Gejala Klinis Prevalensi ektoparasit terhadap salinitas

3.3.2.2 Metode Mount Insang Sebagian insang dari ikan kerapu macan diambil dengan mengggunakan forcep dan gunting, kemudian kartilago filament dipotong dengan scalpel dan ditempatkan di objek glass lalu ditutup dengan cover glass agar filament insang tidak bergerak. Selanjutnya, teteskan NaCl fisiologis atau akuades sebanyak 2-3 tetes di bawah usapan sampai merata dengan menggunakan pipet tetes. Pengamatan di lakukan di bawah mikroskop.

3.4 Gejala Klinis

Pengamatan gejala abnormal ikan kerapu macan setelah terserang ektoparasit dievaluasi setiap 2 minggu sekali, selama dua bulan. Berdasarkan gejala klinis khas ektoparasit pada setiap perlakuan secara visual dicatat di tabel pengamatan. Ikan abnormal yang menunjukkan gejala klinis khas ektoparasit berupa adanya produksi lendir yang berlebihan, terjadinya luka, dan perubahan warna pada kulit ikan yang berubah menjadi lebih pucat. 3.5 Pengukuran Nilai Prevalensi Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis ektoparasit yang menyerang ikan kerapu macan dan tingkat infeksinya. Menurut Saleh 1996, prevalensi pada ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 3.6 Analisis Data Data yang didapat dari setiap pengamatan dicatat dan disusun ke dalam bentuk tabel. Data dilihat perbandingannya dengan menggunakan Uji Chi Square non parametrik Jumlah ikan yang terserang parasit X 100 Prevalensi = Jumlah ikan yang diperiksa Universitas Sumatera Utara untuk pengujian hipotesis melalui adanya perbandingan antara frekuensi observasi yang benar-benar terjadi aktual dengan frekuensi harapanekspektasi. Adapun pada prevalensi ektoparasit berdasarkan kadar salinitas yang dikaitkan dengan frekuensi ekspektasi dengan nilaiperbandingan dalam Ho. Derajat bebas Db = k-1. Ho P0,05 menyatakan nilai setimbang, pernyataan diterima. Sedangkan H 1 P0,05 bahwa nilai tidak seimbang dan pernyataan ditolak. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Ektoparasit

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis terhadap ikan kerapu macan yang diteliti, diketahui bahwa jenis parasit yang sering menginfeksi insang ikan tersebut adalah Diplectanum sp. yang merupakan parasit monogenea, Oodonium sp. yang termasuk ke dalam parasit protozoa filum Sarcomastigophora, dan jenis parasit yang menyerang permukaan tubuh yaitu Trichodina sp. dari famili Trichodinidae, dan Benedenia sp. dari famili Capsylidae berdasarkan buku identifikasi Kabata 1985 dan Dana et al., 1984. 4.1.1 Jenis Ektoparasit Insang Pengamatan mikroskopik menunjukkan ektoparasit lain yang menyerang kerapu macan dengan ciri-ciri memiliki alat penempel dengan bentuk tubuh seperti cacing monogenea dan biasanya menyerang bagian insang. Gejala klinis yang diperoleh selama penelitian berupa kerusakan pada bagian insang akibat ditumpangi oleh parasit tersebut. Menurut Rakovac et al, 2002 parasit yang memiliki alat pengait yang melebar untuk mengaitkan diri pada inang yang disebut anchor dan dilengkapi dengan organ penempel tambahan yang dinamakan lamelle atau squamodisc merupakan Diplectanum sp. Gambar 3. Agen infeksi dan kondisi patologis antara ikan budidaya dan ikan alam mempunyai insidensi berbeda. Diplectanum sp. adalah parasit monogenea yang menyebabkan reaksi proliferatif sel-sel epitel insang yang terkena infeksi. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Diplectanum sp. 10x40 Parasit monogenea termasuk Diplectanum sp. mempunyai siklus hidup yang langsung, sederhana, tidak melibatkan inang perantara dan hanya melibatkan satu inang saja sehingga bila kondisi perkembangannya baik, maka parasit ini akan berkembang lebih cepat tanpa memerlukan inang perantara Anshary et al., 2001. Siklus hidup parasit ini dimulai dari telur parasit yang menetas dalam waktu 5-8 hari yang berkembang menjadi parasit muda Oncomiracidia yang dilengkapi dengan cilia berfungsi sebagai alat gerak untuk menemukan inang baru, di inang biasanya tumbuh dan berkembang di bagian insang Koesharyani, 2001. Jenis ektoparasit lainnya yang menyerang kerapu macan mempunyai bentuk bulat dan tidak memiliki flagella. Gejala klinis yang menunjukkan bahwa parasit ini menyebabkan luka pada bagian tubuh dari ikan kerapu macan. Menurut Kabata 1985 parasit yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit inang-inangnya adalah rizoid Oodonium sp. Gambar 4. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama velvet yang merupakan ektoparasit yang menginfeksi kulit dan insang. Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini ikan mengalami anoreksia dan terjadi pendarahan pada insang. Gejala ikan yang terinfeksi Oodonium dengan kondisi yang sudah parah pada kulitnya akan terlihat lapisan seperti beludru. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. A. Oodonium sp. 10x10; B. Permukaan tubuh yang luka akibat terinfeksi Oodonium sp. Dana et al., 1994 mengatakan bahwa Oodonium sp. termasuk ke dalam parasit protozoa, filum Sarcomastigophora, subfilum Mastigophora, famili Blantoniidae, genus Oodinium dan spesies Oodinioum sp. Adapun filum Sarcomastigophora ini dibedakan atas tiga kelompok subfilum yakni Mastigophora, Sarcodina dan Opalinata. Dimana stadia parasit atau disebut trofont berbentuk bulat. Ukurannya terggantung pada jenis dan stadia siklus hidupnya berukuran lebar 15- 70 μm dan mencapai panjang 150-670 μm. Trofont tidak berflagella sehingga tidak dapat berenang bebas. Trofont biasanya diseliputi oleh suatu membran tipis transparan yang memperlihatkan struktur sitoplasmik, terdapat bentuk seperti akar rizoid yang digunakan untuk melekatkan diri pada substrat.

4.1.2 Jenis Ektoparasit Kulit

Dari pengamatan ditemukan ektoparasit berbentuk seperti lonceng dan memiliki cilia pada sisi tubuhnya. Cilia yang digunakan sebagai alat gerak. Pada saat parasit ini bergerak parasit ini akan melebarkan dan memendekkan tubuhnya. Menurut Hidayaturrohman 1990, bahwa parasit yang berbentuk seperti lonceng terbalik ini merupakan Trichodina sp. Gambar 5. Sisi dorsalnya cembung, dapat dikontraksikan serta memiliki dua mahkota bercilia. Sisi bagian ventral sedikit cekung dan berfungsi sebagai alat penghisap. Mulut terdapat di tengah alat penghisapnya dan dikelilingi oleh cincin yang menempel padanya, terdiri dari 20-30 tanduk-tanduk kecil. Bila parasit ini memanjangkan atau memendekkan tubuhnya, mulutnya akan melebar atau menyempit. Parasit ini tidak tahan hidup lama tanpa adanya inang. B A Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Trichodina sp. 10x10 Menurut Irianto, 2005 Trichodina sp. merupakan jenis Protozoa dari kelompok Ciliata yang memiliki bulu getar, memiliki bentuk badan seperti cawan, berdiameter 5μm, dengan bulu getar terangkai pada kedua sisi sel. Trichodina sp. merupakan parasit yang mudah memisahkan diri menjadi dua bagian yang lebih kecil dan kemudian masing-masing bagian akan kembali memperbanyak diri. Menurut Kabata 1985, Trichodina sp. termasuk dalam famili Trichodinidae, sub ordo Mobilina, ordo Petrichida dan kelas Ciliophora. Secara visual selama penelitian jenis ektoparasit ini menyerang ikan kerapu macan dengan menampakkan gejala klinis seperti adanya warna pada permukaan tubuh yang memucat jika dibandingkan dengan ikan yang normal Gambar 6 dan gejala lainnya seperti adanya bagian tubuh ikan yang rusak atau mengalami luka akibat sering menggosok-gosokkan tubuh pada permukaan akuarium. Dari pemeriksaan secara mikroskopik Trichodina sp. banyak ditemukan pada bagian kulit serta insang dari ikan kerapu macan yang diserang. Gambar 6. A. Infeksi Trichodina sp. warna tubuh ikan menjadi pucat,

B. Warna tubuh ikan kerapu macan norma l

A B Universitas Sumatera Utara Menurut Afrianto Liviawaty 1992, Trichodina sp. menyebabkan penyakit gatal Trichodinasis pada ikan dan pada bagian tubuh ikan yang diserangnya terutama kulit, sirip dan insang. Kabata 1985, menyatakan bahwa ikan yang terkena infeksi Trichodina sp. menyebabkan sirip ikan menjadi rusak, demikian pula pada insangnya. Bila sudah demikian, kehadiran bakteri dan jamur sebagai agen penyakit sekunder sangat besar kemungkinan menyerang kulit dan menyerang ikan dalam skala pembenihan. Klinger Floyd 1998 mengatakan bahwa Trichodina sp. merupakan salah satu parasit yang sering menyerang ikan budidaya, terutama bagian kulit dan insang. Infeksi dalam jumlah yang sedikit tidak akan mengakibatkan kerugian pada budidaya ikan. Namun, jika ikan mengalami stress atau kualitas air menurun, maka parasit ini akan berkembang biak dengan cepat dan mengakibatkan kerugian yang besar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa infeksi dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan ikan tampak pucat, nafsu makan turun dan sensitif terhadap infeksi bakteri. Dari hasil pengamatan secara mikroskopik ditemukan jenis ektoparasit lainnya yang menyerang kerapu macan dengan bentuk bentuk pipih seperti cacing yang memiliki alat pengait pada bagian posterior tubuhnya dengan gejala infeksi pada ikan kerapu macan yang terserang seperti pernafasan ikan meningkat dan produksi lendir yang berlebihan pada permukaan tubuh inang yaitu Benedenia yang banyak menyerang bagian insang dan permukaan tubuh ikan. Ciri-cirinya memiliki panjang 1,4-2,7 mm, bentuk pipih agak oval, bagian anterior terdapat sepasang alat penempel, sedangkan pada bagian posterior terdapat haptor yang dilengkapi dengan sepasang alat pengait Zafran, 1998 pada Gambar 7. Gambar 7. Benedenia sp. Universitas Sumatera Utara Dibandingkan dengan parasit insang, parasit kulit yang ditemukan pada ikan budidaya jenisnya sangat sedikit, dan umumnya jenis yang banyak ditemukan adalah Bendenia sp. yang merupakan skin monogenetic trematodes atau disebut juga parasit kulit, karena banyak ditemukan pada lendir tubuh ikan atau bagian kulit tubuh ikan. Menurut Kabata, 1985 bahwa ektoparasit Benedenia termasuk ke dalam ordo Dactylogridae, famili Capsylidae, genus Benedenia dan spesies Benedenia sp. Menurut Gusrina 2008, bahwa Benedenia sp. sering menyerang ikan kerapu macan terutama di bagian kulit dan insang dan menyerang kulit bahkan beberapa ikan yang terserang parasit ini menunjukkan gejala klinis abnormal pada mata yaitu terjadi kebutaan. Insang merupakan organ penting yang sangat dibutuhkan oleh organisme perairan sebab insang merupakan organ primer untuk pertukaran gas-gas juga berperan dalam proses osmoregulasi.

4.2 Prevalensi ektoparasit terhadap salinitas

Dari pengamatan diperoleh bahwa terjadi prevalensi ektoparasit terhadap salinitas pada parasit Trichodina Tabel 1 Oodonium Tabel 2 Diplectanum Tabel 3 dan Benedenia Tabel 4. Tabel 1. Prevalensi parasit Trichodina sp. Salinitas ppt oi Ei oi-ei oi-ei2 oi-ei2ei 20 0.125 0.03 0.095 9.02x10 -3 0.30 25 0.20 0.03 0.17 0.028 0.96 30 0.275 0.03 0.245 0.06 2 35 0.30 0.03 0.27 0.073 2.43 40 0.375 0.03 0.345 0.12 3.96 45 0.40 0.03 0.37 0.137 4.56 Tabel 2. Prevalensi parasit Odonium sp. Salinitas ppt oi Ei oi-ei oi-ei2 oi-ei2ei 20 0.125 0.02 0.10 0.01 0.43 25 0.125 0.02 0.10 0.01 0.43 30 0.2 0.02 0.17 0.03 1.5 35 0.25 0.02 0.23 0.10 2.08 40 0.35 0.02 0.32 0.10 4.42 45 0.4 0.02 0.37 0.14 5.875 Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Prevalensi parasit Diplectanum Salinitas ppt oi Ei oi-ei oi-ei2 oi-ei2ei 20 0.125 0.02 0.105 0.01 0.5 25 0.175 0.02 0.155 0.02 1.2 30 0.2 0.02 0.18 0.03 1.5 35 0.25 0.02 0.22 0.053 2.65 40 0.3 0.02 0.28 0.078 3.92 45 0.3 0.02 0.28 0.078 3.92 Tabel 4. Prevalensi parasit Benedenia Salinitas ppt oi Ei oi-ei oi-ei2 oi-ei2ei 20 0.15 0.02 0.126 0.016 0.66 25 0.175 0.02 0.151 0.022 0.92 30 0.2 0.02 0.176 0.030 1.25 35 0.275 0.02 0.251 0.063 2.625 40 0.275 0.02 0.251 0.063 2.625 45 0.35 0.02 0.326 0.106 4.41 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan nilai antara masing- masing parasit. Pada Trichodina nilai prevalensi tertinggi pada salinitas 45 ppt yaitu sebesar 4,56 dan terendah pada salinitas 20 ppt yaitu 0,3; sedangkan pada Oodonium nilai prevalensi terendah pada salinitas 20-25 ppt yaitu 0,43 dan tertinggi pada salinitas 45 ppt yaitu 5,875. Diplectanum memiliki nilai prevalensi terendah pada salinitas 20 ppt yaitu 0,5 dan tertinggi pada salinitas 40-45 ppt sama yaitu 3,92. Hal ini juga terjadi pada Benedenia yang memiliki nilai prevalensi terendah pada salinitas 20 ppt yaitu 0,66 dan tertinggi pada salinitas 45 ppt yaitu 4,41. Hasil uji chi square menunjukkan perbedaan prevalensi ektoparasit pada tingkat salinitas berbeda p0,05. Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik. Menurut Buchmann 1988 dalam Bunga, 2008 bahwa parasit mempunyai tingkat infeksi yang berbeda berdasarkan umur, panjang dan berat ikan. Dari pengamatan selama penelitian diperoleh 235 ekor kerapu macan terinfeksi ektoparasit, sedangkan 5 ekor dari benih kerapu macan tidak ditemukan parasitnya. Namun ditemukan kista yang belum dapat diidentifikasi yang dapat dijumpai pada salinitas 20 ppt di minggu awal pengamatan penelitian. Berdasarkan pengamatan secara visual, pada salinitas 20-25 ppt diperoleh Universitas Sumatera Utara jumlah ikan yang terinfeksi sedikit dan pada salinitas 40-45 ppt terdapat tingkat infeki ektoparasit yang tinggi dari setiap minggunya. Keseimbangan air pada ikan tergantung pada kadar garam air tersebut. Ikan di laut seringkali menghadapi masalah yang berlawanan dengan menahan air tubuh mereka dengan adanya air laut yang tingi kadar garamnya. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas toleransi. Karena itu, sangat penting dalam mengelola kualitas air, terutama salinitas Fujaya, 2004. Djokosetyanto 2006, mengatakan bahwa salinitas merupakan faktor penting untuk kelangsungan hidup dan metabolisme ikan. Salah satu aspek fisiologis ikan yang dipengaruhi salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi ion tubuh. Dari 240 ekor sampel kerapu macan yang diperiksa yaitu 60 ekor 10 ekor setiap 2 minggu dari masing-masing salinitas ditemukan 4 empat spesies ektoparasit yaitu pada insang 2 spesies yaitu Diplectanum sp., dan Oodonium sp., sedangkan di kulit lendir ditemukan 2 spesies yaitu Trichodina sp. dan Benedenia sp. Hal ini sesuai dengan observasi yang pernah dilakukan oleh Koesharyani et al., 2001 bahwa Trichodina sp. menyerang kulit kerapu dengan tingkat patogenitas tinggi, sedangkan Diplectanum sp. menyerang insang kerapu dengan tingkat patogenitas sedang, akan tetapi Benedenia sp. menyerang kulit dengan tingkat patogenitas rendah dan frekuensi sedang. Dengan nilai parasit Trichodina sp. prevalensi parasit sebesar 14,21 . Diplectanum sp. 12,69 dan Benedenia sp. dengan prevalensi 12,49 . Tingkat infeksi ikan kerapu macan yang terserang penyakit parasit semakin meningkat dari setiap minggunya Gambar 8. Pada salinitas 40-45 ppt prevalensi ikan yang terinfeksi parasit jauh lebih banyak di minggu ke-6 dibandingkan pada minggu ke-0. Hal ini dapat disebabkan karena siklus hidup dari parasit itu sendiri yang menyebar masuk ke dalam tubuh ikan. Universitas Sumatera Utara

a. b.