Penelitian tentang Industri Tekstil dan modelnya

variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur.

2.9. Penelitian Terdahulu

2.9.1 Penelitian tentang Industri Tekstil dan modelnya

Penelitian Purnamaningrum 1998, menganalisis perkembangan ekpor dan daya saing industri tekstil Indonesia tahun 1986-1997 dengan menggunakan metode CMS, RCA, dan Indeks Penetrasi Pasar. Temuannya menunjukkan bahwa pada periode tahun 1986-1992 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia meningkat bervariasi. Tahun 1993 dan 1994 mengalami penurunan, sedangkan tahun 1995 dan 1996 mengalami peningkatan yang lambat. Pada tahun 1997 ekspor tekstil justru turun kembali. Peningkatan dan penurunan ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia di pasar tujuan, terutama pasar non kuota lebih banyak disebabkan oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan dunia. Secara umum, industri tekstil Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Hal ini didasarkan pada rata-rata nilai RCA yang lebih dari 1. Penelitian Pracoyo 1995 berkaitan dengan ekspor tekstil yang menggunakan data time series tahun 1983-1992 dan menggunakan metode analisis 2SLS. Pracoyo mengadopsi model permintaan dan penawaran ekspor, khususnya untuk negara industri yang baru berkembang seperti Hong Kong yang telah dilakukan oleh Muscatelli, Srinivasan, dan Vines 1992. Hasil adaptasinya disebutkan bahwa penawaran ekspor tekstil Indonesia dipengaruhi oleh harga tekstil per satuan, biaya bahan baku, besarnya tingkat upah, tarif, dan perubahan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, ekspor tekstil Indonesia dipengaruhi oleh harga tekstil domestik, harga tekstil dunia, harga barang substitusi yaitu harga wool di pasar dunia, pendapatan negara lain, dan selera konsumen. Disimpulkan bahwa penurunan tarif akan mendorong perdagangan dunia menjadi lebih kompetitif. Besarnya variabel tarif dalam fungsi permintaan dan penawaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kuantitas yang ditawarkan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, variabel tarif mempunyai pengaruh yang negaif terhadap kuantitas yang ditawarkan. Penelitian dengan menggunakan metode pendugaan Ordinary Least Squares OLS dilakukan oleh Wintala 1999. Kesimpulan yang diperoleh adalah ekspor tekstil Indonesia ke Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang pada tahun 1978- 1997 menunjukkan trend yang positif dan signifikan secara statistik. Devaluasi Rupiah, kenaikan cadangan devisa, peningkatan jumlah penduduk, dan indeks harga sandang cenderung menaikkan volume ekspor tekstil Indonesia. Dari beberapa telaah penelitian tentang industri tekstil yang telah dilakukan tersebut telah memberikan gambaran tentang perkembangan dan perdagangan industri tekstil di Indonesia melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun demikian, keterkaitan antara pergerakan nilai tukar dengan perkembangan atau pertumbuhan dan perdagangan tekstil di Indonesia, belum dieksplorasi lebih mendalam. Oleh sebab itu, pada penelitian kali ini, dianalisis keterkaitan antara pergerakan nilai tukar terhadap perdagangan tekstil di Indonesia. Analisis penelitian ini dimulai secara spesifik dengan menganalisis perdagangan tekstil di Indonesia berdasarkan dari faktor pergerakan nilai tukar rupiah. Kemudian dilanjutkan dengan mengkaitkan pertumbuhan industri tekstil dengan variabel pertumbuhan ekonomi seperti Produk Domestik Bruto PDB, suku bunga, dan inflasi.

2.9.2 Penelitian tentang Nilai Tukar dan modelnya