Mekanisme Haid dan Siklusnya

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah : 1. FSH follicle stimulating hormone yang dikeluarkan hipothalamus untuk meransgang hipofisis mengeluarkan FSH. 2. LH luteinizing hormone yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH. 3. PIH prolactine inhibiting hormone yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin. Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya hanya 1 folikel yang dapat merangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen Moore et al, 2001. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis Moore et al, 2001. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, akan membentuk korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH Moore et al, 2001. Korpus luteum akan menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut sebagai haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan Moore et al, 2001. Menurut Moore et al, 2001 pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu: 1. Fase menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium selaput rahim dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah. 2. Fase proliferatif dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur disebut ovulasi. 3. Fase sekresi. Fase sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi perlekatan janin ke rahim. Menurut Moore et al,2001 siklus ovarium : 1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi pengeluaran sel telur dari indung telur. Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan. 2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari. Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal Moore et al, 2001 : 1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin FSH, LH berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya. 2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium. 3. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal. 4. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum. 5. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi. 6. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

2.3.3. Perubahan-perubahan Selama Menstruasi 1 Perubahan Histologik pada Ovariun dalam Siklus Haid

Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di samping itu, terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Pada masa pubertas ovarium berukuran 2,5-5 cm panjang, 1,5-3 cm lebar, dan 0,6-1,5 tebal. Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus,tempat keluar-masuknya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf Prawirohardjo, 2009. Pada masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih beristhirahat dan baru pada masa pubertas mulai menuaikan faalnya. Perubahan-perubahan yang terdapat pada ovarium pada siklus haid sebagai berikut. Di bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai berkembang akan tetapi hanya satu yang tumbuh terus sampai menjadi matang. Pada folikel ini, mula-mula sel-sel sekeliling ovum berlipat ganda akan kemudian di antara sel-sel itu timbul suatu rongga yang berisi cairan yang disebut likuor folikuli Prawirohardjo, 2009. Ovum sendiri terdesak ke pinggir, dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan ovum di dalamnya itu disebut sebagai kumulus ooforus. Antara ovum dan sel- sel sekitarnya terdapat zona pellusida. Sel-sel lainnya yang membatasi ruangan folikel yang disebut membrane granulosa Prawirohardjo, 2009. Dengan tumbuhnya folikel, jaringan ovarium sekitar folikel tersebut terdesak ke luar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna terdiri dari jaringan ikat yang padat. Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makin terdesak ke permukaan ovarium, malahan menonjol ke luar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi tipis, dan pada suatu waktu oleh mekanisme yang belum jelas betul, folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi sel-sel kumulus ooforus Prawirohardjo, 2009. 2 Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Haid Menurut Prawirohardjo 2009, pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan- perunahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu : a Fase menstruasi atau deskuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan.Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Fase ini berlangsung 3-4 hari Prawirohardjo, 2009. b Fase pascahaid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari Prawirohardjo, 2009. c Fase intermenstruum atau fase proliferasi