Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas

67 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 169 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,21240122 Most Extreme Differences Absolute ,092 Positive ,092 Negative -,092 Kolmogorov-Smirnov Z 1,191 Asymp. Sig. 2-tailed ,117 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Dari Tabel 4.2 besarnya Kolmogorov-Smirnov K-S adalah 1,191 dan nilai Asymp. Sig 2-tailed = 0,117 dimana angka ini lebih besar dibandingkan nilai signifikannya yaitu 0,05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Data persamaan regresi pasti muncul residu, yakni variabel lain yang terlibat, tetapi tidak dimuat dalam model, sehingga variabel tersebut diasumsikan bersifat acak. Jika data residu tidak bersifat acak maka dapat dikatakan data terkena heteroskedastisitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika variansnya sama, maka dapat dikatakan terdapat homokedastisitas, namun sebaliknya, maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Data yang baik adalah data yang tidak mengalami heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam 68 penelitian ini adalah Spearman’s Rank Correlation Test Spearman Rho yang mana uji ini mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing-masing variabel independen. Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas Spearman Rho di atas nilai korelasi variabel independen dengan nilai absolut residual yaitu 0,541 dan 0,490. Nilai korelasi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, tidak terdapat heterokedastisitas di dalam model regresi ini.

3. Uji Multikolinearitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance 0,10 dan Variance Inflation Factor VIF 5,00. Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi diantara variabel Correlations StockSelectionS kill MarketTimingAb ility ABS_RES Spearmans rho StockSelectionSkill Correlation Coefficient 1,000 ,092 -,047 Sig. 2-tailed . ,235 ,541 N 169 169 169 MarketTimingAbility Correlation Coefficient ,092 1,000 -,053 Sig. 2-tailed ,235 . ,490 N 169 169 169 ABS_RES Correlation Coefficient -,047 -,053 1,000 Sig. 2-tailed ,541 ,490 . N 169 169 169 69 independen. Berikut disajikan tabel hasil perhitungan Tolerance dan VIF serta matriks korelasi antara variabel independen. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF Constant ,086 ,017 5,185 ,000 MarketTimingAbility -,011 ,004 -,218 -2,878 ,005 ,998 1,002 StockSelectionSkill -,029 1,311 -,002 -,022 ,983 ,998 1,002 a. Dependent Variable: KinerjaReksaDana Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari masing- masing variabel independen lebih besar dari 0,10. Yaitu variabel market timing ability dan variabel stock selection skill sebesar 0,998. Nilail VIF dari masing-masing variabel independen diketahui kurang dari 5,00. yaitu variabel market timing ability dan variabel stock selection skill sebesar 1,002. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model ini.

4. Uji Autokorelasi