28
menunjukkan sebabnya sakit. Untuk tiap-tiap penyakit ini ada beberapa obat ramuan tumbuh-tumbuhan yang ketepatannya pada masing-masing
penyakit berbeda-beda menurut informan satu dengan yang lainnya, juga menurut dalam dukun yang satu dengan yang lain. Bila mana seseorang
pergi kepada seorang dukun, ia akan memperoleh bukan hanya tumbuhan obat, tetapi juga mantra yang dilekatkan kepadanya. Dukun memegang
obat itu di tangannya dan membaca mantra di atasnya. Apabila dalam bahasa Arab kalau dukun itu santri, dalam bahasa Jawa kalau ia seorang
abangan, kemudian meludahinya atau meniupnya ketika mengobati pasiennya Geertz, 1989:123-126.
C. Konsep Sehat dan Sakit
1. Konsep Sehat
Persepsi seseorang terhadap kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh budaya atau kebudayaan yang dimilikinya.
Menurut Helman dalam Joyomartono, 2003:12 pada masyarakat non industri menyatakan pada umumya mengartikan sehat sebagai suatu
keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan supernatural. Sedangkan pada masyarakat
Barat, kondisi sehat diartikan mencakup aspek-aspek fisik psikologis dan perilaku. Namun persepsi seseorang terhadap tingkat kesehatan berbeda-
beda tergantung dari golongan tempat seseorang masuk di dalamnya. Hal ini juga dibuktikan hasil penelitian tentang penggunaan layanan preventif.
Orang menyatakan dirinya dalam kondisi sehat dan pergi mencari pelayanan medis apabila orang tersebut merasa dirinya sakit. Tapi
adakalanya seseorang yang sudah menderita penyakit yang serius tetapi orang tersebut tidak menyadari bahwa dirinya perlu mendapatkan
29
pengobatan hal ini karena adanya faktor anggapan tentang sakit budaya ataupun karena faktor sosial-ekonomi dan sebagainya.
2. Konsep Sakit
Menurut Mering Foster dan Anderson, 2006:172, bahwa studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa
setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya.
Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun
eksternal baik yang spesifik maupun yang non spesifik. Seorang ahli sosiologi dan psikologi sosial, Mechanic
mengembangkan teori tentang perilaku sakit yang dinamakannya Teori Respon Bertahan Coping Respon Theory. Menurut Mechanic perilaku
sakit dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, 1 persepsi atau definisi individu tentang suatu situasipenyakit, dan 2 kemampuan individu untuk melawan
serangan penyakit Notoatmodjo dan Sarwono dalam Sarwono, 1993:35. Menurut Jaco Foster dan Anderson, 2006:172 disebutkan bahwa
ketika tingkah laku yang berhubungan dengan penyakit disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti
untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu masyarakat. Menurut Koos Foster dan
Anderson, 2006:173 “Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan
30
pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya”.
Menurut Joyomartono 2003:13 istilah disease dibedakan dari istilah illness. Disease oleh dokter dipandang dari segi konsep adanya
keadaan patologis, sedangkan illness dipandang dari konsep kultural. Orang sakit hanya akan mendapat pertolongan dokter apabila ia
mengalami illness, suatu keadaan dimana ia tidak dapat melakukan peranan sosialnya bukan karena ia terinfeksi suatu kuman.
Helman dalam Joyomartono, 1994:13-14 menyatakan kondisi sakit didasarkan pada persepsi diri sendiri, orang lain, ataupun gabungan
keduanya. Biasanya individu menyebut dirinya sedang sakit setelah mengikuti beberapa pengalaman subjektif, yaitu:
1 Terjadinya perubahan pada tampilan tubuh seperti menjadi kurus,
perubahan warna kulit, atau rontoknya rambut. 2
Perubahan fungsi tubuh seperti frekuensi berkemih, menstruasi yang sangat banyak, dan irama jantung yang tidak seperti biasanya.
3 Pengeluaran sesuatu dari tubuh yang tidak seperti biasanya seperti
adanya darah dari urin, dahak, dan buang air besar. 4
Perubahan fungsi anggota badan seperti tremor atau kaku-kaku 5
Perubahan panca indera seperti kurang pendengaran, penglihatan, hilang rasa penciuman, mati rasa.
6 Simptom fisik berupa ketidaknyamanan seperti rasa sakit, sakit kepala,
bagian perut tidak enak, demam, atau menggigil.
31
7 Perubahan perilaku dalam hal hubungan dengan orang lain seperti
tidak adanya keharmonisan perkawinan atau pekerjaan.
D. Landasan Teori