Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam sepuluh tahun terakhir secara perlahan tampak kecenderungan positif yang berkembang dengan cukup terbukti, berupa upaya nyata dan membumi yang dilakukan didasari niat baik untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta pelestarian lingkungan. Masyarakat menghendaki standar bisnis yang lebih tinggi daripada era-era sebelumnya, yaitu perusahaan harus dapat melam paui “berhasil dengan baik” dengan cara mendapatkan laba, dan “melakukannya dengan baik” dengan cara berbuat sesuai dengan tanggung jawab sosial mereka Ambadar, 2008. Tanggung jawab sosial bisa dikatakan sebagai kepedulian para manajer suatu perusahaan berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan, politik, manusia, dan keuangan, atas tindakan-tindakan yang mereka ambil. Suatu bisnis yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya “apa yang terbaik bagi pe rusahaannya” saja, tetapi juga “apa yang terbaik bagi masyarakat umum”. Para entitas bisnis memiliki tanggung jawab kepada pihak utama yang berkepentingan, termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan komunitas, minimal dalam radius operasi usaha. Sebagian besar perusahaan secara cermat menyadari kebutuhan untuk memastikan bahwa produk dan proses mereka menjadi “bersahabat dengan lingkungan”. Kebijakan lingkungan yang logis 20 merupakan bisnis yang baik. Sebagai tambahan untuk menurunkan biaya operasi, produk-produk yang bersahabat dengan lingkungan menarik pelanggan yang sadar lingkungan, dan dapat memberikan keunggulan bersaing dalam bidang pemasaran kepada suatu perusahaan Almilia dan Retrinasari, 2007. Ambadar 2008:31 mengemukakan bahwa fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan tersebut terus menjadi agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan berbagai opini dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkkan lebih adil dan memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan sustainable development. Pembangunan berkelanjutan sustainable development menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat stakeholders. Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain, perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih besar untuk pelanggan. Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung berdampak negatif, membuat wacana tanggung jawab sosial perusahaan, atau yang lebih sering dikenal sebagai CSR Corporate Social Responsibility menjadi kebutuhan untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan. Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup triple bottom line. CSR merupakan fungsi yang sangat penting dalam mengembangkan lingkungan sosial perusahaan sehingga perkembangan masyarakat seiring dengan perkembangan perusahaan. Diharapkan dengan CSR ini, tidak akan terjadi lagi ketimpangan antara perusahaan dengan masyarakat disekitarnya. Idealnya, CSR ini harus menjadi bagian yang terintergrasi dalam kebijakan perusahaan yang merupakan investasi masa depan perusahaan social investment, bukan sekedar dianggap sebagai biaya sosial cost social Ambadar, 2008:33-34. Widjaja dan Pratama 2008 mengungkapkan bahwa dalam definisi CSR belum ditemukan suatu rumusan yang pasti dan tegas. Pandangan mengenai konsep CSR pun tampaknya belum sepenuhnya seragam. Berikut ini berbagai pandangan yang ingin disampaikan oleh beberapa organisasi yang ada diseluruh dunia yang dikutip oleh Widjaja dan Pratama 2008:36, antara lain: Menurut The World Business Council for Sustainable Development WBCSD dalam Dewi 2010, definisi CSR atau tanggung jawab perusahaan secara sosial adalah, komitmen yang berkelanjutan oleh pelaku bisnis untuk bersifat etis dan mengkontribusikan diri pada pembangunan ekonomi semetara meningkatkan kualitas kehidupan dari para pekerja dan keluarganya seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat luas. Atau dengan kata lain, Corporate Social Responsibility merupakan cara dunia mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat. Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development OECD dalam Aditya 2008, definisi CSR diartikan sebagai, kontribusi bisnis bagi pengembangan berkelanjutan dan bahwa perilaku perusahaan seharusnya tidak hanya memastikan keuntungan bagi para pemegang saham, gaji karyawan, produk dan pelayanan kepada konsumen, tetapi mereka juga harus merespon kepedulian dan nilai-nilai terhadap masalah-masalah lingkungan dan masyarakat. Salah satu pendapat yang sangat ekstrim adalah pendapat dari seorang ahli ekonomi terkenal, Milton Friedman yang dikutip oleh Suwaldiman 2009:84 seperti berikut ini, In such an economic, there is one and only social responsibility of business to use its resousces and engage in activities designed to increase its profits as long as its stays within the rules of game, which is to say, engages in open and free comnpetition, without deception or froud. Sedangkan menurut Indonesia Center of Sustainable Development ICSD 2003,27, definisi CSR adalah, CSR merupakan proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholder, baik secara internal pekerja, shareholders, dan penanam modal maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil, dan perusahaan lain. Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan sustainable development, yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Dauman dan Hargreaves 1992 dalam Hasibuan 2001 menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut: 1. Basic responsibility BR Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. 2. Organization responsibility OR Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Sociental responses SR Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan sangat berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu, kesesuaian penyampaian informasi dan kandungan informasi yang terdapat dalam laporan yang dibuat oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan. Serta dengan adanya pelaporan pengungkapan sosial perusahaan menambah nilai tambah dari masyarakat, stakeholder, dan investor. Serta keberlangsungan perusahaan terhadap produknya juga akan terjamin setelah adanya kepercayaan yang baik dari masyarakat.

2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial

Pada dasarnya tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implicit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik, membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial dan sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor Belkaoui dalam Lusiana, 2010.

2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

0 27 24

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN MANAJEMEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN

6 35 148

Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan terhadap CSR Disclosure. (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 7 142

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJEMEN, KEPEMILIKAN INSTITUSI, SIZE, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

0 2 89

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Em

0 4 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN ASING, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN PROPERTY D

0 4 192

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, SIZE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Leverage, Profitabilitas, Size, Kepemilikan Institusional, Dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusa

0 1 16

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, SIZE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Leverage, Profitabilitas, Size, Kepemilikan Institusional, Dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusa

0 1 15

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN REAKSI PASAR

0 0 15