Faktor Ekonomi Faktor Sosial Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri

ini akan membantu perusahaan untuk membentuk kepercayaan pada nasabah untuk menyimpan dananya di BSM KCP Lebak.

4.3. Analisis Lingkungan Eksternal

4.3.1 Lingkungan Jauh 1. Faktor Politik

Kebijakan politik atau hukum dari pemerintah itu tidak berpengaruh terhadap pemasaran produk BSM KCP Lebak. Kebijakan politik atau hukum pemerintah berpengaruh kepada regulasi atau peraturan Bank Indonesia. Adapun untuk kebijakan potitik dari pemerintah daerah secara peraturan tidak ada, tetapi jika dilihat dari respon pemerintahan Kabupaten Lebak sangat mendukung adanya BSM KCP Lebak karena secara langsung diresmikan oleh Mulyadi Jayabaya sebagai bupati Kabupaten Lebak. Publikasi terus dilakukan untuk menghimbau tokoh-tokoh masyarakat, khususnya pegawai negeri untuk bertransaksi dengan produk Tabungan BSM, dan sebagian anggaran pemerintah daerah disimpan di BSM KCP Lebak dengan alasan lebih menguntungkan.

2. Faktor Ekonomi

Kondisi perekonomian secara tidak langsung berpengaruh pada perusahaan karena mempengaruhi daya beli dan pola pembelanjaan konsumen. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan daya beli nasabah adalah perubahan pendapatan dan perubahan harga-harga produk dan jasa di pasar. Inflasi yang cukup tinggi juga berpengaruh terhadap pemasaran produk Tabungan BSM. Apabila inflasi sangat tajam maka kebutuhan biaya hidup mengalami peningkatan seiring terjadinya pengendalian pendapatan dan harga-harga pokok sehingga terjadi pengurangan penyimpanan dana di bank.

3. Faktor Sosial

Faktor ini mempengaruhi nilai di masyarakat terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan seperti persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi strategi pemasaran Tabungan BSM. Nilai-nilai ini terwujud ke dalam perubahan gaya hidup yang semakin beragam dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa, sehingga segmen pasar untuk produk Tabungan BSM akan semakin meningkat seiring dengan kekuatan sosial yang bersifat dinamis.

4. Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi yang semakin canggih mempengaruhi pemasaran produk Tabungan BSM. Adanya fasilitas Mobile Banking dan Net Banking, fasilitas kirim uang dan tarik tunai serta transaksi lain seperti pembayaran tagihan ponsel, Telkom, PLN, dan layanan informasi saldo dan penggantian PIN yang bisa dilakukan di ATM akan mengefisienkan waktu. Sehingga kualitas proses pelayanan terhadap produk Tabungan BSM akan lebih efektif dan efisien. Faktor teknologi yang merupakan kekuatan-kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan inovasi baru melalui pengembangan suatu produk serta mampu menangkap peluang-peluang yang ada. Hal tersebut dapat meningkatkan hasil dan tujuan perusahaan.

4.3.2 Lingkungan Industri

Krisis ekonomi di Indonesia berlangsung sejak bulan Juli 1997. Musibah ekonomi ini ditandai oleh laju inflasi tahun 1998 yang mencapai 78, padahal tahun-tahun sebelumnya selalu di bawah 10. Pertumbuhan ekonomi yang sudah mantap rata-rata 7 per tahun pada tahun 1998 turun dengan minus 15. Kurs US dollar yang biasa dikendalikan dengan kenaikan 5 tiba-tiba mengalami peningkatan dengan kenaikan lima kali lipat dalam tempo yang singkat yang diikuti dengan naiknya tingkat suku bunga dari 20 menjadi 70 per tahun sehingga biaya produksi dan biaya hidup juga melambung. Perbankan yang mempunyai fungsi sangat strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai lembaga intermediasi dana dan sebagai elemen utama dari sistem pembayaran, ternyata justru paling kesulitan untuk bisa bertahan karena adanya krisis ekonomi. Kebijakan moneter ketat yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi dampak krisis ekonomi memerlukan pengorbanan. Naiknya suku bunga secara tajam telah menambah pukulan terhadap sektor perbankan, khususnya perbankan konvensional yang mengalami negative spread. Namun, Bank Muamalat Indonesia sebagai salah satu bank syariah yang pertama dan tergolong bank kecil justru bertahan sehat. Fakta ini mendorong para pihak untuk melirik sistem syariah yang tidak mengalami negative spread karena tidak mengacu pada tingkat suku bunga. Sehingga mendorong sejumlah pihak untuk mendirikan atau membuka bank bersistem syariah. Sebagian bersistem penuh syariah dan sebagian lagi membuka dua sistem, yaitu bersistem syariah dan juga tetap membuka sistem konvensional Machmud dan Rukmana, 2010. 1. Ancaman Masuk Pendatang Baru Persaingan antarbank syariah sendiri maupun konvensional sekarang ini semakin kompetitif, maka tidak ada alternatif lain selain harus memiliki strategi pemasaran yang tepat dan lebih baik lagi. Semakin banyaknya Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS, menunjukan bahwa semakin banyaknya kompetitor BSM. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya bank yang memasarkan produk tabungan yang memiliki karakteristik sama. Dalam waktu dekat ini Bank Muamalat Indonesia akan memperluas jaringan dengan meresmikan kantornya di Kabupaten Lebak. Hal ini bisa menjadi suatu ancaman bagi BSM KCP Lebak untuk bersaing di industri yang sama dalam mendapatkan nasabah.

2. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri

Pesaing terbesar BSM adalah Bank Muamalat Indonesia dari sekian banyak kompetitor produk perbankan yang berprinsip syariah. Karena BMI merupakan pelopor bank syariah di Indonesia, hal ini dapat dilihat Bank Muamalat Indonesia tetap di posisi pertama pada kategori Customer Partnership Index CPI, tetapi BMI ada diurutan kedua setelah BSM dalam hal kepemilikan aset. Hal ini membuktikan adanya saling kejar mengejar suatu posisi untuk lebih unggul. Selain itu, sekarang semakin banyak Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terus mempromosikan produk- produk yang dimiliki dengan memberikan keunggulan masing-masing produk untuk mampu bersaing. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap waspada untuk dapat mempertahankan posisi sekarang yang sudah diraih dan agar bisa lebih baik lagi.

3. Ancaman dari Produk Pengganti