu modal intelektual berpengaru h terhadap kinerja Analisis statistiknya regresi linear sederhana 6 Pembelajaran

Organisasi Straregi

Yeni Absah (2010)

Organisasi pembelajar adalah organisasi yang mempunyai komitmen Varibael independen yaitu Hanya menggunak an satu


(51)

membangun kekuatan perguruan tinggi

dan keinginan terus menerus untuk melakukan perbaikan pembelajar an organisasi Analisi statistik nya analisa regresi linear berganda variable dependen yaitu pembelajar an organisasi

7 Meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui pengintegrasia n fungsi sumber daya manusia dalam strategi bisnis Lina Anatan (2010) kinerja perusahaan, dapat meningkatkan fleksibilitas organisasi sehingga perusahaan mampu memenangkan persaingan bisnis dalam lingkungan bisnis yang makin kompetitif Keunggulan competitive untuk memnagkan persaingan Hanya menggunak an satu variable yaitu keunggula bersaing Analisis statistiknya regresi linear sederhana 8. Analisis

dampak karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Intelectual capital pada Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia Ariestowa ti, E Suprapti dan Ihyaul Ulum (2009) Seluruh variable independent merupakan pemicu Intellectual Capital perusahaan di Indonesia Modal intelektual merupakan asset Perusahaan Varibel yang digunakan hanya Intelektual capital

9 Competitive Advantage Culture of knowledge Management : ransferring Tacit Knowledge into explicit Salah Eldin Adam Hamza (2008)

Tacit Knowledge dapat ditransfer menjadi explicit Knowledge melalui proses terstruktur komunikasi, pengumpulan interaksi dan sirkulasi dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif Menggunak an varibel Keunggulan bersaing Varibel Keunggula n bersaing dipengaruhi oleh knowledge managemen 10 Strategic

Positioning for Sustainable Competitive Advantage Organizational Learning Approach John I. Njuguna (2009) Pembelajaran yang terus menerus dapat meningkatkan pengetahuan Pengetahuan yang ditransformasikan mendorong karyawan untuk mencoba ide baru Untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan Menggunak an varibel independan dan dependen dan sama dengan penulis Metode yang digunakan analisis integrasi model dan model konseptual


(52)

Berdasarkan apa yang diuraikan ditas penulis menganalisa dan menyimpulkan kerangka pemikiran bahwa pembelajran organisasi dan modal intelektual berpengaruh terhadap keunggulan bersaing yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Pengaruh Pembelajaran Organisasai, Modal Intelktual dan Keunggulan Bersaing

1.Berpikir sistemis 2.Penguasaan Pribadi 3.Model-Model Mental 4.Membangun, Visi Bersama 5.Pembelajaran Team

1. Modal Manusia 2. Modal Struktural 3. Modal Pelanggan

1. Peningkatan Kualitas 2. Inovasi 3. Pengurangan

Biaya

Keunggulanbersaing

Michael E Porter : 2008

Senge : 2002

Larry Prusak: 2001

Heng : 2001

Modal Intellektual Garvin : 2000

Bontis : 2002

Denisi : 2000

Khandekar and

Sharma : 2006 Organisasi Pembelajaran


(53)

2.3. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2000:161) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.” Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan variabel yang akan diuji sebenarnya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian yaitu” Pembelajaran Organisasi dan Modal Intelektual berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing”, baik secara simultan maupun parsial pada PT Telkom di Bandung.


(54)

51 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono(2005:32) adalah sebagai berikut :

“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah pembejaran organisasi dan modal intelektual serta keunggulan Bersaing. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. TELKOM di Bandung

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.


(55)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2008:147) menyatakan bahwa:

“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Menurut Sugiyono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data


(56)

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh implementasai pembelajaran organisasi dan modal intelektual terhadap keunggulan bersaing. Menurut Sugiyono (2001:16), metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk memilih metode penelitian, menyusun instrument penelitian, mengumpulkan data dan menganalisanya

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh implementasai pembelajaran organisasi dan modal intelektual terhadap keunggulan bersaing Sedangkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan verifikatif,Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis, sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga, yaitu untuk mengetahui seberapa besar karena data pembelajaran organisasi, modal intelektual dan keunggulan bersaing yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan


(57)

penelitian, sehingga data tersebut akan di kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84), “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Adapun pengertian dari desain penelitian menurut Husein Umar (2003:84) dalam Umi narimawati (2010:30) adalah “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Demikian halnya Umi Narimawati (2010:30) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada faktor penentu Keunggulan BersaingDengan demikian dapat ditetapkan judul penelitian : ” Implentasi pembelajaran organisasi dan modal intelektual terhadap keunggulan Bersaing pada PT. TELKOM di wilayah Bandung.


(1)

171

lebih tinggi dibandingkan secara parsial dan dapat dijadikan masukan untuk

meningkatkan keunggulan pada PT. Telkom di Bandung, dapat dilakukan

secara bersamaan antara pembelajaran organisasi, modal intelektual. Hal ini

dapat dijadikan salah satu masukan PT. Telkom menjadikan pembelajaran


(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ORGANISASI DAN MODAL INTELEKTUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KEUNGGULAN BERSAING DI PT TELKOM

Implementation of Organizational Learning and Intellectual Capital in an effort to increase Competitive Advantage

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat program studi manajemen jenjang S1

Oleh: Hendri Astuti NIM : 21208913

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Angela & Armstrong Michael. (2007). Human Capital Management . United Kingdom: Kogan Page.

Chin Chen, Ming, (2004). Intellectual capital and competitive advantages: the case of TTY Biopharm Company, Journal of Business Chemistry. 1(1).

Gasparesz, Vincent (2007). Organizational Exellence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Grant, Robert M. (2007). Analisis Strategi Kontemporer. Jakarta: Erlangga.

Hernández , Vargas-José G, (2010). How Intellectual Capital and Learning Organization Can Foster Organizational Competitiveness?, International Journal of Business and Management,5( 4).

Habiburrochman (2008), Kajian tentang pentingnya Intellectual Capital dalam mendukung peningkatan Kinerja Perusahaan, Jurnal Administrasi dan Bisnis,2(1)

L Tobing, Sondang Yohanna, dkk (2009). Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap, Kompetensi Pegawai Bank, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 16(1),25-35

Muluk, Khairul. (2008). Knowledge Management. Malang: Bayumedia Publishing..

Moeheriono. (2009). Pengukuran kinerja berbasis kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia”


(4)

173

Naghi Ali, dkk. (2010). Increasing the Intellectual Capital in Organization: Examining the Role of Organizational Learning, European Journal of Social Sciences, 14(1).

Preffer, Jeffrey (2007). Paradigma baru MSDM. Yogyakarta: Amara Books.

Poeter, Michael E (2008) Competitive advantage, Tangerang: Karisma Publising Group

Senge, Peter (2002). Buku Pengangan Disiplin ke lima. Batam: Interaksa

Sangkala (2006). Inttellectual Capital Management. Jakrta: Yapansi

Sutia, Sabar (2009) Investasi Human Capital. Bogor: Pelangi Nusantara

Sampurno. (2010). Manajemen Stratejik. Yogyakarta: Gajah Madah University Press.

Jennifer Anne, Jerome Anthony (2009). Communities Of Practice: The Source Of Competitive Advantage In Organisations. Journal of Knowledge Management Practice,10( 1).

Ulum, Ihyaul (2009). Inttelectual Capital. Yogyakarta: Graha Ilmu

Widodo, Joko (2007). Learning Organization. Malang: Bayumedia Publishing

Yuniarsih, Tjutju (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: ALFABETA, CV


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendri Astuti

Alamat : Komplek Puri Dago Jl. Puri Dago III no 6 Bandung

Tempat /tanggal lahir : Banyuwangi, 29 Nopember 1963 Jenis kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : WNI (Indonesia) Agama : Islam

Telepon : 081321584936

E-mail : astuti.hendri63@gmail.co.id

Anak : 7 dari 15 Bersaudara Pendidikan

Pendidikan Formal :

1. Tahun 1971-1976 : SD Negeri 1 Banyuwangi 2. Tahun 1976- 1980 : SMP PPSP Surabaya 3. Tahun 1980 - 1983 : SMA PPSP Subaya 4. D2 Tata Usaha : PT. Telkom

5. Tahun 2008-2011 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(6)

294 Pendidikan Informal :

1. 15-20 Juni 2009 : Communic Asia 2009 di Singapora 2. 14-16 Juni 2010 : Communic Asia 2010 di Singapora

3. 23- 25 Feb 2011 : Asia Pacific HR Congress 2010 di Thailand

Pengalaman Kerja :