Asal Muasal Pemandian Karang Anyar

jamban dan bak mandi. Untuk menggunakan kamar ganti cukup dengan membayar uang retribusi kepada pemilik kamar ini. - Pondok-pondok untuk pengunjung: Setiap pondok yang ada di pemandian ini pada umumnya diseewakan, dengan biaya Rp.20.000,- sampai Rp.30.000,- hari tergantung negosiasi dengan pemilik pondok. - Tikar: Sewa jasa tikar juga dapat dilakukan kepada pemilik lapak dengan biaya Rp.15.000,- hari. Gambar: 3. Perlengkapan Renang Yang Ada Di Pemandian Karang Anyar

3.3 Asal Muasal Pemandian Karang Anyar

Bukan hanya sekedar melihat keindahan alam tapi sungai Karang Anyar yang jernih dan segar betul-betul merayu pengunjung untuk berendam dan mandi di sungai ini. Sungai misterius yang kini jadi lokasi pemandian tersebut memang menyembunyikan asal muasal kemunculannya. Air memancar begitu saja dari sebuah lobang besar mirip gua, seterusnya jadilah sebuah sungai yang lumayan besar. Universitas Sumatera Utara Karang Anyar mungkin belum begitu sering dibicarakan, tapi bagi warga Siantar dan Simalungun, pemandian alam ini sudah menjadi satu tujuan wisata wajib. Di sini mereka dapat menikmati keindahan dan kesegaran air dari alam yang betul-betul bebas polusi. Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV yang berjarak sekitar 15 km dari Pematangsiantar. Berada di Nagori Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini relatif mudah dijangkau. Hanya butuh sekitar 30 menit mengendarai sepeda motor atau mobil, anda bisa langsung berendam sepuasnya. Air sejuk Karang Anyar keluar dari dalam mulut gua berdiameter 5 m dan membelah Dusun VI Desa Karang Anyar. Sejak tahun 1920 sumber airnya sudah dimanfaatkan warga dan pemerintahan Hindia Belanda, khususnya yang tinggal di perkebunan, tutur Syarifuddin, pria yang sampai saat ini masih bertugas sebagai penjaga pompa air milik PTPN IV. Belakangan, Pemerintah Kabupaten Simalungun juga memanfaatkan air ini sebagai salah satu supplier air milik PDAM Tirtalihou, perusahaan air minum milik pemerintah daerah setempat. Tapi baru 6 tahun belakangan saja. Mereka membangun pompa sendiri di lokasi Karang Anyar, kata Syarifuddin. Selain dimanfaatkan sebagai bahan air minum untuk warga, pemandian Karang Anyar juga menyumbang Pendapatan Asli Daerah PAD bagi pemerintah kabupaten dari sektor pariwisata. Pemerintah menetapkan tarif masuk Rp 2.000 kepada setiap pengunjung. Itu belum lagi pemasukan dari retribusi parkir dan pedagang yang membuka usaha di bantaran sungai. Di pinggiran sungai, pengunjung bisa memilih berbagai jajanan dan penganan murah. Ada jagung rebusbakar, aneka ikan panggang, dan berbagai Universitas Sumatera Utara makanan ringan. Cobalah menu khas ikan mas bakar yang memang dibudidayakan di beberapa kolam sekitar aliran sungai. Lain sekali rasanya. Menurut Syarifuddin, Karang Anyar juga menyimpan beragam cerita. Konon, menurut legenda setempat, seorang pria asal Tamburea, Tomok, Samosir, yakni Ompung Padang Damanik, anak Ompung Patarma Damanik, merantau ke arah timur Simalungun. Bekal yang dibawanya berupa dua batu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta satu kendi air dari Danau Toba. Setelah berhari- hari berjalan, ia berhenti di suatu tempat. Di sana, kedua batu itu ia letakkan ke arah utara dan selatan. Tempat yang dijadikan sebagai lokasi peletakan batu itu kemudian dinamakannya Batu Tomok dan kuburan Ompung Padang. Sedangkan air kendi dipertemukannya dengan mata air di sebelah hulu Batu Tomok sekarang hutan. Setelah dipertemukan, tiba-tiba memancarlah air yang lama kelamaan menjadi mata air besar. Mata air tersebut diberi nama Bah Pamujian. Setelah mengalami kelelahan dan merasa tak mampu lagi melanjutkan perjalanan, Ompung Damanik beristirahat di sekitar lokasi yang tak jauh dari Batu Tomok Bah Pamujian. Tapi di sana, ternyata ia “beristirahat untuk selamanya”. Tempat peristirahatan itu disebut sebagai Pekuburan Ompung Padang. Dulu, lokasi ini ramai dikunjungi warga Simalungun. Bah Pamujian berasal dari suku kata “Bah” yang artinya air, dan “Pamujian” adalah tempat persajian. Masyarakat menganggap tempat itu sebagai daerah pemberi berkah, terutama bagi mereka yang percaya. Bah Pamujian yang sekarang populer dengan nama Karang Anyar terletak di pelataran hutan seluas 12 ha. Dari luas itu, 10 ha sudah dipakai jadi lokasi pemandian, dan 2 ha lagi areal hutan. Hingga tahun 1978, lokasi ini masih Universitas Sumatera Utara dijadikan sebagai daerah keramat. Mereka membawa persembahan. Ketika itu pengunjung mengurbankan hewan-hewan dengan cara melepasnya, semisal ayam dan kambing, kata Syarifuddin. Pada tahun 1978-1980, almarhum Legimin, mantan Kepala Desa Karang Sari, memperbaiki lokasi dan mengembangkannya menjadi objek wisata alam. Awalnya memang sepi. Kalaupun ada pengunjung, mereka masih terbatas pada yang ingin melakukan ritual. Tapi lama kelamaan, tempat ini pun dikunjungi untuk sekadar rekreasi dan berwisata. Meski masih terbilang asri dan alami, namun bila dibandingkan tahun 70-an, wisata alam Karang Anyar sebenarnya sudah banyak berubah. Hutan di sekitar lokasi pemandian sudah tak selebat dulu. Menurut masyarakat pemerintah kecamatan tidak pernah peduli. Urusan mereka hanya memungut retribusi. Padahal bila dikembangkan, bukan tidak mungkin Karang Anyar akan menjadi industri pariwisata yang menghidupkan berbagai industri kecil di sekitarnya. Sebutlah misalnya kerajinan tangan, rumah makan, perpakiran, dan perikanan.

3.4 Kegiatan Wisatawan.

Dokumen yang terkait

Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

1 51 131

Peran Pengelola dalam Pelestarian Budaya di Daerah Tujuan Wisata Desa Lingga Kabupaten Karo

1 93 61

Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Mengembangkan Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karo (Studi Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

10 152 135

Upaya Pengembangan Potensi Objek-Objek Wisata Kota Sibolga Sebagai Daerah Tujuan Wisata

3 124 62

Analisis Pengembangan Objek Wisata Pemandian Alam Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalingun, Provinsi Sumatera Utara

2 68 101

“Kelayakan Hutan Kota Srengseng Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Jakarta Barat (Studi Kasus di Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat)”.

14 45 164

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Kecamatan Gunung Maligas - Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. - Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

0 0 38

PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA (Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun )

0 0 16

Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Mengembangkan Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karo (Studi Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

0 1 12