Landasan Teori Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Anggota (Studi Kasus: KUD Saroha Aeknatolu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir)

Sedangkan Modal Pinjaman dapat berasal dari: anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah Firdaus dan Susanto, 2002.

2.2 Landasan Teori

Menurut Prawiro Suntoro, 1999 dalam bukunya Tika, 2006 mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawanpegawai seperti:motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya. 3. Pencapaiaan tujuan organisasi 4. Periode waktu tertentu Menurut Mahmudi dalam bukunya Ramli, 2007 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1. Faktor PersonalIndividual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi , dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. 2. Faktor Kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Faktor Sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi, kultur kinerja dalam organisasi. 5. Faktor Situsional, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Menurut Dharma dalam bukunya Ramli, 2007 garis-garis besar bagi penentuan ukuran-ukuran kinerja: 1. Ukuran-ukuran itu harus berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai, bukan usaha untuk mendapatkannya. 2. Hasil-hasil tersebut harus berada di bawah kendali si pemegang pekerjaan. 3. Ukuran yang dipakai harus bersifat objektif dan dapat diamati. 4. Data harus tersedia dalam pengukuran. 5. Ukuran-ukuran yang sudah ada harus dipakai atau dimanfaatkan bilamana mungkin. Dalam melakukan pengukuran kinerja suatu badan usaha, maka hendaknya ditilik bukan dari satu aspek saja melainkan dari empat perspektif, yaitu dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pengembangan proses belajar dan berkembang. Agar pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang berguna ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: sistem pengukuran harus sesuai dengan tujuan organisasi, dapat dimengerti para pegawai, mudah diukur dan dievaluasi serta dapat digunakan oleh organisasi secara konsisten. Dalam mengoperasionalkan visi dan Universitas Sumatera Utara misi suatu organisasi usaha, perlu upaya menterjemahkan kedalam tujuan yang tingkat keberhasilannya perlu diukur melalui indikator kinerja Sinaga, 2004. Koperasi selaku badan usaha yang tergolong organisasi modern Hanel,1989 dan oleh karena itu dalam aktivitasnya diharapkan telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, pengembangan organisasi, pengelolaan asset, pengembangan pemasaran dan pengelolaan keuangan serta pengembangan kemitraan. Dengan demikian, pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut pada hakekatnya dapat dilakukan berdasarkan kajian berbagai aspek dan jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan karakter organisasi koperasi sebagai badan usaha dan kumpulan orang yang disebut anggota. Selanjutnya didalam implementasinya terhadap koperasi perlu ditentukan variabel pengukuran kinerja yakni aspek keorganisasian, aspek keanggotaan, aspek keuangan dan aspek kemitraan serta aspek pemasaranpelayanan Sinaga, 2004. Secara umum, variabel kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan jumlah koperasi per provinsi, jumlah koperasi per jeniskelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan non aktif, keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset dan sisa hasil usaha. Variabel-variabel tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat peranan atau pangsa koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Akan tetapi variabel ini cenderung hanya dijadikan sebagai salah satu alat untuk melihat perkembangan koperasi sebagai badan usaha Sitio dan Tamba, 2001. Universitas Sumatera Utara Koperasi sebagai lembaga bisnis dalam ekonomi pasar memerlukan basis ekonomi yang kuat untuk bekerja dan mengembangkan diri. Koperasi harus mampu memanfaatkan sumber daya yang langka sebaik mungkin seperti halnya lembaga-lembaga bisnis lainnya serta mampu mengelola kegiatannya sesuai dengan metoda manajemen modern, meskipun tujuan perusahaan koperasi berbeda dengan tujuan perusahaan komersil Sumarsono,2003. Keputusan individu bergabung dalam ke dalam koperasi adalah agar anggota memperoleh beberapa manfaat, antara lain: meningkatkan efisiensi biaya, meningkatkan kualitas produk dan melaksanakan pengembangan produk, kemudahan memperoleh sumber-sumber pembiayaan, pengurangan risiko-risiko usaha, pengembangan fungsi-fungsi baru atau meningkatkan fungsi yang sudah ada Joesron, 2005. Suatu pelayanan yang berkualitas kepada anggota merupkan aset yang berharga bagi koperasi untuk mencapai keunggulan untuk bersaing untuk menciptakan nilai kesejahteraan bagi anggota. Ada terdapat lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu: 1. Reliability keandalan merupakan kemampuan yang dapat diandalkan dalam memberikan jasa secara cepat, tepat, akurat dan konsiten sehingga dapat memuaskan anggota sebagai pelanggan. 2. Responsiveness daya tanggap adalah keinginan pribadi para staf dan karyawan perusahaan yang secara sadar ingin membantu pelanggan dan memberikan jasa sesegera mungkin sehingga memuaskan anggota. 3. Assuranceketejaminan mencakup pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, kesopananan dan sifat yang dapat dipercaya. Universitas Sumatera Utara 4. Emphaty yang mencakup perhatian individu dalam memahami kebutuhan pelanggan, kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan mudah dipahami. 5. Tangible keberwujudan fisik meliputi sarana fisik seperti bangunan dan perlengkapan, penampilan karyawan, sarana komunikasi yang menjadi perhatian pelanggan Joesron, 2005. Pemerintah diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang mendorong perkembangan koperasi secara sehat. Sebagai organisasi ekonomi, perkembangan koperasi tidak mungkin dapat dilepaskan dari kondisi persaingan yang dihadapinya dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain. Persaingan koperasi dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain, selain memiliki arti positif; dapat pula memiliki arti negatif bagi perkembangan koperasi. Hal itu sangat tergantung pada iklim usaha tempat berlangsungnya proses persaingan tersebut. Sehubungan dengan itu, maka pemerintah diharapkan dapat menjamin berlangsungnya proses persaingan itu secara sehat Sumarsono, 2003. Tidak ada bedanya dengan usaha-usaha swasta non-koperasi, koperasi juga memerlukan tenaga-tenaga yang baik, tidak saja tenaga-tenaga pimpinan, tetapi juga tenaga pelaksana. Sebab sebagai badan yang begerak di bidang ekonomi, juga segi-segi komersialnya harus dibina menurut dasar-dasar komersial dan untuk itu diperlukan tenaga-tenaga yang cakap, jujur, lincah dan berpandangan jauh. Dengan sendirinya mereka itu harus mempunyai keahlian mengenai segi- segi perkoperasian, terutama cita-citanya yang menyebabkan kekhasan daripada koperasi sebagai usaha yang bercorak ekonomi. Maka dari itu adalah mutlak, Universitas Sumatera Utara bahwa koperasi perlu mengadakan pendidikan bagi pengurus dan pegawai- pegawainya Widiyanti, 2004. Pengurus sebagai pucuk pimpinanadministrator Top manajemen di dalam koperasi mempunyai tugas mengendalikan koperasi secara keseluruhan tanpa menitikberatkan kepada salah satu unsur, baik organisasi, usaha, keuangan, dan pembukuan. Unsur-unsur tersebut semua dikelola karena menjadi tugas dan kewajibannya yang harus dilaksanakan dan wajib dipertanggungjawabkan kepada rapat anggota, sebab pengurus dipilih dan diangkat oleh rapat anggota. Untuk kelancaran tugas pengelolaan usaha dan pelayanan kepada anggota serta urusan- urusan lain baik urusan luar maupun dalam, pengurus dapat mengangkat manajer dan karyawan untuk membantu dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Sudarsono dan Edilius, 1994. Adapun pengurus mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut: 1. Menetapkan kebijaksanaan yang meliputi: keputusan-keputusan kerja menetapkan sasaran dan tujuan koperasi tindakan lain demi perbaikan dan kemajuan koperasi, pemupukan modal, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan harga, produksi pemasaran, penggunaan dana-dana, mewakili di dalam maupun di luar pengadilan, hubungan dengan instansi-instansi terkait lainnya, pengangkatan dan pemberhentian manajer dan karyawan, gajihonor, pendidikan dan latihan kerja baik di dalam maupun ke luar negeri dan lain-lain. 2. Merencanakan kegiatan kerja secara keseluruhan. 3. Menyediakan modal sarana dan prasarana. Universitas Sumatera Utara 4. Penanggung jawab koperasi secara keseluruhan baik di dalam maupun keluar. 5. Melakukan pengawasan atau pelaksanaan manajer dan karyawan. 6. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota dan pejabat koperasi. Adapun hal-hal yang dilimpahkan kepada manajer: 1. Mengkoordinir seluruh kegiatan kepala-kepala usaha dan karyawan 2. Memimpin dan melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha koperasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran rumah tangga, rencana kerja, rencana anggaran belanja dan pendapatan dari koperasi itu sendiri. 3. Mengelola usaha produksi dan jasa, fasilitas-fasilitas dan pemasaran yang ada dalam perjanjian kontrak kerja. 4. Mengelola keuanganpermodalan untuk usaha yang disepakati bersama. 5. Menggunakan dan memelihara sarana-sarana dan peralatan-peralatan. 6. Memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat. 7. Dan lain-lain yang termuat dalam perjanjiankontrak kerja Sudarsono dan Edilius, 1994. Jangkauan koperasi dalam meningkatkan kecerdasan para anggotanya, ialah agar mereka dapat lebih mengembangkan perkoperasian, misalnya dengan mendirikan subunit-subunit Industri yang sejalan dengan produk-produk yang dihasilkannya yang selalu dipasarkan melalui koperasi, sehingga pendapatannya pun akan lebih meningkat dan usahanya dapat menyerap tenaga kerja Kartasapoetra,dkk, 1987. Universitas Sumatera Utara Berbicara tentang pengembangan koperasi untuk masa yang akan datang, kita membutuhkan peningkatan mutu profesional dari para fungsionaris koperasi, seperti pengurus, badan pemeriksa, manager, dan para karyawan.sehubungan dengan itu maka pendidikan anggota-anggota koperasi untuk menjadi insan koperasi yang memahami visi, tujuan, dan usaha-usaha koperasi perlu semakin digalakkan dari waktu ke waktu. Pendidikan anggota meningkatkan pengetahuan, keterampilan, bersikap mental sebagai warga koperasi yang juga memahami makna peningkatan profesionalisme dalam koperasinya Mutis, 1992.

2.3 Kerangka Pemikiran