KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SAMIRONO YOGYAKARTA.

(1)

i

KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI

SAMIRONO YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Viski Ristyaspuri NIM 13108244015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI

SAMIRONO YOGYAKARTA

Oleh: Viski Ristyaspuri NIM 13108244015

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model cooperative learning tipe time token terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Samirono. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian eksperimen dengan desain quasi experimental design dengan tipe Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Samirono dengan subjek penelitian siswa kelas V SD Negeri Samirono yang berjumlah 33 siswa, dengan rincian 17 siswa kelas VA dan 16 siswa kelas VB. Kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar dan observasi. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya Keefektifan Model Cooperative Learning Tipe Time Token terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut dibuktikan dengan hasil uji-t (t-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan perolehan nilai t sebesar 2,203, nilai thitung > ttabel (2,203 > 2,042). Kelas eksperimen memperoleh hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest sebesar 35,40 sedangkan kelas kontrol memperoleh hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest sebesar 27,70. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dimaknai bahwa kelas eksperimen memiliki perubahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.


(3)

iii

THE EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF TIME TOKEN ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT ON SOCIAL SCIENCE SUBJECT OF THE FIFTH GRADE STUDENTS AT

ELEMENTARY SCHOOL OF SAMIRONO YOGYAKARTA

By: Viski Ristyaspuri NIM 13108244015

ABSTRACT

This research aims to find out the effectiveness of cooperative learning model of time token on students’ learning achievement on Social Science subject of the fifth grade students at Elementary School of Samirono.

The research used quantitative approach and classified as a quasi-experimental in form of Nonequivalent Control Group Design. The research was conducted in Elementary School of Samirono. It involved 33 fifth grade students of Elementary School of Samirono in which the class VA (17 students) as the control group, whereas the class VB (16 students) as the experimental group. The data were collected by using test and observation. The research conducted was the study of population so that the data analysis technique was done through descriptive analysis.

The research result shows that the effectiveness of cooperative learning model of time token affects the fifth grade students’ learning outcomes on Social Science subject at Elementary School of Samirono. It is proven by the results of the t-test on the control and experiments classes which gain 2.203 of t value. This finding is indicated by the tcount which is bigger than the ttable (2.203 > 2.042). The

experimental groups’ pretest-posttest mean difference is 35.40, whereas the

control groups’ pretest-posttest mean difference is 27.70. Based on

aforementioned calculation results, the experimental group has higher score difference score than the control group.

Keywords: cooperative learning model of time token, students’ learning outcomes, Social Science subject


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Yang paling dekat adalah kematian Yang paling jauh adalah masa lalu Yang paling besar adalah hawa nafsu Yang paling berat adalah memegang amanah Yang paling ringan adalah meninggalkan shalat

Dan yang paling tajam adalah lisan manusia”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur atas nikmat dan rahmat-Nya

Alhamdulillahirabbil’alamin, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu dan keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa.

2. Almameter Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Negara, Nusa dan Bangsa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

Skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Cooperative Learning Tipe Time Token terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta” sesuai waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hidayati, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Hidayati, M.Hum selaku validator instrumen penelitian Tugas Akhir Skripsi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Ibu Hidayati, M.Hum selaku ketua penguji, Ibu Safitri Yosita Ratri selaku sekretaris dan Bapak Dr. Haryanto selaku penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. 4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua jurusan beserta dosen dan staf yang

telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Bapak Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi

6. Ibu Siti Daroyah Anggraeni, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Samirono yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini

7. Para guru dan staf SD Negeri Samirono yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.


(10)

x

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khusunya dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Yogyakarta, 12 Juni 2017 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Tentang Mata Pelajaran IPS ... 10

1. Definisi IPS ... 10

2. Tujuan IPS ... 11

3. Ruang Lingkup IPS ... 13

B.Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar ... 15

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

C.Kajian Tentang Model Cooperative Learning Tipe Time Token .. 25

1. Definisi Model Cooperative Learning ... 25

2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 27

3. Prinsip-Prinsip Model Cooperative Learning ... 28

4. Model Cooperative Learning Tipe Time Token ... 31

D.Kajian Tentang Metode Ceramah Bervariasi ... 33


(12)

xii

F. Keterkaitan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Time

Token dengan Hasil Belajar Siswa ... 39

G.Penelitian yang Relevan ... 40

H.Kerangka Berpikir ... 41

I. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 43

B.Desain Penelitian ... 43

C.Subjek Penelitian ... 45

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

1. Tempat Penelitian ... 46

2. Waktu Penelitian ... 47

E.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47

F. Variabel Penelitian ... 50

G.Definisi Operasional ... 51

H.Teknik Pengumpulan Data... 52

I. Instrumen Penelitian ... 53

J. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 64

B.Pelaksanaan Penelitian ... 65

C.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Data Hasil Belajar ... 66

2. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa ... 73

3. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Guru... 80

D.Analisis Data ... 81

E.Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

F. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 90

B.Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester 1 Mata

Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD Negeri Samirono. 3

Tabel 2. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Tengah Semester Siswa Pada Semester 1 Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2016/2017 ... 4

Tabel 3. Jumlah Populasi Siswa Kelas V SD Negeri Samirono... 46

Tabel 4. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar IPS sebelum uji Validitas ... 55

Tabel 5. Kisi-Kisi Observasi Sikap Siswa ... 57

Tabel 6. Koefisien reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006: 276) ... 60

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 60

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 65

Tabel 9. Distribusi Frekuensi nilai pretest kelas eksperimen ... 66

Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen... 67

Tabel 11. Distribusi Frekuensi nilai pretest kelas kontrol ... 68

Tabel 12. Statistik deskriptif hasil belajar pretest kelas kontrol ... 69

Tabel 13. Distribusi Frekuensi nilai posttest kelas eksperimen ... 69

Tabel 14. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 15. Distribusi Frekuensi nilai posttest kelas kontrol ... 71

Tabel 16. Statistik deskriptif hasil belajar posttest kelas kontrol ... 72

Tabel 17. Selisih mean pretest-posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 72

Tabel 18. Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Eksperimen dari pertemuan I-III ... 74


(14)

xiv

Tabel 20. Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Kontrol dari pertemuan I-III ... 77 Tabel 21. Perbandingan Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 79 Tabel 22. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eskperimen... 80 Tabel 23. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Kontrol ... 81 Tabel 24. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 82 Tabel 25. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 82 Tabel 26. Hasil Perhitungan Uji t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 83 Tabel 27. Hasil Perhitungan Uji t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2010: 116) ... 44

Gambar 2. Skema hubungan variabel bebas dan varibel terikat ... 51

Gambar 3. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 67

Gambar 4. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 68

Gambar 5. Diagram Batang Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 70

Gambar 6. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 71


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Subjek Penelitian... 95

Lampiran 2. Nilai UTS Semester Gasal ... 96

Lampiran 3. Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen ... 98

Lampiran 4. Rincian Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 100

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Hasil Belajar ... 101

Lampiran 6. Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 102

Lampiran 7. Data Mentah Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 109

Lampiran 8. Nilai Pretest-Posttest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115

Lampiran 10. Hasil Analisis Data ... 119

Lampiran 11. Instrumen Observasi ... 121

Lampiran 12. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131

Lampiran 13. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 146

Lampiran 15. Dokumentasi ... 186


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah dasar. IPS adalah mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial. Menurut Hidayati (2004: 9) IPS adalah fusi dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Pengertian fusi bahwa IPS adalah suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.

Akbar dan Sriwiyana (2010: 77- 78) menjelaskan bahwa salah satu tujuan dari mata pelajaran IPS di SD adalah agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian dan tujuan IPS di atas, maka dibutuhkan suatu pola pembelajaran untuk menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Untuk mewujudkan pembelajaran yang baik dan ideal, proses pembelajaran perlu direncanakan dan dipertimbangkan agar dalam pelaksanaannya dapat berlangsung dengan baik. Setiap guru harus mengetahui komponen-komponen yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran seperti keadaan siswa, media, model maupun sumber belajar lainnya. Salah satu komponen keberhasilan siswa


(18)

2

dalam belajar tergantung pada model penyajian materi. Joyce & Weil (Rusman, 2011: 132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model penyajian materi yang menarik, menyenangkan, tidak membosankan, dan mudah dipahami siswa tentunya akan membawa pengaruh positif terhadap keberhasilan belajar. Dengan begitu siswa akan terlibat langsung dan akan memiliki pemahaman yang baik. Pemahaman yang baik tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Menurut Susanto (2015: 5) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Salah satu kompetensi yang dimiliki oleh guru profesional adalah kemampuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS, guru hendaknya dapat mengarahkan dan membimbing siswanya dalam menguasai konsep dasar, sehingga siswa dapat membentuk struktur ilmu pengetahuannya sendiri (Sapriya, 2012: 48). Akan tetapi, pembelajaran IPS saat ini masih sangat memerlukan perhatian karena pembelajaran yang sepenuhnya belum terwujud dengan baik misalnya terkait dalam praktik pembelajaran langsung di lapangan. Kegiatan belajar yang monoton dapat membuat siswa kurang tertarik dan membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila dilanjutkan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Meskipun guru memahami


(19)

3

materi yang akan diajarkan, jika tidak dapat memilih model pembelajaran yang tepat belum menjamin siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VA dan VB SD Negeri Samirono yang dilakukan pada hari jum’at tanggal 04 November 2016, kurikulum yang diterapkan di SD Negeri Samirono masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan diperoleh bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS tergolong masih rendah. Jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang diterapkan oleh sekolah, nilai rata-rata siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan. Selain itu dalam pembelajaran IPS siswa terlihat kurang aktif dibandingkan dengan pelajaran lain. Adapun rincian nilai rata-rata setiap mata pelajaran pada ulangan tengah semester tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester 1 Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD Negeri Samirono No Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah

Semester

Kelas VA Kelas VB 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 67,47 52,31 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 36,00 48,00

3. Bahasa Indonesia 61,18 72,25

4. Matematika 47,18 62,81

5. Pendidikan Kewarganegaraan 70,88 73,63 Dari tabel di atas membuktikan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Samirono kurang optimal. Dari 33 siswa kelas V, rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Rata-rata-rata nilai siswa kelas VA sebesar 67,47 dan kelas VB sebesar 52,31. Adapun persentase ketuntasan nilai ulangan tengah


(20)

4

semester siswa pada semester 1 mata pelajaran ips tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Tengah Semester Siswa Pada Semester 1 Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2016/2017

Kelas Nilai Jumlah Siswa

<75 >75

VA 10 7 17

VB 15 1 16

Jumlah 25 8 33

Presentase % 76 % 24 % 100 %

Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah ketuntasan siswa mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa pada kelas VA terdapat 10 siswa belum mencapai KKM dan 7 siswa sudah mencapai KKM. Sedangkan pada kelas VB terdapat 15 siswa belum mencapai KKM dan 1 siswa sudah mencapai KKM. KKM yang ditetapkan sekolah pada mata pelajaran IPS adalah 75,00. Siswa dapat dinyatakan tuntas apabila hasil belajarnya lebih dari KKM atau minimal sama dengan KKM dan apabila hasil belajar siswa berada dibawah KKM maka siswa dinyatakan belum tuntas.

Hasil pengamatan peneliti saat melakukan kegiatan observasi dan wawancara dibulan November 2016 di SDN Samirono Yogyakarta, didapatkan permasalahan pada kualitas pembelajaran yang belum optimal. Pada saat proses pembelajaran guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara konkret yang mampu menarik perhatian siswa. Media yang banyak digunakan guru ketika pembelajaran IPS adalah peta dan globe padahal tidak semua materi dapat menggunakan media tersebut. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, faktor guru yang belum mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi serta persiapan dalam


(21)

5

membuat media yang menjadi penyebab guru tidak menggunakan media pembelajaran.

Lebih lanjut, saat proses pembelajaran berlangsung guru mengajar masih bersifat teacher center (berpusat pada guru) karena penyampaian materi masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Aktivitas siswa sebatas mendengarkan penjelasan guru tanpa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi penyebab pembelajaran di kelas bersifat teoritis sehingga menimbulkan kejenuhan siswa terhadap proses pembelajaran. Penyampaian materi yang kurang menarik dari guru akan mengalihkan siswa dengan kegiatan lain seperti bermain sendiri, mengobrol dengan teman sebangku bahkan sibuk menganggu teman yang lainnya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, beliau mengungkapkan bahwa pada saat proses pembelajaran beliau masih merasa kesulitan dalam mengaktifkan siswa. Ketika guru menjelaskan siswa cenderung diam dan tidak bertanya. Guru sudah berupaya untuk memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, namun belum semua siswa aktif. Hal ini dapat terlihat pada saat kegiatan tanya jawab hanya beberapa anak yang berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Sedangkan siswa yang lainnya hanya diam saja.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, sebenarnya banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token. Menurut Huda (2014: 239) kegiatan pembelajaran time token ini akan melatih dan mengembangkan


(22)

6

keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Siswa mendapatkan kesempatan secara merata dan dapat memberikan kontribusi saat pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan terlibat aktif dan belajar berbicara di depan umum, mengungkapkan pendapatnya tanpa harus merasa takut dan malu.

Salah satu kelebihan model pembelajaran time token adalah melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, membantu siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Usia sekolah dasar merupakan masa perkembangan kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata sehingga dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui interaksi dengan teman sebaya. konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang di kemukakan oleh Jean Piaget bahwa siswa sekolah dasar berada dalam tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini umumnya siswa lebih menyukai proses pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur bermain dan mengelompok dengan temannya. Oleh karena itu, guru berusaha membuat pembelajaran yang bermakna agar materi pelajaran yang berisi konsep-konsep yang abstrak dapat lebih mudah diterima dan dipahami siswa.


(23)

7

Dari permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul tentang keefektifan model cooperative learning tipe time token terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di SD Negeri Samirono yaitu sebagai berikut: 1. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang

aktif.

2. Guru belum terampil dalam membuat media.

3. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. 4. Terjadi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

5. Guru merasa kesulitan dalam mengaktifkan siswa ketika pembelajaran. 6. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai KKM.

7. Model pembelajaran cooperative learning tipe time token belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran IPS.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, tidak semua masalah akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar penelitian memperoleh hasil yang maksimal. Penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai KKM dan belum diterapkannya model cooperative learning tipe time token dalam proses pembelajaran IPS.


(24)

8 D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. “Adakah perbedaan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta?”

2. “Seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelititan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Perbedaan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta.

2. Seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:


(25)

9 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dasar khususnya mengenai pembelajaran IPS.

2. Secara Praktis a. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi guru sebagai alternatif dalam penggunaan model pembelajaran IPS agar guru menjadi lebih kreatif sehingga diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang lebih efektif, efisien, variatif dan menyenangkan.

b. Bagi siswa

Dengan penelitian ini diharapkan konsep-konsep IPS mudah dikuasai dan bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

c. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan referensi, bahan pertimbangan dan wacana dan penyempurnaan kurikulum khususnya untuk sekolah dasar.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan dalam meningkatkan motivasi siswa dikemudian hari.


(26)

10 BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Tentang Mata Pelajaran IPS

1. Definisi IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat dengan IPS merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah. Menurut (Hidayati, 2002: 4) IPS di pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi dan sosiologi yang memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia.

Akbar dan Sriwiyana (2010: 77) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD memuat perpaduan materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Dengan mempelajari IPS siswa mendapatkan bekal pengetahuan dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga nantinya diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab.

Susanto (2015:143) menyatakan bahwa Pendidikan IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. oleh karena itu peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya


(27)

11

agar kelak siswa dapat menjadi warga negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupannya.

Sapriya (2012: 194) menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Artinya bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran pengetahuan yang mengacu pada aspek kehidupan yang riil (nyata) dimana pengetahuan tersebut digali dari kehidupan sehari hari seperti ilmu sejarah, ekonomi, geografi serta antropologi adalah hal-hal yang sering ditemui dalam kelangsungan hidup di masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi yang sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran IPS dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar IPS memuat perpaduan materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi.

2. Tujuan IPS

Tujuan IPS menurut Hidayati (2004: 12) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya. Anak didik dilatih dilatih untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat


(28)

12

hidup yang lebih baik. Dengan demikian anak didik akan lebih peka terhadap lingkungan beserta masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan terampil dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Akbar dan Sriwiyana (2010: 78) tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Solihatin dan Raharjo (2007: 15) mengungkapkan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal pada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Munir (Susanto, 2015: 150) bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS pembelajaran di sekolah dasar adalah sebagai berikut.

a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat.

b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian.

d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.


(29)

13

Sapriya (2015: 12) IPS di tingkat sekolah bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mengajarkan dan memberikan bekal konsep ilmu-ilmu sosial dan mengembangkan segala kemampuan yang ada pada diri anak baik dari bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, membentuk sikap kepedulian sosial dan memiliki sikap mental positif serta terampil dalam mengatasi setiap masalah sehari-hari yang nantinya akan berguna bagi dirinya serta masyarakat dan bangsa. Dari bekal tersebut diharapkan siswa dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat serta dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk menjadi warga negara yang baik.

3. Ruang Lingkup IPS

Salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah adalah mata pelajaran IPS. Pengorganisasian mata pelajaran IPS di sekolah dasar dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan usia dan kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku.


(30)

14

Menurut Akbar dan Sriwiyana (2010: 78) ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI meliputi beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut. a. Manusia, tempat tinggal dan lingkungan.

b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fajar (2002: 111) yang menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI adalah sebagai berikut.

a. Sistem sosial budaya.

b. Manusia, tempat dan lingkungan. c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. e. Sistem berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI adalah manusia, tempat tinggal dan lingkungan; waktu, keberlanjutan dan perubahan; sistem sosial budaya; perilaku ekonomi dan kesejahteraan serta sistem berbangsa dan bernegara. Sedangkan ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan serta sistem berbangsa dan bernegara.

Dalam penelitian ini materi pokok IPS kelas V semester 2 yang digunakan untuk penelitian yakni Kompetensi Dasar 2.2 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.


(31)

15 B.Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Definisi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003: 2) Belajar dapat didefinisikann sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses atau suatu kegiatan, belajar itu bukan sekedar mengingat dan menghafal saja namun lebih luas dari itu yaitu mengalami.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Perubahan yang diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari yang sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan dimana siswa belajar melakukan sendiri atau dengan mengalaminya sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 7).

Selanjutnya menurut Aunurrahman (2016: 34) mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Selain itu perubahan juga terjadi dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil berkat interaksi aktif siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar. Sehingga dari perubahan itu akan diperoleh kecakapan baru.


(32)

16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar disini diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku seseorang yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak. Perubahan yang terjadi bukan karena kematangan seseorang dalam berkembang tetapi perubahan yang diperoleh melalui usaha yang merupakan hasil dari pengalaman.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran unuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu yang belajar akan menampilkan perilaku belajar yang berbeda.

Purwanto (2010: 44) mendefinisikan hasil belajar adalah perolehan yang didapatkan setelah siswa mengalami belajar sehingga mengalami perubahan perilaku dibanding sebelumnya. Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari tingkah laku yang tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.

Selanjutnya menurut Slameto (2015: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Dengan demikian penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya dalam bentuk penguasaan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa


(33)

17

objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil dari kegiatan belajar pada diri siswa mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan instruksional. Peranan tujuan instruksional berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian (Sudjana, 1992: 3).

Purwanto (1992: 33) menjelaskan bahwa tes hasil belajar ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sekolah dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Tes yang biasa digunakan guru terdapat dua macam, yakni tes yang telah ditetapkan dan tes buatan guru sendiri.

Dengan memperhatikan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan hasil belajar diharapkan adanya perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku tersebut disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan oleh guru. Hasil belajar berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada pokok bahan IPS yaitu materi persiapan kemerdekaan Indonesia.

Hasil belajar menurut Bloom dalam Sudjana (1992: 22-33) dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.


(34)

18 a. Ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi kegiatan sejak dari sensori menerima stimulus eksternal lalu disimpan dan diolah dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Secara hierarki Bloom membagi tingkat hasil belajar kognitif menjadi Enam tingkatan hasil belajar yaitu:

1) pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak yang digunakan untuk mengingat informasi yang sudah dipelajarimisalnya tentang nama, istilah, rumus-rumus, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, ide, gejala dan lain sebagainya,

2) pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan seseorang untuk menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep yang dijelaskan dengan kata-katanya sendiri,

3) penerapan (application) yaitu kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret,

4) analisis (analysis) yaitu kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu,

5) sintesis (synthesis) yaitu kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna sehingga menjadi pola yang


(35)

19

terstruktur. Seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia,

6) evaluasi (evaluation) adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Evaluasi berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi yang akan membentuk tingkah laku siswa. Hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan yang meliputi:

1) penerimaan (receiving) adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah,

2) penanggapan (responding) adalah kesediaan memberikan respon dengan berpartisipasi,

3) penghargaan (valuing) adalah kesediaan menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut,

4) pengorganisasian (organization) adalah kesedian mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman dalam berperilaku,

5) karakterisasi nilai (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam berperilaku sehari-hari.

c. Ranah Psikomotor

Domain psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Beberapa ahli mengklasifikasikan dan


(36)

20

menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpason dalam Purwanto (2010: 52) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotor menjadi enam, yaitu:

1) persepsi (perception) adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain,

2) kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan,

3) gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan,

4) gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh,

5) gerakan kompleks (adaption) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat,

6) kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan atau mengombinasikan gerakan.

Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil usaha anak untuk menguasai mata pelajaran yang akan dicapai. Hasil belajar IPS dalam penelitian ini menitikberatkan pada ranah kognitif yaitu (C1) pengetahuan, (C2) pemahaman dan (C3) penerapan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar yang diperoleh siswa tentunya tidak lepas dari faktor-faktor dalam proses pembelajaran. Munculnya faktor-faktor-faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa bukan karena kelemahan guru semata-mata akan tetapi bahwa kegiatan belajar merupakan suatu aktivitas yang dinamis. Faktor-faktor psikologis yang hadir dalam diri siswa ketika belajar juga memberi pengaruh dalam upaya mencapai tujuan belajar yang hendak dicapai.


(37)

21

Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa. Ada tiga faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor intern meliputi:

1) Kecerdasan Anak

Kecerdasan anak mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar. Kecerdasan berkaitan dengan cepat atau lambatnya penerimaan informasi dan penyelesaian masalah. Seseorang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi bisa akan lebih berhasil dari pada seseorang yang mempunyai kecerdasan yang rendah. Ini berarti bahwa kecerdasan berpotensi dasar bagi pencapaian hasil belajar siswa. 2) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar termasuk dalam salah satu aspek psikologis yang dapat diketahui oleh diri individu itu sendiri. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah yang dihadapi siswa. Bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan seorang guru mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar siswa.

3) Minat

Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Kegiatan yang diminati seseorang dengan disertai rasa senang akan diperhatikan terus menerus. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, seseorang yang mempunyai minat akan lebih intensif memusatkan perhatiannya terhadap materi sehingga


(38)

22

menjadikan siswa lebih giat dalam belajar yang akhirnya dapat melakukan pencapaian prestasi yang baik.

4) Motivasi Belajar

Perilaku yang menunjukkan seseorang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya disebut dengan motivasi. Motivasi menjadi kekuatan yang mendorong siswa mendayagunakan seluruh potensi yang ada pada dirinya dalam mewujudkan tujuan belajar. Rendahnya motivasi belajar akan memberikan dampak pada ketercapaian hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi akan terlihat melalui kesungguhannya untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

5) Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kondisi badan yang cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat indera dalam tubuhnya terganggu berpengaruh terhadap proses belajar siswa.

6) Kesiapan dan Kematangan

Kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Selain itu kesiapan juga timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajar akan baik.


(39)

23 b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor-faktor eksternal meliputi:

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak karena dari keluarga anak menerima pendidikan. Keluarga yang sehat besar, artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan tersebut dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan anaknya. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga misalnya cara orang tua mendidik anak-anaknya. Selain itu, suasana rumah yang tenang dan tenteram, keadaan ekonomi, pengertian dari orang tua, perkataan dan bimbingan orang tua juga akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Oleh karena itu, kondisi rumah yang baik akan mempengaruhi anak belajar dengan baik, begitupun sebaliknya. Kebiasaan keluarga akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong semangat anak untuk belajar guna mencapai prestasi belajar yang baik.

2) Lingkungan Sekolah

Selain di rumah waktu belajar anak akan berada di sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar anak mencakup metode guru dalam mengajar,


(40)

24

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan sekolah yang baik akan mempengaruh pencapaian hasil belajar. 3) Lingkungan Sosial (teman sebaya)

Setiap anak tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungannya, terutama di lingkungan sekolah. Lingkungan sosial dapat memberi pengaruh positif maupun negatif kepada anak. Lingkungan sosial yang tidak menguntungkan bagi perkembangan siswa akan mendatangkan dampak negatif terhadap proses dan hasil belajar yang diperoleh. Pada sisi lain, lingkungan sosial juga memberi pengaruh positif terhadap siswa. Peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Selain itu motivasi dalam belajar siswa, juga dapat mengalami perubahan sikap positif yang ia tiru dalam pergaulan dan interaksi sehari-hari.

4) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh dari teman bergaul siswa akan lebih cepat masuk dalam jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh yang baik terhadap siswa, begitu juga sebaliknya. Bila kehidupan sekitar masyarakat adalah orang-orang terpelajar yang baik, mereka mendidikkan dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa juga akan terpengaruh ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya.


(41)

25

Pengaruh moral yang baik dan orang-orang yang berpendidikan disekitarnya akan memberikan pengaruh yang dapat mendorong semangat anak untuk giat belajar. 5) Lingkungan Sekitar

Lingkungan sekitar anak juga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan belajarnya. Seperti bangunan rumah, keadaan lalu lintas, suasana sekitar dan iklim. Kondisi yang tenteram dilingkungan tempat tinggal anak akan menunjang untuk memperoleh hasil yang belajar yang maksimal.

Keberhasilan belajar merupakan tujuan akhir dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga orang tua, sekolah dan masyarakat harus berupaya secara optimal memahami berbagai faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan dalam pencapaian hasil belajar, termasuk dalam hasil belajar IPS. Salah satu faktor eksternal yang digunakan adalah untuk mempengaruhi hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut diharapkan akan memudahkan anak dalam menerima materi yang diajarkan guru serta dapat mempengaruhi hasil belajar IPS siswa.

C.Kajian Tentang Model Cooperative Learning Tipe Time Token 1. Definisi Model Cooperative Learning

Menurut Rusman (2011: 204) cooperative learning adalah teknik pengelompokkan yang terdiri dari 4-5 orang yang didalamnya siswa belajar bersama dalam menguasai materi yang diberikan guru dengan tujuan yang terarah. siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas


(42)

26

kelompok. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Cooperative learning adalah sikap atau perilaku dalam bekerja sama dalam kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dimana keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan bekerja sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Sehingga pengembangan kualitas diri dapat diasah dengan baik, karena ketika berkelompok interaksi yang saling percaya, terbuka dan santai dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan sikap, nilai dan moral serta keterampilannya (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).

Menurut Slavin (2015: 33) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Kelompok belajar yang dapat mencapai hasil belajar dengan maksimal akan diberikan penghargaan, penghargaan ini untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar siswa.

Sementara itu Ibrahim dalam Trianto (2010: 60) menjelaskan bahwa cooperative learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan jenis kelamin. Sehingga pembelajaran cooperative learning ini dapat memberikan


(43)

27

peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep apabila mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Pembelajaran cooperative learning menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok. Siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi dengan baik.

2. Karakteristik Model Cooperative learning

Proses pembelajaran model cooperative learning lebih menekankan pada proses kerja sama kelompok untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik tetapi dengan adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi. Sehingga adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran cooperative learning . Seperti penjelasan Rusman (2011: 207) bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilakukan secara tim. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif.


(44)

28

c. Kemauan untuk bekerja sama dalam kelompok dalam mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan dalam bekerja sama dan melakukan koordinasi dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai satu penghargaan bersama.

Sementara menurut Asma (2006: 6-7) model pembelajaran cooperative learning ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Siswa bekerja kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Pembagian kelompok dibentuk berdasarkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Alangkah lebih baik, jika dalam satu anggota kelompok terdapat siswa yang berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih ditujukan kepada kelompok daripada individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, dimana siswa harus bekerja sama dan mereka harus mengoordinasikan untuk menyelasaikan tugasnya sehingga tujuan dapat dicapai secara optimal, serta secara individu mereka saling membutuhkan hingga mendapatkan penghargaan secara tim.

3. Prinsip-Prinsip Model Cooperative learning

Guru dapat menekankan kerja sama antara siswa dengan kelompok melalui kegiatan siswa dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas kelompok, memberikan


(45)

29

penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman sekelompoknya untuk berpartisipasi secara aktif dan berdiskusi. Sehingga pembelajaran cooperative learning menjadi menantang dan mengesankan bagi siswa. Menurut Asma (2006: 14-16) dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative learning terdapat lima prinsip yang dianut yaitu:

a. Belajar Siswa Aktif

Proses pembelajaran dalam cooperative learning berpusat pada siswa karena aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa. keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada usaha kelompok bukan kinerja masing-masing individu. Semua anggota kelompok harus memahami materi pembelajaran dan membuat laporan baik secara kelompok maupun individu. Dalam menyelesaikan tugas siswa bekerja sama saling berdiskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota dan mengujinya secara bersama-sama, siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya.

b. Belajar Kerjasama

Belajar kelompok akan meningkatkan interaksi antara siswa. Dalam membangun pengetahuan yang dipelajari dibutuhkan kerja sama sesama anggota. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Dengan begitu pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama akan lebih melekat dalam pemahaman masing-masing siswa.


(46)

30 c. Pembelajaran Partisipatorik

Pembelajaran partisipatorik, melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama. Melatih kemampuan untuk mengemukakan hasil dari kerja kelompoknya, memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk mengemukakan pendapat dan kritis dalam mengkritik pendapat kelompok.

d. Reactive Teaching

Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Sehingga seorang guru perlu memahami cara untuk mengantisipasi kebosanan pada siswa dan dapat menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ciri-ciri guru yang reaktif adalah: 1) menjadikan siswa sebagai pusat belajar, 2) pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, 3) selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa-siswanya, 4) mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera menanggulanginya.

e. Pembelajaran yang Menyenangkan

Prinsip pembelajaran yang menyenangkan bahwa pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Langkah-langkah


(47)

31

pembelajaran cooperative learning tidak akan berjalan efektif jika suasana belajar yang ada tidak menyenangkan.

Dari kelima prinsip-prinsip tersebut, model pembelajaran cooperative learning juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Slavin dalam Trianto (2010-61-62) bahwa konsep utama dari belajar cooperative learning adalah sebagai berikut.

a. Jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan maka mereka akan mendapatkan penghargaan kelompok.

b. Tanggung jawab individu, ini bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajarnya individu masing-masing anggota kelompok. Individu mempunyai rasa tanggungjawab bersama dalam membantu teman yang lain dan memastikan semua anggota kelompok siap dalam menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, siswa telah membantu keberhasilan kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka. Tidak membeda-bedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Karena kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai untuk sama-sama tertantang melakukan yang terbaik.

4. Model Cooperative Learning tipe Time Token

Model pembelajaran time token menurut Huda (2014: 239) adalah salah satu pembelajaran cooperative learning dimana pembelajarannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan


(48)

32

keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Penerapan model pembelajaran time token dilakukan secara berkelompok, dalam pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa diam sama sekali dalam berdiskusi. Guru bertindak dan memastikan semua siswa yang berada dalam kelompok menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan lalu mengerjakan tes tersebut tanpa bantuan siswa lain (Shoimin, 2016: 216).

Menurut Suprijono (2011: 133) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe time token yang diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. b. Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. c. Guru memberi tugas kepada siswa.

d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada setiap siswa.

e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.


(49)

33

f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan siswa dalam berbicara.

Menurut Huda (2014: 241) model pembelajaran cooperative learning tipe time token memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi.

b. Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak bicara sama sekali.

c. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara). e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat.

f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik.

g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

h. Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi.

i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Jadi, model time token digunakan untuk melatih keterampilan sosial dan komunikasi siswa. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu yang sudah ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap kali berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lain. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi sedangkan siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai kupon tersebut habis.

D.Kajian Metode Ceramah Bervariasi

Metode ceramah adalah metode yang banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 98) metode ceramah merupakan suatu penyampaian pelajaran melalui penuturan dengan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.


(50)

34

Dalam bentuk penyampaiannya, metode ceramah sangat sederhana dari mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan. Menurut Anitah (2008: 5.18) ceramah yang baik adalah ceramah bervariasi artinya ceramah yang dilengkapi dengan penggunaan alat dan media serta adanya tambahan dialog interaktif atau diskusi sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan.

Penggunaan metode ceramah bervariasi dapat menjadi baik dalam pembelajaran karena metode ceramah bervariasi memiliki sejumlah keunggulan. Achsin (Hidayati, 2002: 67) mengemukakan keunggulan metode ceramah bervariasi diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menghemat waktu mengajar, karena guru dapat menyampaikan pikirannya tepat sasaran.

2. Memungkinkan guru menghadapi siswa dalam jumlah banyak dan dapat menyajikan materi yang banyak pula.

3. Dapat mengemukakan pengetahuan yang belum pernah ditemukan siswa dalam bacaan-bacaan atau pengalaman mereka.

4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan mendengarkan secara tepat.

5. Dapat membantu memperkenalkan pokok-pokok yang baru dengan jalan membekali siswa dengan pengetahuan dasar yang dibutuhkan.

Langkah-langkah atau prosedur dalam menggunakan metode ceramah menurut Sumiati dan Asra (2009: 101) adalah sebagai berikut.

1. Guru menjelaskan tujuan dan topik yang diajarkan.

2. Memberikan motivasi belajar dengan menggunakan berbagai kegiatan seperti ungkapan yang membuat perasaan senang atau humor.

3. Menjelaskan materi atau sub materi secara garis besar. 4. Menyelingi pembelajaran dengan diskusi atau tanya jawab. 5. Untuk materi pemantapan dapat diberikan tugas.

6. Melakukan evaluasi dengan prosedur tertentu.

Metode ceramah bervariasi merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru dalam menyampaikan mata pelajaran IPS. Sehingga metode ceramah bervariasi digunakan peneliti sebagai


(51)

35

acuan dalam perlakuan yang diterima pada kelas kontrol yang menerima pembelajaran biasa.

E.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Anak usia Sekolah Dasar adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan dari masa kanak-kanak memasuki masa remaja awal. Individu yang sedang berkembang ini mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun mental. Masa-masa anak usia SD biasanya berkisar antara usia 6 tahun sampai 12 tahun.

Piaget dalam Susanto (2015: 77) menguraikan empat tahap perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret dan operasional formal.

1. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). Pada tahap ini perilaku yang sudah diperlihatkan adalah ia mulai menggunakan ingatan dan fikiran, belajar melalui perasaan, dan belajar melalui reflex.

2. Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Perilaku pada tahap ini adalah meniru perilaku orang lain, mengembangkan kemampuan bahasa dan berfikir dalam bentuk simbolik, menggunakan kata-kata yang benar, mampu memikirkan sesuatu hal melalui logika satu arah, dan masih sulit berfikir berdasarkan sudut pandang orang lain.

3. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Perilaku pada tahap ini adalah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, mampu mengatasi masalah konkret, dan mempunyai cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatnya.


(52)

36

4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Perilaku pada tahap ini adalah mampu mengatasi masalah secara abstrak dengan logis, mengembangkan kepedulian isu sosial, dan mampu mempelajari materi yang abstrak seperti matematika dan agama.

Anak usia sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret dalam berpikir. Dimana konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi lebih konkret. Perkembangan kemampuan berpikir anak dimulai dari tingkatan yang sederhana dan konkret ke tingkatan lebih rumit dan abstrak. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memahami karakteristik anak, mengenalkan arti dan tujuan belajar di sekolah dan mendorong seluruh potensi yang dimiliki anak agar dapat berkembang secara optimal.

Susanto (2015: 79) menjelaskan perilaku berkembang pada anak usia sekolah dasar yang ditandai dengan ciri-ciri yaitu: 1) anak mulai memandang dunia secara objektif, 2) anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi dan memahami tentang peristiwa-peristiwa yang konkret, 3) anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan tingkatan benda-benda yang bervariasi, 4) anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan menggunakan hubungan sebab akibat, 5) anak mampu memahami konsep substansi.

Selanjutnya menurut Izzaty, dkk (203: 114-115) masa kanak-kanak usia Sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu:


(53)

37

1. Masa kelas rendah biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 berlangsung antara usia 6/7 tahun- 9/10 tahun. Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah:

a. ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, b. suka memuji diri sendiri,

c. kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan tersebut tidak dianggap penting,

d. suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya,

e. suka meremehkan orang lain,

2. Masa kelas tinggi biasanya duduk di kelas 4, 5 dan 6 berlangsung antara usia 9/10 tahun- 12/13 tahun. Adapun ciri-ciri anak sekolah dasar adalah sebagai berikut:

a. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, b. ingin tahu, ingin belajar dan realistis,

c. timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus,

d. anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah,

e. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Dalam pembelajaran guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung permainan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Mereka senang melakukan hal yang


(54)

38

berkaitan dengan keadaan fisik seperti bermain, bergerak, melakukan sesuatu secara langsung dan bekerja secara kelompok. Oleh sebab itu, guru mengusahakan siswa untuk belajar yang memungkinkan siswa untuk bergerak atau berpindah tempat.

Menurut Poerwanti dan Widodo (2005: 44-45) kegiatan belajar pada fase masa kanak-kanak usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut.

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. 2. Membina sikap positif untuk dirinya sendiri.

3. Bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku dalam masyarakat.

4. Belajar memainkan peran sesuai jenis kelamin.

5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan matematika.

6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan masyarakat.

8. Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan lembaga kemsyarakatan.

9. Belajar mencapai kemerdekaan pribadi.

Dengan mengacu pada teori tahap perkembangan kognitif piaget tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas V sekolah dasar masih berada pada tahap operasional konkret. Sehingga dalam proses kegiatan belajar mengajar guru sebaiknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung permainan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Pada umumnya mereka senang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan keadaan fisik seperti bermain, bergerak, melakukan sesuatu secara langsung dan berkelompok. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru mengusahakan untuk mendesain pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa. Sehingga diharapkan siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang dipelajari.


(55)

39

F. Keterkaitan Model Pembelajaran Cooperative learning tipe Time token dengan Hasil Belajar Siswa

Asma (2006: 12) mendefinisikan Cooperative learning sebagai kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kelompok kecil dimana siswa saling bekerja sama dalam suatu tim, berbagi ide-ide untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.

Time token merupakan salah satu bentuk dari model pembelajaran cooperative learning. Shoimin (2016: 216) menjelaskan bahwa model pembelaran time token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial anak. Hal yang sangat penting dalam kegiatan time token yaitu mendorong siswa untuk berpartisipasi dan meningkatkan inisiatifnya dalam mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan pengalaman langsung.

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa di SD menurut Poerwanti dan Widodo (2005: 44-45) yang berkaitan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe time token yaitu: belajar pada keterampalan fisik yang diperlukan untuk bermain dan belajar membina sikap positif terhadap dirinya yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari. Disinilah letak peranan model pembelajaran cooperative learning tipe time token yaitu melibatkan siswa secara aktif serta memudahkan siswa dalam memahami konsep materi pelajaran sehingga diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.


(56)

40 G.Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh data hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang diakukan oleh Iis Yudis Trisnawati (2015) yang berjudul

“Penerapan Model Time token Berbantuan Audiovisual Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota

Semarang”, setelah melakukan penelitian sebanyak tiga kali siklus, peneliti menemukan bahwa nilai rata-rata kelas dari siklus 1 sampai 3 mengalami peningkatan yakni rata-rata kelas mulai dari 2,35 menjadi 2,92 dan terakhir menjadi 3,31. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus menunjukkan bahwa time token merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Busro Muhib (2016) yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time token Arends

untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis Siswa Kelas XI

SMA N 1 Mertoyudan Magelang”, hasil penelitian menunjukkan bahwa

peningkatan pada kemampuan berbicara siswa terus meningkat pada setiap siklus, rata-rata skor tes mengalami peningkatan yaitu 61,8 pada pre-test, kemudian mengalami peningkatan kembali dari rata-rata skor tes 7,61 pada siklus I menjadi 8,31 pada siklus II.


(57)

41 H.Kerangka Berpikir

Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang terdapat banyak hafalan dan membutuhkan daya ingat yang kuat. Siswa yang hanya duduk diam dalam proses pembelajaran, hanya menerima informasi yang diberikan guru tanpa diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran akan membuat siswa tidak memahami konsep materi yang disampaikan guru dan akan berakibat pada hasil belajarnya. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Sehingga ketika siswa diberikan sejumlah tes, hanya siswa yang mendominasi yang dapat menjawab pertanyaan dari guru.

Pada dasarnya anak usia kelas V sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret dalam berpikir, siswa berpikir atas dasar pengalaman yang dilihat dan dialami. Pada tahap ini, umumnya anak memiliki sifat senang bermain dan biasanya mereka menyukai proses pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur permainan. Melalui proses model pembelajaran cooperative learning tipe time token secara tidak langsung membangun kompetisi diantara siswa, karena pada model pembelajaran ini siswa diajak berlomba untuk menghabiskan kupon berbicara. Siswa akan merasa seperti bermain dalam belajar dan tanpa disadari siswa telah mempelajari konsep IPS melalui time token.

Time token adalah model pembelajaran yang mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa yang mendominasi pembicaraan atau menghindarkan siswa yang diam sama sekali dalam kegiatan berdiskusi. Salah satu kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe time token adalah melatih siswa


(58)

42

untuk mengungkapkan pendapatnya, membantu siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan membuat siswa dengan mudah merekam semua pengalaman yang diperolehnya. Dengan adanya time token, diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS agar lebih baik lagi serta memunculkan kreatifitas dan kompetensi siswa dalam mengungkapkan pendapatnya secara percaya diri tanpa harus takut dan malu-malu.

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pada hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta yang diajar menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dan yang diajar menggunakan metode ceramah bervariasi.

2. Model pembelajaran cooperative learning tipe time token dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta lebih efektif dari pada pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah bervariasi.


(59)

43 BAB III

METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara garis besar ada dua pendekatan dalam penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 8) pendekatan kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, biasa digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian. Data penelitian berbentuk bilangan (skor atau nilai) dengan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain (Maksum, 2012: 13). Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang diberikan kepada subjek penelitian. Caranya dengan memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen sementara kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Tujuan peneliti memilih jenis eksperimen adalah untuk menguji apakah suatu perlakuan tertentu dapat mempengaruhi perilaku tertentu pada sekelompok subjek.

B.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design. Menurut Sugiono (2011: 77) desain ini memiliki kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi


(60)

44

pelaksanaan eksperimen. Dalam Quasi Experimental Design terdapat dua bentuk desain, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Dalam desain ini terdapat pembanding antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan khusus. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2010: 116) Keterangan:

O1 = Hasil Pretest kelas eksperimen O2 = Hasil posttest kelas kontrol O3 = Hasil pretest kelas eksperimen O4 = Hasil posttest kelas kontrol

X = Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token.

O = Pembelajaran IPS yang biasa dilakukan guru dalam mengajar yaitu ceramah dan penugasan.

Kelas eksperimen maupun kelas kontrol merupakan siswa kelas V SD Negeri Samirono yang memiliki jumlah serta rata-rata usia yang sama. Desain penelitian

Kelas Eksperimen : O1 X O2 ... Kelas Kontrol : O3 O O4


(61)

45

dipilih satu kelas dengan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dan yang satu kelas lainnya tidak diberikan perlakuan. O1 dan O3 merupakan hasil belajar IPS siswa sebelum ada perlakuan. O1 untuk hasil tes awal kelas eksperimen sedangkan O3 untuk hasil tes awal kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan pengukuran melalui pretest dan posttest untuk mengetahui perbedaan hasil belajar terhadap kedua kelas tersebut. Hasilnya O2 merupakan hasil belajar IPS siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token sedangkan O4 merupakan hasil belajar IPS siswa yang tidak diberi perlakuan. Jadi, pengaruh penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe time token adalah (O2-O1) – (O4-O3). Hasil tes belajar ini digunakan untuk menentukan pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe time token yang ditimbulkan akibat adanya perlakuan yang diberikan.

C.Subjek Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80). Populasi bukan hanya orang, objek dan benda-benda alam yang lainnya juga dapat disebut populasi. Populasi tidak hanya mempelajari sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang melekat pada subyek atau obyek tersebut.


(62)

46

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Negeri Samirono tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 33 siswa. Berikut jumlah siswa kelas V SD Negeri Samirono.

Tabel 3. Jumlah Populasi Siswa Kelas V SD Negeri Samirono

No Kelas Jumlah Siswa

1. VA 17 Siswa

2. VB 16 Siswa

Jumlah 33 Siswa

SD Negeri Samirono merupakan sekolah dasar yang memiliki kelas paralel. Kelas V terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA dan VB. Siswa kelas VA berjumlah 17 siswa sedangkan siswa kelas VB berjumlah 16 siswa. Peneliti menggunakan kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara undian, karena kedua kelas memiliki nilai rerata kelas yang hampir sama. Peneliti bersama guru kelas menentukan kelas eksperimen dengan mengadakan kesepakatan yaitu dengan melakukan undian. Hasil dari undian tersebut menetapkan bahwa kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas ekperimen.

D.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Samirono yang terletak di Jl. Colombo No. 002 Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Samirono tahun ajaran 2016/2017. Peneliti memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan siswa kelas VA dan VB memiliki kemampuan yang sama, hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS belum mencapai KKM serta letaknya yang strategis dan mudah


(1)

189 Surat Keterangan Validitas Instrumen Penelitian


(2)

(3)

191 Surat Keterangan Uji Instrumen Penelitian


(4)

192 Surat Ijin Kesbangpol Sleman, Yogyakarta


(5)

193 Surat Ijin BAPEDA Sleman, Yogyakarta


(6)

194 Bukti Penelitian dari SD Negeri Samirono


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

KEEFEKTIFAN MODEL TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD NEGERI GUGUS CAKRA KOTA SEMARANG

0 44 225

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI

0 9 76

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kuncen Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 15

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V DI SD NEGERI JURUGENTONG, BANGUNTAPAN, BANTUL.

0 0 210

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD

0 0 10