di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010 ........................................................ 47
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena merupakan salah satu kebutuhan pokok. Untuk itu makanan yang dikonsumsi manusia selain
harus terpenuhi kebutuhan gizinya, juga harus terjamin, tidak boleh sampai menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit karena bahan tambahan
pangan yang ditambahkan pada makanan Winarno, 2004. Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan Bahan Tambahan Pangan BTP
menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP dalam proses
produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat.
Bahan Tambahan Pangan meliputi pewarna, pengawet, antioksidan dan pemanis Cahyadi, 2009.
Pemanis buatan merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih
manis dibandingkan sukrosa. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori Usmiati dan Yuliani, 2004.
Pemakaian pemanis buatan sering dipakai pedagang kecil dan industri rumahan karena dapat menghemat biaya produksi. Harga pemanis buatan jauh lebih
murah dibandingkan dengan gula asli. Indiasari 2009 mengutip bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan badan POM di beberapa sekolah dasar SD di Malang,
Jawa Timur menemukan ada konsumsi pada level yang tidak aman pada penggunaan pemanis buatan sakarin dan siklamat. Badan POM hanya melakukan pemeriksaan
terhadap sakarin dan siklamat karena pemanis buatan ini sering digunakan tanpa batas oleh pedagang karena sakarin dan siklamat harganya jauh lebih murah dibandingkan
dengan pemanis lainnya, seperti aspartam, acesulfam, alitam, neotam. Berdasarkan hasil penelitian Napitupulu 2006 terhadap lima sampel produk
es krim dibeberapa pasar kota Medan, diketahui bahwa seluruh sampel menggunakan zat pemanis sintetik yang diizinkan penggunaannya berdasarkan Peraturan menteri
Kesehatan RI No.722MenkesPerIX1988 yaitu sakarin tetapi kadar yang digunakan telah melebihi batas kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu dengan kadar 200
mgkg. Kadar sakarin yang ditemukan paling tinggi 8631 mgkg di Pasar Aksara dan kadar sakarin terendah ditemukan di Pasar Sei Sikambing yaitu 5754 mgkg.
Berdasarkan hasil penelitian Ginting 2004 terhadap 12 sampel minuman limun yang dijajakan di beberapa Pasar Kota Medan Pusat Pasar, Pasar Sukaramai,
Pasar Petisah diketahui bahwa keseluruhan sampel mengandung siklamat sebagai pemanis buatan. Diketahui bahwa kadar siklamat yang tertinggi ditemukan pada rasa
sarbbery yaitu 0,21 gr100ml dan terendah pada rasa sarsaparilla yaitu 0,154 gr100
Universitas Sumatera Utara
ml. Masing-masing rasa minuman limun tersebut tetap memiliki kemungkinan terkandung siklamat atau rasa manis yang tinggi, hal ini disebabkan tidak adanya
ketetapan jumlah dalam pemberian siklamat pada waktu pengolahan produk minuman limun oleh masing-masing perusahaan.
Dilihat dari data pemakaiannya selama 5 tahun ada peningkatan pemakaian pemanis buatan rata-rata sebesar 13,5. Meningkatnya penggunaan pemanis buatan
tersebut perlu dilihat dampaknya, diduga dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Pemakaian bahan pemanis buatan
memang tidak langsung dirasakan akibatnya, tetapi dapat terakumulasi alam tubuh dan bersifat karsinogenik sehingga untuk itu diperlukan tindakan preventif Cahyadi,
2009. Salah satu jenis jajanan yang memakai pemanis buatan diantaranya adalah es
krim. Es krim merupakan kudapan beku yang sangat digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa. Es krim yang dijual ditempat umum adalah es krim jenis
standard an ekonomis karena harganya yang murah. Pemanis buatan yang biasa digunakan pedagang es krim adalah pemanis yang mudah diperoleh di pasar seperti
sodium siklamat yang dikemas dalam berbagai merek. Pedagang es krim berjualan keliling dengan menggunakan sepeda dan membawa tong kayu yang didalamnya ada
wadah kecil dari logam. Wadah logam ini dapat diputar dengan menggunakan pedal. Ruang di antara wadah kecil dan ember kayu diisi dengan campuran es dan garam.
Untuk membekukan adonan es krim pun memerlukan suhu di bawah 0 C. Es krim
ini disajikan dengan memakai corong.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis melakukan penelitian tentang ”Pengetahuan, dan Sikap Pedagang Es Krim tentang Penggunaan Pemanis
Buatan di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010”.
1.2. Rumusan Masalah