dijadikan sebagai daerah keramat. Mereka membawa persembahan. Ketika itu pengunjung mengurbankan hewan-hewan dengan cara melepasnya, semisal ayam
dan kambing, kata Syarifuddin. Pada tahun 1978-1980, almarhum Legimin, mantan Kepala Desa Karang
Sari, memperbaiki lokasi dan mengembangkannya menjadi objek wisata alam. Awalnya memang sepi. Kalaupun ada pengunjung, mereka masih terbatas pada
yang ingin melakukan ritual. Tapi lama kelamaan, tempat ini pun dikunjungi untuk sekadar rekreasi dan berwisata. Meski masih terbilang asri dan alami,
namun bila dibandingkan tahun 70-an, wisata alam Karang Anyar sebenarnya sudah banyak berubah. Hutan di sekitar lokasi pemandian sudah tak selebat dulu.
Menurut masyarakat pemerintah kecamatan tidak pernah peduli. Urusan mereka hanya memungut retribusi. Padahal bila dikembangkan, bukan tidak
mungkin Karang Anyar akan menjadi industri pariwisata yang menghidupkan berbagai industri kecil di sekitarnya. Sebutlah misalnya kerajinan tangan, rumah
makan, perpakiran, dan perikanan.
3.4 Kegiatan Wisatawan.
Para pengunjung yang datang ke Pemandian karang Anyar ini pada umunnya mereka berpendapat adalah rasa penasaran, tempatnya yang berada di
daerah yang berhawa sejuk sangat cocok untuk tempat menyegarkan pikiran dari kehidupan di perkotaan dengan pekerjaanaktivitas yang membuat pikiran jenuh,
sangat bagus untuk tempat kegiatan mengadakan permainan-permainan yang bersifat out bond, sebagai lokasi untuk penyegaran spiritual dan sebagai tempat
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kampus baik itu seputar masalah penelitian maupun kegiatan kerohanian.
Tetapi beberapa dari para pengunjung yang berkunjung sebagian dari mereka mengeluhkan tidak terawatnya sampah-sampah disekitar Pemandian
karang Anyar, pengelola Pemandian karang Anyar Tersebut sepertinya tidak begitu perhatian terahadap masalah yang dikeluhkan oleh para pengunjung, dan
jika dibiarkan terus-menerus dikhawatirkan perkembangan Pemandian karang Anyar sebagai lokasi wisata akan terhambat perkembangannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Penanganan Kebersihan Di Lokasi Pemandian Karang Anyar
4.1. Karakteristik Penduduk
Pada umumnya, orang – orang yang tinggal dalam suatu komunitas kelurahan adalah masyarakat yang heterogen, yakni terdiri dari berbagai suku
bangsa, agama, tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Demikian pula halnya dengan mereka yang tinggal di Daerah Tujan Wisata DTW Pemandian
Karang Anyar. Mereka adalah orang – orang yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, agama, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
A. Agama Kalau berbicara komposisi agama di Kelurahan Karang Anyar, maka
Islam adalah agama yang dominan dianut oleh masyarakatnya. Mereka yang beragama Islam adalah Suku Bangsa Jawa, Suku Bangsa Batak
Simalungun, dan Suku Bangsa Batak Toba. B. Suku Bangsa
Sesuai dengan pernyataan sebelumnya, pada umumnya masyarakat di pemandian Karang Anyar berasal dari Suku Bangsa Jawa, Suku Bangsa
Batak Simalungun, dan Suku Bangsa Batak Toba. Mereka adalah penduduk asli daerah tersebut.
C. Tingkat Pendidikan
Universitas Sumatera Utara