28 chemistry, or physics, that deals with the objects, phenomena, or laws of nature
and the physical worlds”. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu ilmu alam sebagai suatu ilmu seperti biologi, kimia, atau fisika, yang berhubungan dengan
obyek, fenomena, atau hukum alam dan dunia fisik.
2.1.3.2 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA mencakup dunia dan isinya, yaitu meliputi alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi, dan di luar
angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu
ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup mapun benda mati yang diamati. Dalam paradigma konstruktivisme, siswa mengkonstruksi pengetahuan
dengan cara membuat “link” antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari melalui interaksi dengan yang lain Sutrisno,
Kresnadi, dan Kartono 2007: 2.26. Berdasarkan paradigma tersebut, pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran yang mengkonstruksikan
pengetahuan siswa antara materi yang dipelajari didukung dengan pengkonkretaan atau penyajian gejala-gejala alam melalui media dan selanjutnya pengetahuan
yang diperoleh akan terjadi asimilasi maupun akulturasi dalam ingatan siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman atau miskonsepsi
terhadap materi-materi yang abstrak bagi siswa. Selain itu, dalam proses pembelajaran harus memfasilitasi interaksi antar siswa.
Hal-hal yang abstrak tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa SD. Menurut Piaget, anak usia SD berkisar antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun,
29 tingkat perkembangan kognitifnya tergolong dalam tahap operasional konkret.
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa SD tersebut, menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran IPA sebaiknya disediakan
serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial Sutarno 2009: 8.18.
Guru dituntut untuk bisa menghadirkan objek yang sedang dipelajari, meskipun itu hanya manipulasi dari obyek nyata. Guru bisa menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, peran alat peraga dan media menjadi sangat penting untuk mengkonkretkan obyek yang tidak bisa dihadirkan secara
langsung. Pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang sedang dipelajari serta situasi dan kondisi lingkungan kelas.
2.1.3.3 Materi Daur Air