commit to user
25
Tabel 2.3 Daftar Aspek Kinerja Sosial dan Lingkungan
Global Reporting Initiative 2006
Aspek Indikator Kinerja Lingkungan 6- Pekerjaan
1- Material 7- Tenaga kerja atau Hubungan Manajemen
2- Energi 8- Kesehatan dan Keselamatan Jabatan
3- Air 9- Pelatihan dan Pendidikan
4- Keanekaragaman Hayati 10- Keberagaman dan Kesempatan Setara
5- Emisi, Efluen dan Limbah 11- Praktik Investasi dan Pengadaan
6- Produk dan Jasa 12- Non-diskriminasi
7- Kepatuhan 13- Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Bersama
8- Pengangkutan atau Transportasi 14- Pekerja Anak
9- Menyeluruh 15- Kerja Paksa dan Kerja Wajib
16- Praktek Pengamanan
Aspek Indikator Kinerja Sosial 17- Hak Penduduk Asli
1- Kesehatan dan Keamanan Pelanggan 18- Komunitas
2- Pemasangan Label bagi Produk dan Jasa 19- Korupsi
3- Komunikasi Pemasaran 20- Kebijakan Publik
4- Keleluasaan Pribadi privacy Pelanggan 21- Kelakuan Tidak Bersaing
5- Kepatuhan Penggunaan Produk dan Jasa 22- Kepatuhan Hukum dan Peraturan
4. Corporate Governance
Salah satu akar penyebab timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan berbagai negara Asia pada tahun 1997 adalah buruknya pelaksanaan corporate governance di
hampir semua perusahaan yang ada saat itu, baik state-owned enterprises maupun perusahaan swasta Baird, 2000. Buruknya pelaksanaan corporate governance,
mengakibatkan penurunan tingkat kepercayaan investor, sehingga investor lebih memilih untuk menanamkan modalnya di negara yang mempunyai aplikasi corporate
governance yang lebih baik Maksum, 2005.
commit to user
26
FCGI 2001 menyatakan bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan,
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang saham intern dan eksteren lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka.
Forum for Corporate Governace in Indonesia 2000: 1 mendefinisikan corporate governance sebagai:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Tujuan corporate governance pada intinya adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Dalam praktiknya corporate governance
berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan
beberapa versi yang menyangkut prinsip corporate governance, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan Arifin, 2005.
Menurut Pedoman Umum Corporate Governance Indonesia 2006, terdapat lima prinsip dasar dalam penerapan corporate governance. Prinsip tersebut
digunakan untuk mengukur seberapa jauh corporate governance diterapkan di dalam perusahaan. Penjelasan kelima prinsip dasar menurut KNKG 2006 adalah:
a. Transparansi transparency. Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor
tergantung atas kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh
commit to user
27
karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu, dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang
sama. Dengan kata lain prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam penyajian disclosure informasi yang dimiliki perusahaan.
b. Akuntabilitas accountability. Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan
yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen, dan komite audit. Praktik-praktik yang
diharapkan muncul
dalam menerapkan
akuntabilitas diantaranya
pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan
kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.
c. Responsibilitas responsibility. Responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan
dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk
mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
commit to user
28
d. Independensi Independency. Untuk melancarkan pelaksanaan asas corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan kesetaraan fairness. Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham
minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya.
Li dan Qi 2008 menyatakan bahwa corporate governance dapat memberikan jaminan kualitas terhadap informasi akuntansi yang diungkapkan. Corporate
governance yang baik dapat menguatkan kontrol internal perusahaan dan dapat mengurangi perilaku oportunis manajemen dan mengurangi asimetri informasi.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer mampu memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak
berkeinginan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang ditanamkan oleh investor dan
berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer Shleifer dan Vishny, 1997.
FCGI 2001 menjelaskan bahwa di Indonesia yang sebagian besar hukumnya berasal dari Belanda, civil law menjadikan setiap PT memiliki dua dewan two tiers
system, yaitu dewan komisaris dan dewan direksi sehingga terdapat pembagian
commit to user
29
wewenang pengelolaan dewan direksi dan pengawasan dewan komisaris perusahaan Maksum, 2005.
Definisi dewan komisaris menurut UUPT No. 40 tahun 2007 adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Peran penting dalam melaksanakan corporate governance berada pada dewan komisaris yang berfungsi
sebagai pengawas aktifitas dan kinerja serta sebagai penasihat direksi dalam memastikan bahwa perusahaan melaksanakan corporate covernance yang baik
KNKG, 2006. Dewan komisaris terdiri dari komisaris independen dan komisaris non-independen. Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi KNKG, 2006. Peraturan Menteri BUMN No. 5 tahun 2006 pasal 3 yang mengatur tugas
komite audit mengenai perannya dalam membantu komisaris untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian internal. Komite audit juga membantu untuk
memastikan akuntansi keuangan dan sistem pengendali bekerja dengan baik sehingga pembentukan komite audit dimaksudkan untuk menyediakan sebuah kemudahan
untuk auditor eksternal perusahaan untuk mengkomunikasikan hasil audit mereka Nasir dan Abdullah, 2005. Ho dan Wong 2001 menyatakan bahwa komite audit
independen berpengaruh positif terhadap luasnya disclosure.
commit to user
30
B. Kaitan Corporate Governance dengan Pengungkapan Sosial dan