Analisa Faktor-Faktor Resiko yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Gedung (Studi Kasus : Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kota Medan)

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG

MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PROYEK GEDUNG (Studi Kasus : Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kota Medan)

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

ZULVANTINO

NIM: 11 0424 017

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG

MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PROYEK GEDUNG (Studi Kasus : Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kota Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Dikerjakan oleh : ZULVANTINO

11 4240 017 Pembimbing :

Ir. Syahrizal, MT. NIP : 19611231 198103 1 002

Penguji I Penguji II

Ir. Besman Surbakti, MT M. Agung P Handana, ST, MT NIP. 19541012 198003 1 004 NIP. 19821210 200112 1 001

Mengesahkan

Koordinator, PPSE Ketua

Departemen T. Sipil FT USU Departemen T. Sipil FT USU

Ir. Zulkarnain A. Muiz, M. Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan NIP : 19560326 198103 1003 NIP : 19561224 198103 1 002

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ZULVANTINO

NIM : 11 0424 017

Departemen : Teknik Sipil, FT USU

Judul Tugas Akhir : ANALISA FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN GEDUNG (STUDI KASUS : PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN)

Dosen pembimbing : IR.SYAHRIZAL, MT

Menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan karya tulis orisinil (asli), dimana dalam hal ini segenap gagasan, sudut pandang dan analisa perhitungan telah dituangkan.

Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan tugas akhir ini, maka dapat dikatakan bahwa tugas akhir ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan hasil jiplatan baik sebagian maupun keseluruhan dari skripsi atau tugas akhir orang lain, kecuali kutipan yang saya catumkan sumbernya sesuai dengan kaedah penulisan karya ilmiah.

Medan, Oktober 2015 Penyusun

ZULVANTINO 11 0424 017


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara dengan judul ” Analisa Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Gedung Studi Kasus : Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung Di Kota Medan

Penulis menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak baik moril maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara sekaligus pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc selaku koordinator Ekstensi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar dan Pegawai Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Terimakasih kepada kak Lince, bang Zul, bang Amin, kak Dina, kak Dewi.


(5)

5. Kedua Orang Tua saya tercinta ( papa Yaunir dan mama Husni Hayati ) yang selalu memberi dukungan dan kasih sayangnya dan juga doa yang selalu menyertai penulis. Buat kakak saya Yanti Yauningsih, S.Kep.Ners beserta abang Alex Xandria, yang saya sayangi beserta keponakan tercinta Fadhil dan Fajri. Dan kepada adik Mardyanto dan Noviarni semoga cepat menyusul, beserta keluarga besar Agus salim dan Martini Aris yang selalu memberi dukungan kepada saya moril dan materil terima kasih saya ucapkan kepada kalian atas dorongan dan doanya.

6. Teman sekaligus Kaka Sherly meyklya S.kembaren, ST, kaka Yustina Sarjani S.muham, ST dan kepada Morina G.S Simanjuntak beserta Rizki Mazia H.Rambe terimakasih untuk semuanya yang telah mendampingi, menemani, dan mengayomi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. I am grateful for having you.

7. PT.DUTA RAYA SEJATI, PT.PP(persero)Tbk, PT.ADHI KARYA, CV.Yudha Pratama yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian pada proyeknya, dan membantu dalam penyediaan data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini.

8. Semua teman-teman Ekstensi baik senior maupun junior terkhusus angkatan 2011, yang selalu menemani disaat susah dan senang terkhusus untuk muti, Ica, fitri, adit, novan sekaligus keluarga teman berjuang bersama dari mulai di Politeknik dan menginjaakkan kaki di USU sampai sekarang dan semoga seterusnya. Untuk Jusak, Barto, Uyo, Ipwan keluarga baru yang saya dapatkan di Medan terimakasih untuk doa dan dukungannya. Untuk Andri, Aidyl, Benny,


(6)

Lio, Patricha dan juga teman - teman yang yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk kekompakannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis pada masa akan datang.

Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi yang membacanya.

Medan, Oktober 2015

ZULVANTINO 11 0424 017


(7)

ABSTRAK

Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Tujuan studi ini adalah Mencari faktor utama yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung, dan tindakan yang perlu diperhitungkan terhadap resiko-resiko yang dominan dalam mempengaruhi keterlambatan proyek gedung.

Analisa data diolah dengan statistik deskriptif dan analisa level resiko, untuk mendapatkan rangking faktor. Studi kasus pada penelitian ini adalah pelaksanaan proyek konstruksi gedung di kota medan. Dari hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota medan , yaitu: Keahlian tenaga kerja yang kurang terampil (X11), rangking 1 (3,83); Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan (X24), rangking 2 (3,48); Kesulitan finansial (X23), rangking 3 (3,38); Jadwal tenaga kerja dibutuhkan (X19), rangking 4 (3,45); Adanya perubahan desain (X2), rangking 5 (3,45); dan Jumlah peralatan yang digunakan (X14), rangking 6 (3,45).

Kata kunci : keterlambatan proyek,proyek gedung, faktor-faktot resiko.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah Penilitian ... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pendahuluan . ... 6

2.2Definisi Proyek . ... 6

2.2.1 Macam-macam Proyek . ... 8

2.2.2 Manajemen Proyek Konstruksi Gedung . ... 9

2.2.3 Unsur-unsur Manajemen Proyek . ... 11

2.2.4 Manajemen Waktu . ... 12

2.2.5 Manajemen Biaya . ... 14

2.3Proses Pembangunan Konstruksi . ... 15

2.3.1 Timbulnya IdeProyek . ... 15


(9)

2.3.3 Ukuran Proyek . ... 18

2.3.4 Stakeholder Proyek . ... 19

2.4Siklus Proyek . ... 19

2.4.1 Tahap Konsepsi . ... 19

2.4.2 Tahap Perencanaaan . ... 20

2.4.3 Tahap Eksekusi . ... 22

2.4.4 Tahap Operasi . ... 22

2.4.5 Pihak-pihak Yang Terlibat Pembangunan Konstruksi Gedung . ... ... 22

2.5Manajemen Resiko Proyek . ... 24

2.5.1 Resiko . ... 24

2.5.2 Definisi Manajemen Resiko . ... 24

2.5.3 Toleransi Terhadap Resiko . ... 25

2.5.4 Proses Manajemen Resiko . ... 25

2.5.5 Teknik Mengindetifikasi Resiko . ... 26

2.5.6 Aspek Permasalahan Dalam Kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung . ... 26

2.5.7 Analisa Resiko Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung . ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Umun . ... 31

3.2Tahapan Penulisan . ... 32

3.3Tahapan Pengolahan Data . ... 33


(10)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1Data Proyek . ... 36

4.2Analisa Data . ... 36

4.2.1 Faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik . ... 36

4.2.2 Ketersedian material . ... 37

4.2.3 Sumber daya manusia . ... 38

4.2.4 Keterlambatan alat . ... 39

4.2.5 Pengendalian Proyek . ... 40

4.2.6 Metode pelaksanaan . ... 40

4.2.7 Keterlambatan proyek dari segi kontraktor . ... 41

4.3 Pembahasan dan menentukan ranking . ... 42

4.3.1 Faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik . ... 42

4.3.2 Faktor ketersedian material . ... 43

4.3.3 Faktor sumber daya manusia . ... 44

4.3.4 Faktor keterlambatan alat . ... 47

4.2.5 Faktor pengendalian Proyek . ... 48

4.2.6 Faktor metode pelaksanaan . ... 49

4.2.7 Faktor keterlambatan proyek dari segi kontraktor . ... 49

4.4 Temuan dan bahasan . ... 52

BAB V KESIMPULAN 5.1Kesimpulan ... .56

5.2Saran ... .57

DAFTAR PUSTAKA ……… ix


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Identifikasi tingkat penting resiko (sumber: Abrar husen) . ... 28

Tabel 2.2Variabel-variabel penyebab keterlambatan proyek pembangunan gedung . ... 30

Tabel 4.1Nilai mean faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik . ... 37

Tabel 4.2Nilai mean faktor keterlambatan ketersedian material . ... 38

Tabel 4.3Nilai mean faktor keterlambatan sumber daya manusia . ... 39

Tabel 4.4Nilai mean faktor keterlambatan alat . ... 39

Tabel 4.5Nilai mean faktor keterlambatan pengendalian proyek . ... 40

Tabel 4.6Nilai mean faktor keterlambatan metode pelaksanaan . ... 41

Tabel 4.7Nilai mean faktor keterlambatan dari segi kontraktor . ... 41

Tabel 4.8Nilai mean faktor rangking keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik . ... 43

Tabel 4.9Nilai mean faktor rangking keterlambatan ketersedian material . ... 44

Tabel 4.10Nilai mean faktor rangking keterlambatan sumber daya manusia . ... 46

Tabel 4.11Nilai mean faktor rangking keterlambatan alat . ... 48

Tabel 4.12Nilai mean faktor rangking keterlambatan pengendalian proyek . .... 49

Tabel 4.13Nilai mean faktor rangking keterlambatan metode pelaksanaan . ... 49

Tabel 4.14Nilai mean faktor rangking keterlambatan dari segi kontraktor . ... 50

Tabel 4.15Deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi . ... 51


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya

(sumber: Budi Sentosa) . ... 25 Gambar 3.1 Diagram alir langkah-langkah penelitian . ... 35


(13)

ABSTRAK

Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Tujuan studi ini adalah Mencari faktor utama yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung, dan tindakan yang perlu diperhitungkan terhadap resiko-resiko yang dominan dalam mempengaruhi keterlambatan proyek gedung.

Analisa data diolah dengan statistik deskriptif dan analisa level resiko, untuk mendapatkan rangking faktor. Studi kasus pada penelitian ini adalah pelaksanaan proyek konstruksi gedung di kota medan. Dari hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota medan , yaitu: Keahlian tenaga kerja yang kurang terampil (X11), rangking 1 (3,83); Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan (X24), rangking 2 (3,48); Kesulitan finansial (X23), rangking 3 (3,38); Jadwal tenaga kerja dibutuhkan (X19), rangking 4 (3,45); Adanya perubahan desain (X2), rangking 5 (3,45); dan Jumlah peralatan yang digunakan (X14), rangking 6 (3,45).

Kata kunci : keterlambatan proyek,proyek gedung, faktor-faktot resiko.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Negara indonesia adalah negara yang sedang berkembang untuk menjadi negara maju. Kemajuan suatu bangsa harus didukung juga oleh sarana dan prasarana seperti infrastruktur yang bagus juga, terutama yang terjadi dan yang kita liat dikota – kota besar.

Salah satu kota yang sedang berkembang adalah kota medan, kota medan sebagai salah satu kota metropolitan untuk mewujudkan jati dirinya sebagai kota metropolitan, maka banyak kita lihat pembangunan – pembangunan di segala bidang, terutama semenjak bandara pindah dari pusat kota (polonia) ke bandara kualanamu.

Dengan pindahnya bandara tersebut maka kedepannya akan banyak kita lihat pembangunan – pembangunan gedung baik yang telah ada maupun yang lagi berjalan proses pengerjaannya dan pelaksanaannya.

Dalam terwujudnya proses pembangunan tentu erat kaitannya dengan kegiatan proyek konstruksi, proyek konstrusi merupakan suatu bidang yang dinamis dan akan mengandung resiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktifitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya proyek.

Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak tertuga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.


(15)

Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (kangari,1995)

Pelaksanaan proyek konstruksi yang tepat waktu dan meminimalisir resiko – resiko yang terjadi akan menguntungkan bagi semua pihak, baik perusahaan konstruksi. Untuk menghindari resiko – resiko yang terjadi ini maka peneliti ingin melakukan kajian tentang penyebab keterlambatan proyek, agar dapat memperkecil resiko – resiko yang terjadi dalam proyek serta menghindari kemungkinan masalah serta hal – hal yang sama – sama tidak kita inginkan.

Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja (madjid,2006)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung di kota medan, sering kita jumpai dan kita dengar proyek tersebut mendapatkan permasalah yang menimbulkan dampak yang besar terhadap pelaksanaan konstruksi tersebut. Seperti faktor-faktor keterlambatan proyek yang antara lain:


(16)

 Metode pelaksanaan yang tidak sesuai harapan  Perencanaan yang salah

 Keterlambatan material dan peralatan  Kurangnya pengawasan

1.3TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan peneliti yang harus dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterlambatan proyek gedung

2. mencari faktor utama yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung, dan tindakan yang perlu diperhitungkan terhadap resiko-resiko yang dominan dalam mempengaruhi keterlambatan proyek gedung.

1.4BATASAN MASALAH

1. Lokasi penelitian dilakukan pada konstruksi gedung di kota medan (sumatera utara)

2. Identifikasi keterlambatan proyek dilakukan pada masa kurun waktu pelaksanaan konstruksi

3. Responden penelitian adalah : owner, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor, dan dinas PU


(17)

1.5MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian adalah :

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti serta bagi pihak lain terutama kontraktor dalam menjalankan proyek konstruksi

2. Memberikan masukan bagi perguruan tinggi dan pihak lain dalam menambah ilmu pengetahuan

1.6SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini, maka isi tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian, serta metode penelitian yang dilakukan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian berbagai literatur serta serta hasil studi yang terdahulu yang relevan dengan pembahasan ini. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai keterlambatan suatu proyek, faktor – faktor penyebab terlambatnya suatu proyek, kerugian yang ditimbulkan dan proses pengendaliannya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data proyek serta metoda pengendalian biaya yang akan digunakan untuk menganalisa yang


(18)

didapat melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini

BAB IV : ANALISI DATA

pada bab ini akan menguraikan mengenai data-data penyebab keterlambatan proyek dan urutan kemudian di analisis sehingga diperoleh hasil akhir (rangking dari variabel-variabel)

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan analisis bab sebelumnya mengenai hasil analisis yang menjadi informasi penting dari pembahasan tulisan penelitian ini untuk dijadikan pertimbangan serta saran tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh dari penulisan ini.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENDAHULUAN

Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu. Apakah itu membuat rumah, gedung, candi raksasa atau jenis bangunan lainnya. Dalam dunia modern dewasa ini, proyek makin beraneka ragam, canggih dan kompleks. Mengapa kegiatan itu disebut proyek ? Jawaban atas pertanyaan itu akan menjadi awal pembahasan.

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa membangun gedung, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan (soeharto, iman, 1995).

Sedangkan menurur Ir. Abrar husen, MT (2011) proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.

2.2.DEFENISI PROYEK

Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber


(20)

daya (manusia, uang, peralatan, dsb.), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu, proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu (Chase et.al., 1998). Menurut Project Management Body of Knowledge (PMBOK) Guide, sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung didalamnya yaitu: sementara (temporary), unik dan progressive elaboration, selalu berkembang dan berlanjut hingga proyek berakhir.

Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan berulang-ulang sedangkan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan, proyek akan berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan. Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan


(21)

semula. Hingga pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling ketergantungan dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.(fitri, 2012)

2.2.1. Macam-Macam Proyek

Sedangkan dilihat (Soeharto, 1995) dari segi komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat dikelompokkan menjadi:

 Proyek Engineering-konstruksi komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi.

 Proyek Engineering-Manufaktur dimaksukan untuk menghasilkan produk baru.

 Proyek penelitian dan pengembangan  Proyek pelayanan manajemen

Sedangkan proyek konstruksi sendiri dibedakan lagi atas dua jenis kelompok bangunan yaitu:

 Proyek konstruksi gedung seperti rumah tempat tinggal, villa, pabrik, hotel dan lain sebagainya.

 Proyek bangunan sipil seperti jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnnya.


(22)

2.2.2. Manajemen Proyek Konstruksi Gedung

Identifikasi beberapa prilaku yang dominan dari kegiatan proyek yang menumbuhkan keharusan cara pengelolaan yang berbeda dari pengelolaan suatu kegiatan dengan lingkungan dan suasana yang relatif stabil seperti kegiatan operasi rutin. Cara pengelolaan tersebut kemudian dinamakan manajemen proyek. Untuk itu dikenal berbagai batasan atau definisi, tergantung aspek apa yang ingin diberi penekanan. Salah satu di antaranya adalah H. Kerzner (1982) yang melihatnya dari wawasan manajemen bedasarkan fungsi dan bila digabungkan dengan pendekatan sistem menjadi : Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. (Soeharto, 2005).

Adapun tujuan dari proses manajemen itu sendiri menurut Soeharto (1992) adalah:

 Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek  Biaya sesuai dengan kontrak maksudnya agar tidak ada biaya

tambahan sesuai dari perencanaaan yang telah ditentukan  Kualitas sesuai dengan isi kontrak

 Proses kegiatan sesuai persyaratan

Bentuk dari manajemen proyek itu sendiri akan memberikan tanggung jawab penuh dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek pada setiap tahapnya sesuai dengan kehendak dari pemilik baik dari segi waktu


(23)

pelaksanaan, kualitas, biaya proyek maupun fungsi dari proyek itu sendiri.(Logawa, 2009)

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK,2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi kendala-kendala yang sifatnya mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint yaitu lingkup pekerjaan (scope), waktu dan biaya. Dimana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih, faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. (PMBOK,2004)

Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukan dalam gambar 1.1. dalam gambar ini ditunjukan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu memperhatikan batasan waktu, biaya dan lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan resource yang kita punyai.

Disini juga dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar-menawar (trade off) antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi kenaikan biaya dan waktu.


(24)

Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas turun.(Sentosa budi, 2009)

2.2.3. Unsur unsur Manajemen Proyek

Menurut Abrar (2010) adapun kegiatan yang meliputi dari unsur-unsur kegiatan manajemen adalah :

1. Perencanaan (planning)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua ini dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas,


(25)

serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil yang positif bagi organisasi.

3. Pelaksanaan (aktuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau non fisik sehingga prosedur akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjetif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.

4. Pengendalian (controlling)

Kegiatan ini untuk memastikan program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpanan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.2.4. Manajemen Waktu

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu penyelesaian proyek (PMI, 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek, yaitu:

1. Pendefinisian Aktivitas merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan


(26)

semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

2. Urutan aktivitas proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

3. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.

4. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

5. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:


(27)

a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

b. Menentukan perubahan dari jadwal.

c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek.

2.2.5. Manajemen Biaya

Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

1. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.

2. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.


(28)

3. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.

4. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.

2.3. PROSES PEMBANGUNAN KONSTRUKSI 2.3.1. Timbulnya Ide Proyek

Ada bermacam-macam cara munculnya ide proyek. Menurut (Sentosa, Budi, 2009) antara lain:

1. Dari klien datang langsung ke konsultan/kontraktor

Proyek yang berasal dari klien yang ditawarkan ke suatu konsultan atau kontraktor, dimana sudah jelas macam pekerjaan yang harus ditangani. Dalam kondisi seperti ini biasanya tidak ada proses tender sehingga tidak ada suasana kompetitif dalam perebutan proyek. Hal ini terjadi jika terdapat hubungan baik antara pemberi dan penerima proyek. Banyak sekali proyek seperti ini, khususnya untuk proyek yang nilainya relatif kecil. Contoh, suatu perusahaan swasta meminta konsultan manajemen untuk membuat suatu corporate plan.


(29)

2. Karena ada tawaran dana

Ada proyek yang muncul karena adanya tawaran dana dari instasi atau lembaga tertentu. Dengan adanya tawaran itu kita bisa menyusun proposal proyek. Di dalam lembaga pendidikan sering ada tawaran dana penelitian untuk topik tertentu dengan alokasi dana tertentu. Dengan adanya ini suatu tim atau perseorangan mengajukan proposal penelitian. Jika proposal ini disetujui, maka terciptalah sebuah proyek penelitian.

3. Lewat proses lelang

Dalam hal ini ide proyek muncul karena adanya tawaran lelang. Di sini suatu konsultan atau kontraktor harus berkompetisi untuk memenangkan tender/lelang. Proses yang harus dilalui biasanya lebih rumit dan panjang. Keprofesionalan suatu perusahaan bisa teruji di sini. Jika tender dilakukan secara fair maka hanya perusahaan yang profesional di bidangnya yang kemungkinan besar bisa memenangkan persaingan dan dipilih sebagai pelaksana proyek. Proyek-proyek pemerintah untuk pembangunan jalan, irigasi, fasilitas publik yang lain dan pengadaan alat biasanya masuk dalam kategori ini.

4. Dari dalam perusahaan sendiri

Ide proyek berasal dari dalam perusahaan sendiri dengan sumber dana dari perusahaan dan dikerjakan sendiri oleh perusahaan. Proyek-proyek perbaikan proses, fasilitas ataupun manajemen produksi suatu perusahaan manufaktur atau riset dan pengembangan masuk dalam kategori ini. Misalkan suatu perusahaan membuat suatu tim untuk mendesain suatu statiscal process


(30)

control lalu diterapkan di salah satu lini produksi. Munculnya ide berasal dari dalam dan dikelola oleh orang-orang dari dalam perusahaan sendiri.

5. Melalui penawaran

Jika suatu perusahaan atau konsultan tidak mendapatkan pekerjaan, maka sangat mungkin perusahaan tersebut akan menawarkan produk/jasa atau solusi dari suatu persoalan kepada perusahaan atau individu yang potensial memerlukannya. Dari situ mungkin calon kustumer akan tertarik untuk membeli produk atau solusi yang ditawarkan, di sini pekerjaan proyek bisa muncul karena keaktifan pihak konsultan. Sebagai contoh, suatu konsultan bisa melakukan presentasi ke suatu perusahaan mengenai pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan oleh konsultan ini untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang didatanginya. Misalkan pekerjaan pembuatan sistem informasi manajemen.

2.3.2. Keberhasilan Manajemen Proyek

Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut:

 Dalam waktu yang dialokasikan  Dalam biaya yang dianggarkan

 Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan  Diterima customer

 Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimun yang disetujui  Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi


(31)

2.3.3. Ukuran Proyek

Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai kriteria ukuran proyek. Sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari

 Jumlah kegiatan  Besarnya biaya  Jumlah tenaga kerja  Waktu yang diperlukan

Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan:

 Jumlah kegiatan dan hubungan antar kegiatan

 Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok/organisasi dalam proyek

 Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok didalam organisasi dan pihak luar

 Tingkat kesulitan

Suatu proyek bisa berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun tingkat kesulitannya sedang. Pembangunan kompleks perumahan dengan model rumah baru mungkin bisa mewakili situasi ini.


(32)

2.3.4. Stakeholder Proyek

Stakeholder suatu proyek adalah pihak-pihak, individu ataupun organisasi yang secara aktif terlibat dalam proyek atau yang mempunyai interest yang terpengaruh, baik positif maupun negatif atas terlaksananya proyek. Mereka mempunyai pengaruh terhadap proyek dan hasilnya.

Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Manajer proyek, individu yang bertanggung jawab atas manajemen suatu proyek

2. Pelaksana proyek, organisasi yang pegawainya paling terlibat secara langsung dalam pengerjaan proyek

3. Customer atau user, pihak individu maupun organisasi yang akan menggunakan hasil dari proyek

4. Anggota tim proyek, tim yang melaksanakan pekerjaan proyek

5. Sponsor, individu atau kelompok dalam atau eksternal organisasi yang memberi dukungan dana tunai atau sejenisnya untuk proyek (Sentosa, Budi, 2009)

2.4. SIKLUS PROYEK 2.4.1. Tahap Konsepsi

Secara umun tahap konsepsi ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Inisiasi Proyek

Inisiasi adalah titik di mana suatu ide tentang proyek lahir. Banyak user tahu ada masalah tetapi sulit untuk mengemukakannya. Perlu dilakukan pengklarifikasian terhadap masalah kemudian mempertimbangkan solusinya.


(33)

Sebaiknya masalah diformulasikan dalam suatu pernyataan yang jelas, lalu tujuan penyelesaian masalah itu ditentukan dan dicari alternatif solusi yang mungkin.

2. Kelayakan proyek

Kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup menguntungkan secara ekonomis dan bermartabat.

2.4.2. Tahap Perencanaan 1. Proposal proyek

Kontraktor perlu mengeluarkan sejumlah biaya dan waktu untuk menyiapkan proposal. Maka penyiapan proposal perlu ditangani oleh manajemen puncak. Pembuatan proposal adalah pekerjaan penting yang harus dilakukan sebelum suatu proyek didapatkan. Secara ringkas proposal proyek harus mengandung beberapa pokok isi sebagai berikut:

1. Surat pengantar

Ini termasuk bagian penting dari proposal, karena harus bisa meyakinkan user bahwa proposalnya perlu dipertimbangkan.

2. Ringkasan eksekutif

Berisi deskripsi singkat proyek, tujuan, kebutuhan secara keseluruhan, hambatan dan area masalah.

3. Bagian teknik

Menunjukan lingkup proyek, pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam proyek dan pekerjaan-pekerjaan yang ada.


(34)

4. Manfaat/keuntungan yang akan diperoleh 5. Jadwal

Berisi kapan jadwal hasil proyek bisa diserahkan 6. Bagian keuangan

Penjelasan mengenai biaya langsung, biaya tidak langsung sesuai beban tenaga kerja dan bahan yang digunakan

7. Bagian legal

8. Kualifikasi manajemen

Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan: penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Isi rencana proyek biasanya terdiri dari:

1. Jadwal pekerjaan

2. Anggaran dan sistem pengendalian biaya 3. Work breakdown structure secara rinci

4. Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul

5. Rencana sumber daya manusia dan pemakaian sumber daya lain 6. Rencana pengujian hasil proyek

7. Rencana dokumentasi

8. Rencana peninjauan pekerjaan 9. Rencana pelaksanaan hasil proyek


(35)

2.4.3. Tahap Eksekusi

Yang tercakup dalam tahap ini adalah pekerjaan-pekerjaan seperti: desain pengembangan, pengadaan konstruksi/produksi, pelaksanaan. Tergantung pada jenis proyek

.

2.4.4. Tahap Operasi

Jadi hanya proyek dengan hasil akhir berupa produk fisik yang mempunyai tahap ini. Bisa juga keterlibatan kontraktor masih berlangsung dalam rangka evaluasi sistem atau produk yang dibuat dan pemeliharaannya. (Sentosa, Budi, 2009)

2.4.5. Pihak-pihak Yang Terlibat Pembangunan Konstruksi Gedung

Di dalam proses pembangunan konstruksi gedung (Abrar Husen, 2010) ada pihak-pihak yang terkait dan kebutuhan akan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individu (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung. Untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pemilik proyek: seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan


(36)

pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapakan.

2. Konsultan seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi yang terdiri atas:

 Konsultan perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur dan lain sebagainya.

 Konsultan pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan proyek

 Konsultan manajemen konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.

3. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga

4. Subkontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus.


(37)

5. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

2.5. MANAJEMEN RESIKO PROYEK

Biasanya manajemen proyek berkonsentrasi pada masalah jadwal dan biaya. Bagaimana melaksanakan proyek sesuai jadwal dan biaya yang direncanakan adalah fokus dari manajemen proyek.

2.5.1. Resiko

Resiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif. (Shortreed, 2003)

Resiko dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan, dalam terminologi kuantitatif dari suatu kejadian bahaya yang didefinisikan.

Risk exposure = risk likelihood x risk impact

2.5.2. Definisi Manajemen Resiko

Resiko proyek (project risk) adalah suatu peristiwa (event) atau kondisi yang tidak pasti (uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai penyebab, dan jika terjadi, membawa konsekuensi atau impak.


(38)

Tujuan manajemen resiko adalah mencegah atau meminimalisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui menghindari resiko atau mempersiapkan rencana kontingensi yang berkaitan dengan resiko tersebut.

Probabilitas tinggi

Probabilitas

Kerugian Risiko tinggi

Risiko menengah

Risiko kecil

Ukuran impak Impak besar

Gambar 2.1. Klasifikasi risiko berdasarkan kemungkinan dan impaknya (sumber: Budi Sentosa)

2.5.3. Toleransi Terhadap Resiko 2.5.4. Proses Manajemen Resiko

Proses yang dilalui dalam manajemen resiko adalah:  Perencanaan manajemen resiko

 Identifikasi resiko  Analisis resiko kualitatif  Analisis resiko kuantitatif  Perencanaan respon resiko


(39)

 Pengendalian dan monitoring resiko 2.5.5. Teknik Mengidentifikasi Resiko

 Brainstorming

Pendekatan yang sering dipakai untuk identifikasi resiko adalah brainstorming dalam suatu workshop kelompok

 Interviewing

Melakukan interview dengan para stakeholder dari proyek  Delphi Technique

Mendengar masukan dari para pakar yang relevan dengan proyek  Checklist

Usaha-usaha untuk menyederhanakan identifikasi resiko-resiko dan meminimalkan permintaan dari mereka yang melaksanakan tugas ini sering mengarah pada penggunaan checklist resiko standar dari proyek sebelumnya atau yang diketahui akan timbul dalam suatu konteks khusus.

2.5.6. Aspek Permasalahan Dalam Kurun Waktu Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung

1. Keterlambatan proyek konstruksi

Keterlambatan proyek konstruksi adalah tidak selesainya pekerjaan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pelaksanaan. Keterlambatan proyek konstruksi mengakibatkan bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan. Penyelesaian pekerjaan yang


(40)

tidak tepat waktu tersebut merupakan kurangnya tingkat produktifitas yang mana akan mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi.

2. Dampak keterlambatan proyek konstruksi  Pihak kontraktor

Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead, karena bertambahnya waktu pelaksanaan.

 Pihak konsultan

Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta mengalami keterlambatan dalam mengerjakan proyek lainnya.

 Pihak owner

Apabila pemiliknya adalah pemerintah, untuk fasilitas umun maka pelayanan ini akann merugikan masyarakat, apabila pihak pemilik dari swasta semisal pembangunan gedung, maka akan tentu pembangunan gedung tidak akan dapat digunakan sebagaimana mestinya dari waktu yang direncanakan.

2.5.7. Analisa Resiko Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Kontek dari proyek konstruksi adalah mestrukturisasi berbagai variabel risiko yang didapat dari data-data proyek ataupun hasil gagasan bersama tim proyek.

Pada langkah ini, hal pertama yang dilakukan adalah evaluasi tingkat penting risiko (risk importance), caranya dengan menilai seluruh variabel resiko bedasarkan scoring dan pembobotan. Perhatikan tabel [Abrar,2003]


(41)

Tabel 2.1. Identifikasi Tingkat Penting Resiko (sumber: Abrar Husen)

Dari studi literatur untuk mengetahui dampak resiko pada keterlambatan pembangunan gedung yang mana dari faktor – faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan gedung adalah sebagai berikut:

Tabel : variabel – variabel penyebab keterlambatan proyek pembangunan gedung:

No Sumber keterlambatan Penyebab keterlambatan

1 Pencapaian spesifikasi  Keahlian dan sumber daya yang dimiliki cukup untuk melaksanakan desain spesifikasi

 Adanya perubahan desain

No Tingkat Penting Resiko

Resiko desain dan kontruksi

Sangat tinggi Tinggi sedang rendah

X1 Desain X

X2 Pemb.lahan X

X3 Keter.proyek X

X4 Mutu tidak sesuai X

X5 Kont.dihentikan X


(42)

2 Kesediaan material  Kesulitan material di lapangan

 Efisiensi penggunaan material kurang mrnguasai

 Kesuaian mutu material di lapangan  Kesalahan dalam penggunakan material  Waktu pemasukan material

3 Sumber daya manusia  Keahlian manajer di lapangan  Lalai dalam penggunaan ADP  Jumlah tenaga kerja yang terdedia  Keahlian tenaga kerja

4 Keterlambatan alat  Kondisi peralatan yang digunakan

 Efisiensi alat kerja dan spesialis alat kerja  Jumlah peralatan yang digunakan

(penundaan perbaikan alat kerja)

 Operator peralatan (ahli dalam bidangnya) 5 Sistem pengendalian

proyek

 Ketersedian schedule pelaksanaan proyek  Jadwal pengadaan material dan jumlah

sebagian pelaksanaan lebih dari satu  Jadwal pemakaian alat

 Jadwal tenaga kerja dibutuhkan 6 Metode pelaksanaan

proyek

 Aplikasi metode pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan


(43)

7 Non exsusable delay (keterlambatan proyek yang disebabkan oleh kontraktor)

 Cuaca

 Kesulitan finansial (financial difficulties)  Tidak efektifnya perencanaan dan

penjadwalan

 Perubahan manajemen

Tabel 2.2. variabel – variabel penyebab keterlambatan proyek pembangunan gedung:


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.UMUN

Penelitian adalah penyesuian rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu atau masalah dengan perlakuan tertentu terhadap masalah tersebut seperti memeriksa, mengusut, menelaah dan mempelajari secara cermat serta memformulasikan hipotesis sehingga di peroleh sesuatu seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya. (Hadeli, 2001)

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konsetualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hasil akhirnya, pada giliranya melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya.

Jadi hal yang sangat penting bagi peneliti ialah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan berkembang karena rangsangan bacaan, diskusi, seminar atau pengamatan, atau campuran semuanya itu. Titik tolak yang sesungguhnya bukanlah metode penelitian, tetapi kepekaan dan minat, ditopang oleh akal sehat (common sense). Berbagai tahap harus ditempuh hingga tercapai hasil penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan tiap tahap perlu dilaksanakan dengan kritis, cermat dan sistematis.


(45)

Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey.

2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.

3. Mengambil sampel. 4. Membuat kuesioner.

5. Melakukan pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih wawancara.

6. Mengolah data.

7. Menganalisis dan melaporkan. (Singarimbun, Masri, 2012)

3.2.TAHAPAN PENULISAN

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data (primer) untuk keperluan penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dicapai, maka dibutuhkan data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian:

 Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya dan wawancara dengan responden, serta pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan informan kunci (key informan), yang


(46)

dianggap mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota medan.

 Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan gedung.

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan sistem random sampling yaitu setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pada umunnya penelitian atau studi tentang masalah hubungan faktor-faktor keterlambatan pelaksanaan proyek dari persepsi kontraktor pada proyek pembangunan kota medan. Selain itu, data pada penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu suatu data yang dikumpulkan dan diolah untuk mencari atau mendapatkan berapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan dan kerugian yang diderita perusahaan konstruksi dalam proyek tersebut.

3.3. TAHAPAN PENGOLAHAN DATA

Hasil tabulasi data digunakan sebagai data input kedalam SPSS, input data merupakan hasil dari sampel variabel faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi gedung.

Mean ini didapat dengan cara menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan rumus berikut :


(47)

Me =

---n

Dimana:

Me = nilai rata-rata (mean)

n = jumlah responden

Xi = frekuensi pada (i) yang diberikan responden, sebagai presentase pada

jumlah responden terhadap masing-masing permasalahan.

i = kategori index responden (i= 1,2,3,...)

X1 = frekuensi jwaban ”sangat rendah”

X2 = frekuensi jawaban ”rendah”

X3 = frekuensi jawaban ”sedang”

X4 = frekuensi jawaban ”tinggi”

X5 = frekuensi jawaban ”sangat tinggi”


(48)

Gambar 3.1 Diagram alir langkah-langkah penelitian. START

ANALISA FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI

KETERLAMBATAN PROYEK

TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMBILAN DATA

DATA SEKUNDER

- PROYEK GEDUNG - PENYEBAB

KETERLAMBATAN

DATA PRIMER

- METODE SURVEY - KUISIONER

PENGOLAHAN DATA (PROGRAM SPSS)

ANALISA DATA

- ANALISA RANKING - ANALISA RESPONDEN


(49)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA PROYEK

Analisa mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberikan gambaran dari hasil jawaban responden terhadap poin-poin pertanyaan pada kuisioner.

Data responden dalam penelitian ini adalah analisa mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberikan gambaran dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan kuisioner. Banyaknya kuisioner yang disebarkan 50 dan yang menjawab sebanyak 40 dan tidak menjawab 10.

4.2. ANALISA DATA

Penelitian ini membahas tentang analisis deskritif, data yang diolah menggunakan aplikasi SPSS. Rata-rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data.

4.2.1. Faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik

Dalam pembangunan konstruksi gedung pencapaian spesifikasi teknik sangat penting, karena pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar dan baik jika spesifikasi teknik tidak memenuhi. Spesifikasi dapat didefinisikan sebagai deskripsi secara tertulis dari sebuah produk atau metode secara lengkap, sehingga dapat


(50)

digunakan sebagai acuan oleh owner untuk memenuhi semua keinginan owner. Spesifikasi dapat berupa sebuah gambar, desain, atau paparan secara tertulis.

PS1 : Keahlian dan sumber daya yang dimiliki cukup untuk melakukan desain spesifikasi

PS2 : Adanya perubahan desain

Tabel 4.1. Nilai mean faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik

NO Pencapaian Spesifikasi Teknik Mean

1 Keahlian dan sumber daya yang dimiliki cukup untuk melakukan desain spesifikasi

3,1

2 Adanya perubahan desain 3,45

4.2.2. Ketersedian material

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan dengan syarat mutu yang telah ditetapkan maka perlu adanya pengendalian mutu. Mutu suatu pekerjaan akan bagus jika bahan yang yang sesuai dengan spesifikasi.

KM1 : Kesulitan material di lapangan

KM2 : Efisiensi penggunaan material kurang menguasai KM3 : Kesesuaian mutu material di lapangan

KM4 : Kesalahan dalam penggunaan material KM5 : Waktu pemasukan material


(51)

Tabel 4.2. Nilai mean faktor keterlambatan ketersedian material

NO Keterlambatan Material Mean

1 Kesulitan material di lapangan 3,3

2 Efisiensi penggunaan material kurang menguasai 3,03

3 Kesulitan mutu material di lapangan 2,65

4 Kesalahan dalam penggunaan material 2,93

5 Waktu pemasukan material 3,1

4.2.3. Sumber daya manusia

Dalam menentukan alokasi sumber daya untuk proyek, beberapa aspek yang perlu di perhatikan dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut: jumlah sumber daya yang tersedia sesuai kebutuhan proyek, kondisi keuangan membayar sumber daya manusia yang akan digunakan, produktifitas sumber daya, kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan, efektifitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.

SDM1 : Keahlian manajer di lapangan SDM2 : Lalai dalam penggunaan ADP SDM3 : Jumlah tenaga kerja yang tersedia SDM4 : Keahlian tenaga kerja


(52)

Tabel 4.3. Nilai mean faktor keterlambatan sumber daya manusia

NO Sumber Daya Manusia Mean

1 Keahlian manajer di lapangan 3,18

2 Lalai dalam penggunaan ADP 2,88

3 Jumlah tenaga kerja yang tersedia 3,38

4 Keahlian tenaga kerja 3,83

4.2.4. Keterlambatan alat

Keterlambatan alat biasanya banyak desebabkan oleh kondisi peralatan yang rusak beserta operator alat berat yang masih minim, sehingga menimbulkan potensi keterlambatan terhadap bobot pekerjaan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek.

KA1 : Kondisi peralatan yang digunakan

KA2 : Efisiensi alat kerja dan spesialis alat kerja

KA3 : Jumlah peralatan yang digunakan (penundaan perbaikan alat kerja)

KA4 : Operator peralatan (ahli dalam bidangnya)

Tabel 4.4. Nilai mean faktor keterlambatan alat

NO Keterlambatan Alat Mean

1 Kondisi peralatan yang digunakan 3,18

2 Efisiensi alat kerja dan spesialis alat kerja 3,08

3 Jumlah peralatan yang digunakan (penundaan perbaikan alat kerja) 3,45


(53)

4.2.5. Pengendalian proyek

Penjadwalan kegiatan secara optimun sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi minimun.

PP1 : Ketersedian schedule pelaksanaan proyek

PP2 : Jadwal pengadaan material dan jumlah sebagian pelaksanaan lebih dari satu

PP3 : Jadwal pemakaian alat

PP4 : Jadwal tenaga kerja di butuhkan

Tabel 4.5. Nilai mean faktor keterlambatan pengendalian proyek

NO Pengendalian Proyek Mean

1 Ketersedian schedule pelaksanaan proyek 3,35

2 Jadwal pengadaan material dan jumlah sebagian pelaksanaan lebih dari satu 3

3 Jadwal pemakaian alat 2,93

4 Jadwal tenaga kerja di butuhkan 3,45

4.2.6. Metode pelaksanaan

Dalam pekerjaan kita harus menentukan metode pekerjaan sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai yang direncanakan dan tepat waktu yang ditentukan, bila metode salah maka pekerjaan akan terjadi keterlambatan.

MP1 : Aplikasi metode pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan


(54)

Tabel 4.6. Nilai mean faktor keterlambatan pengendalian proyek

NO Metode Pelaksanaan Mean

1 Aplikasi metoda pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan 3,08

2 Adanya perubahan metoda 2,98

4.2.7. Keterlambatan proyek dari segi kontraktor

Banyaknya kontraktor yang bermasalah seperti mensubkan kembali pekerjaan yang sudah di dapat mengakibatkan pekerjaan tidak terkontrol, sehingga banyak kontraktor yang lari dan mengalami masalah finansial. Sehingga bertambahnya waktu pelaksanaan dengan arti bahwa akan ada penambahan upah tenaga kerja, masa sewa alat dan kegiatan lainnya yang akan membutuhkan biaya tambahan lainnya.

KK1 : Cuaca

KK2 : Kesulitan finansial

KK3 : Tidak efektifnya Perencanaan dan Penjadwalan KK4 : Perubahan manajemen

Tabel 4.7. Nilai mean faktor keterlambatan dari segi kontraktor

NO Keterlambatan Dari Segi Kontraktor Mean

1 Cuaca 3,18

2 Kesulitan finansial 3,38

3 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan 3,48


(55)

4.3. PEMBAHASAN DAN MENENTUKAN RANGKING 4.3.1. Faktor keterlambatan pencapaian spesifikasi teknik

Tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi kegiatan: penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Isi rencana proyek biasanya terdiri dari:

1. Jadwal pekerjaan

2. Anggaran dan sistem pengendalian biaya 3. Work breakdown structure secara rinci

4. Bagian-bagian yang beresiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan kemungkinan-kemungkinan yang muncul

5. Rencana sumber daya manusia dan pemakaian sumber daya lain 6. Rencana pengujian hasil proyek

7. Rencana dokumentasi

8. Rencana peninjauan pekerjaan 9. Rencana pelaksanaan hasil proyek

Pembuatan rencana ini dikerjakan oleh tim proyek di bawah koordinasi dan pengawasan seorang manajer proyek. Rencana yang dibuat seharusnya memenuhi apa yang diinginkan user, aliran kas (cash flow) harus sesuai dengan periode pembayaran yang dilakukan oleh user, material yang digunakan sesuai dengan permintaan user dan metode kerja juga harus bisa diterima user.

Di samping pembuatan rencana, masuk dalam tahap ini adalah penentuan spesifikasi produk yang dibuat dalam proyek ini. Ada dua macam spesifikasi, kebutuhan user dan kebutuhan proyek.


(56)

Kebutuhan user akan berhubungan dengan hasil seperti apa yang diinginkan user secara umun. Kebutuhan user ini akan menentukan apakah hasil proyek dapat diterima atau tidak. Manajer proyek mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan akhir user cukup wajar dan jelas.

Pada tabel 4.8. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek pencapaian spesifikasi teknik, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar.

NO Pencapaian Spesifikasi Mean Skor

1

Keahlian dan sumber daya yang dimiliki cukup untuk melakukan desain

spesifikasi 3,1 2

2 Adanya perubahan desain 3,45 1

4.3.2. Faktor keterlambatan material

Pelaksanaan setiap proyek konstruksi, pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya proyek. Dari penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-75% dari biaya proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi.

Manajeman material didefinisikan sebagai suatu pendekatan organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan kombinasi ke mampuan manajerial dan teknis. Kegagalan dalam menjalankan proses atau lebih akan menyebabkan kegagalan menyeluruh dari manajemen material dan akan menghasilkan sebuah proyek konstruksi yang mahal.


(57)

Pada tabel 4.9. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek ketersedian material, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar.

NO Keterlambatan Material Mean Skor

1 Kesulitan material di lapangan 3,3 1

2 Efisiensi penggunaan material kurang menguasai 3,03 3

3 Kesulitan mutu material di lapangan 2,65 5

4 Kesalahan dalam penggunaan material 2,93 4

5 Waktu pemasukan material 3,1 2

4.3.3. Faktor keterlambatan sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini dimaksudkan agar efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. Tenaga kerja/karyawan yang berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap bulannya dan diberi fasilitas lain dalam rangka memelihara produktifitas kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaaan. Hal ini dilakukan agar karyawan tetap sebagai aset perusahaan dapat memberikan karya terbaiknya serta memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan keahlian yang dimilikinya. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah tenaga kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang seharusnya. Biasanya tenaga kerja tidak tetap ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan jumlah tenaga kerja tetap dengan tingkat keahlian sedang. Informasi


(58)

tentang jenis serta deskripsi pekerjaan pada proyek perlu diidentifikasi sedemikian hingga tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak dapat dijalankan sesuai rencana dan aturan-aturan perusahaan.

Deskripsi pekerjaan manajer proyek:

1. Melapor kepada direktur perusahaan dan pemilik proyek

2. Mengawasi atau mengarahkan site manager, site engginer, pelaksana, logistik, administrasi dan keuangan

3. Fungsi pokok :

 Memimpin dan mengarahkan segala sumber daya yang akan ada dalam proyek untuk mencapai sasaran proyek

 Kewajiban dan tanggung jawab

 Menjamin terselenggaranya kegiatan proyek serta tersedianya fasilitas pendukung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan  Menjamin terselenggaranya adminstrasi kegiatan penanganan

proyek bedasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati  Menjamin ketersedian material, tenaga kerja, dan peralatan sesuai

dengan jadwal yang telah dibuat

 Menjamin terlaksananya pengendalian biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja

4. Wewenang

 Mengarahkan dan memimpin seluruh kegiatan proyek


(59)

 Mengawasi, mengendalikan persedian alat, material dan tenaga kerja

 Membuat penjadwalan material, alat dan tenaga kerja  Mengawasi dan mengendalikan cashflow proyek  Mengarahkan tindakan perbaikan pekerjaan

 Memimpin dan mengambil keputusan dalam rapat-rapat internal proyek

5. Hubungan kerja

 Bekerja sama dengan pihak internal perusahaaan seperti site manajer, site engginer, manajer logistik, manajer administrasi dan keuangan

 Bekerja sama dengan seluruh eksternal perusahaan seperti pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, sub kontraktor serta pemasok

Pada tabel 4.10. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek sumber daya manusia, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar.

NO Sumber Daya Manusia Mean Skor

1 Keahlian manajer di lapangan 3,18 3

2 Lalai dalam penggunaan ADP 2,88 4

3 Jumlah tenaga kerja yang tersedia 3,38 2

4 Keahlian tenaga kerja 3,83 1


(60)

4.3.4. Faktor keterlambatan alat

Pada beberapa proyek, penggunaan dan jenis peralatan dapat dibagi atas tingkat beratnya pekerjaan serta lokasi yang digunakan, berupa mesin, perkakas, instalasi serta perlengkapan lainnya yang dapat berupa:

1. Alat-alat berat seperti bulldozer, dumptruck, motor grader, scraper atau bachoe biasa digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, seperti pembukaan lahan, peralatan lahan, penggalian tanah dengan volume besar, pengangkutan tanah serta penimbunan tanah. Tower crane digunakan pada bangunan bertingkat untuk mengangkut material secara vertikal dan horizontal. Bactching plant dan truckmixer adalah tempat fabrikasi beton dan alat angkut menuju proyek.

2. Peralatan ringan seperti mixer pengaduk beton di lokasi proyek atau bar bender dan bar cutter digunakan untuk pembengkokan dan pemotongan besi beton, dan perancah untuk penopang bekisting beton.

3. Pada proyek manufaktur dikenal pula peralatan foeklift dan crane pengangkut barang/material di seputar lokasi. Peralatan lain adalah peralatan ringan yang sifatnya statis seperti peralatan las, peralatan mesin pembentukan/cetakan model produk, pengecatan, dan lain sebagainya.

Pada tabel 4.11. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek keterlambatan alat, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar.


(61)

NO Keterlambatan Alat Mean Skor

1 Kondisi peralatan yang digunakan 3,18 2

2 Efisiensi alat kerja dan spesialis alat kerja 3,08 3

3 Jumlah peralatan yang digunakan (penundaan perbaikan alat kerja) 3,45 1

4 Operator peralatan (ahli dalam bidangnya) 3,03 4

4.3.5. Faktor pengendalian proyek

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek.

Secara umun penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut:

 Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas

 Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan realitis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu  Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan

 Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang diterapkan

 Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan  Memberikan sarana penting dalam pengendalian proyek

Pada tabel 4.12. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pengendalian proyek, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar.


(62)

NO Pengendalian Proyek Mean Skor

1 Ketersedian schedule pelaksanaan proyek 3,35 2

2 Jadwal pengadaan material dan jumlah sebagian pelaksanaan lebih dari satu 3 3

3 Jadwal pemakaian alat 2,93 4

4 Jadwal tenaga kerja di butuhkan 3,45 1

4.3.6. Faktor metode pelaksanaan

Pada tabel 4.13. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan metode pelaksanaan, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar

NO Metode Pelaksanaan Mean Skor

1 Aplikasi metoda pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan 3,08 1

2 Adanya perubahan metoda 2,98 2

4.3.7. Faktor keterlambatan dari segi kontraktor

Keterlambatan proyek yang tidak dapat dimaafkan (non excusable delay), yakni keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan kontraktor.

Aspek sistem inspeksi, kontrol dan evaluasi pekerjaan antara lain:

 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal

 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama  Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan  Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele


(63)

 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar

 Proses tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati

Pada tabel 4.14. dapat kita lihat rangking faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan dari segi kontraktor, dimana dengan memperhatikan nilai mean ranknya. Rangking tertinggi diperoleh dari nilai mean rank yang terbesar

NO Keterlambatan Dari Segi Kontraktor Mean Skor

1 Cuaca 3,18 3

2 Kesulitan finansial 3,38 2

3 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan 3,48 1


(64)

Tabel 4.15. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi

Variabel Faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek

tingkat resiko mean median

X1

Keahlian dan sumber daya yang dimiliki cukup untuk melakukan desain

spesifikasi 3,1 3

X2 Adanya perubahan desain 3,45 3

X3 Kesulitan material di lapangan 3,3 3

X4 Efisiensi penggunaan material kurang menguasai 3,03 3 X5 Kesulitan mutu material di lapangan 2,65 3

X6 Kesalahan dalam penggunaan material 2,93 3

X7 Waktu pemasukan material 3,1 3

X8 Keahlian manajer di lapangan 3,18 3

X9 Lalai dalam penggunaan ADP 2,88 3

X10 Jumlah tenaga kerja yang tersedia 3,38 3

X11 Keahlian tenaga kerja 3,83 4

X12 Kondisi peralatan yang digunakan 3,18 3 X13 Efisiensi alat kerja dan spesialis alat kerja 3,08 3 X14 Jumlah peralatan yang digunakan (penundaan perbaikan alat kerja) 3,45 3

X15 Operator peralatan (ahli dalam bidangnya) 3,03 3 X16 Ketersedian schedule pelaksanaan proyek 3,35 3

X17

Jadwal pengadaan material dan jumlah sebagian pelaksanaan lebih dari

satu 3 3

X18 Jadwal pemakaian alat 2,93 3

X19 Jadwal tenaga kerja di butuhkan 3,45 3

X20 Aplikasi metoda pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan 3,08 3

X21 Adanya perubahan metoda 2,98 3

X22 Cuaca 3,18 3

X23 Kesulitan finansial 3,38 3

X24 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan 3,48 3


(65)

Grafik 4.1. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi

4.4. TEMUAN DAN BAHASAN

Variabel Dominan Pada Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu:

Tabel 4.16. variabel yang dominan

No Kelompok Faktor Variabel Variabel Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu

1 Sumber daya manusia X11 Keahlian tenaga kerja 2 Keterlambatan proyek yang

disebabkan kontraktor

X24 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan

X23 Kesulitan finansial

3 Pengendalian proyek X19 Jadwal tenaga kerja dibutuhkan 4 Pencapaian spesifikasi X2 Adanya perubahan desain

5 Keterlambatan alat X14 Jumlah peralatan yang digunakan


(66)

Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus (mode) sebesar 3 yang berarti kinerja waktunya rata-rata mengalami keterlambatan 0% s/d -8%

Bedasarkan hasil pengolahan data, ditemui 25 peringkat faktor risiko dari (tujuh) sumber risiko yang ada pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil statistik variabel-variabel yang dominan mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi, dan ada enam variabel yang dominan dari faktor risiko yang paling berdampak dengan keterlambatan proyek konstruksi yaitu:

No Faktor-faktor resiko

Tindakan koreksi

1 Keahlian tenaga kerja (X11)

- Mendatangkan tenaga kerja dari luar yang berpengalaman untuk memobilisasi pekerja lokal - Melakukan pembinaan dan pembekalan kepada

pekerja oleh konsultan perencana sebelum pelaksanaan pekerjaan

- Mengadakan seminar BIMTEK tentang ilmu terbarukan kepada pekerja terutama pada kerjaan bidang khusus

2 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan (X24)

- Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan


(67)

jurusan yang dibuktikan dengan ijazah

- Membentuk tim perencana yang profesional sesuai dengan latar belakang keahlian

Kesulitan finansial (X23)

Jika kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh risiko konstruksi dari suatu proyek , ada dua pilihan yang tersedia untuk mendapatkan kompensasi terhadap tanggung jawab ini yaitu : - Menaikkan nilai penawaran awal untuk menciptakan

imbalan yang sesuai

- Menghindari resiko tersebut pada penawaran awal dengan memberikan batasan atau kualitas tertentu, atau mengajukan perubahan lingkup kerja jika dan bila terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan 3 Jadwal tenaga

yang dibutuhkan (X19)

- Untuk tindakan preventive, kontraktor harus bisa menyediakan tenaga pelaksana yang mampu membina tenaga kerja yang kurang terampil menjadi terampil dibidangnya, dengan pemilihan tenaga pelaksana yang akan melaksanakan pekerjaan harus selektif

- Sebelum pekerjaan dilaksanakan dilakukan pelatihan in the job training

- Dengan mengutamakan tenaga pelaksana yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis sehingga dapat mengajarkan ilmunya kepada


(68)

tenaga kerja yang kurang terampil 4 Adanya

perubahan desain (X2)

- Kontraktor harus mempelajari gambar-gambar desain yang akan dikerjakan sebelum pelaksanaan dimulai, bila ada hal-hal yang meragukan dalam desain tersebut segera didiskusikan dengan pemilik proyek dan konsultan pengawas untuk diambil langkah-langkah perbaikannya. Dengan demikian setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pelaksanaan proyek, harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

5 Jumlah peralatan yang digunakan (X14)

- Kontraktor harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, baik jenis peralatan maupun kapasitas tipenya

- Dalam penawaran harus sudah diperhitungkan peralatan yang dipakai sesuai dengan kondisi pekerjaan dan lokasi


(1)

Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus (mode) sebesar 3 yang berarti kinerja waktunya rata-rata mengalami keterlambatan 0% s/d -8%

Bedasarkan hasil pengolahan data, ditemui 25 peringkat faktor risiko dari (tujuh) sumber risiko yang ada pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil statistik variabel-variabel yang dominan mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi, dan ada enam variabel yang dominan dari faktor risiko yang paling berdampak dengan keterlambatan proyek konstruksi yaitu:

No Faktor-faktor resiko

Tindakan koreksi

1 Keahlian tenaga kerja (X11)

- Mendatangkan tenaga kerja dari luar yang berpengalaman untuk memobilisasi pekerja lokal - Melakukan pembinaan dan pembekalan kepada

pekerja oleh konsultan perencana sebelum pelaksanaan pekerjaan

- Mengadakan seminar BIMTEK tentang ilmu terbarukan kepada pekerja terutama pada kerjaan bidang khusus

2 Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan (X24)

- Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan


(2)

jurusan yang dibuktikan dengan ijazah

- Membentuk tim perencana yang profesional sesuai dengan latar belakang keahlian

Kesulitan finansial (X23)

Jika kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh risiko konstruksi dari suatu proyek , ada dua pilihan yang tersedia untuk mendapatkan kompensasi terhadap tanggung jawab ini yaitu : - Menaikkan nilai penawaran awal untuk menciptakan

imbalan yang sesuai

- Menghindari resiko tersebut pada penawaran awal dengan memberikan batasan atau kualitas tertentu, atau mengajukan perubahan lingkup kerja jika dan bila terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan 3 Jadwal tenaga

yang dibutuhkan (X19)

- Untuk tindakan preventive, kontraktor harus bisa menyediakan tenaga pelaksana yang mampu membina tenaga kerja yang kurang terampil menjadi terampil dibidangnya, dengan pemilihan tenaga pelaksana yang akan melaksanakan pekerjaan harus selektif

- Sebelum pekerjaan dilaksanakan dilakukan pelatihan in the job training

- Dengan mengutamakan tenaga pelaksana yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis sehingga dapat mengajarkan ilmunya kepada


(3)

tenaga kerja yang kurang terampil 4 Adanya

perubahan desain (X2)

- Kontraktor harus mempelajari gambar-gambar desain yang akan dikerjakan sebelum pelaksanaan dimulai, bila ada hal-hal yang meragukan dalam desain tersebut segera didiskusikan dengan pemilik proyek dan konsultan pengawas untuk diambil langkah-langkah perbaikannya. Dengan demikian setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pelaksanaan proyek, harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

5 Jumlah peralatan yang digunakan (X14)

- Kontraktor harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, baik jenis peralatan maupun kapasitas tipenya

- Dalam penawaran harus sudah diperhitungkan peralatan yang dipakai sesuai dengan kondisi pekerjaan dan lokasi


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota medan, yaitu: Keahlian tenaga kerja yang kurang terampil (X11), rangking 1 (3,83); Tidak efektifnya perencanaan dan penjadwalan (X24), rangking 2 (3,48); Kesulitan finansial (X23), rangking 3 (3,38); Jadwal tenaga kerja dibutuhkan (X19), rangking 4 (3,45); Adanya perubahan desain (X2), rangking 5 (3,45); dan Jumlah peralatan yang digunakan (X14), rangking 6 (3,45).

2. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan konstruksi gedung harus melakukan beberapa cara atau strategi diantaranya: pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja.

3. Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan proyek hendaknya memperhatikan metode pelaksanaan, kebutuhan tenaga kerja dan peralatan, dan dengan mengetahui faktor resiko yang dominan dapat menbantu untuk


(5)

mengambil keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai.

5.2. SARAN

Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu:

1. Agar tidak terjadi penundaan dalam melaksanakan proyek, maka pekerjaan-pekerjaan di jalur kritis perlu diawasi dan kontrol dengan ketat agar tidak terlambat dan juga mengakibatkan pekerjaan yang tidak dalam jalur kritis terganggu.

2. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi, sebaiknya metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan proyek dapat diperhatikan yang lebih karena peranan metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan sangat penting mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan proyek gedung.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Husein. 2008. Manajemen Proyek , perencanaan, penjadwalan & pengendalian proyek. Yogyakarta : Andi.

Effendi Sofian. 1987. Metode Penelitian Survai. Kota : PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Ervianto, Wulfram I. 2004. TeoriAplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi.

Ismael, idzurnida. 2013. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor penyebab

dan Tindakan Pencegahannya. Jurnal Momentum. 14 : 46-55.

Labombang, Mastura. 2011. Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek. 9 : 39-46.

I Gede Putu joni. 2012. Resiko Manajemen Proyek. Jurnal Teknik Sipil. 16 : 48-55. Logawa, gunawan 2007. Manajemen proyek konstruksi. Jakarta : universitas trisakti. Rusman, muttaqin, dan nurul malahayati. 2012. Faktor-Faktor Resik Yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Gedung Secara Swakelola (Studi Kasus : Proyek Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Di Provinsi Aceh). Jurnal Teknik Sipil. 1 : 97-111.

Soeharto, Imam Ir. 1995. Menajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional

Jakarta : Erlangga.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid I. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid II. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.