20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci teori-teori yang melandasi penelitian ini, yaitu stakeholder theory, dan triple bottom line theory. Akan
dijelaskan juga mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, media exposure, dan profitabiltas.
2.1.1. Teori Stakeholder Stakeholder Theory
Perkembangan bisnis di era modern menuntut perusahaan untuk lebih memerhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak
terbatas hanya kepada pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan akan mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga
keberlangsungan bisnis perusahaan. Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan inilah teori stakeholder
kemudian dikembangkan. Dalam Azheri 2011:11 istilah stakeholder pertama kali
diperkenalkan oleh Standford Research Institute RSI pada tahun 1963. Freeman 1984:25 mendefinisikan stakeholder sebagai “any group or
individual who can affect or be affected by the achievement of an organization’s objective”, berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan
Universitas Sumatera Utara
21
suatu organisasi. Chariri dan Ghozali 2007 : 32 mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya
sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis
dan pihak lain. Grey et al 1995 mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut
harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.
Warsono dkk. 2009:17 mengemukakan argumen bahwa dasar dari teori kepentingan adalah bahwa perusahaan telah menjadi sangat besar, dan
menyebabkan masyarakat menjadi sangat pervasive, sehingga perusahaan perlu melaksanakan akuntabilitasnya terhadap berbagai sektor masyarakat
dan bukan hanya kepada pemegang saham saja. Mengacu pada pengertian stakeholders diatas, maka dapat ditarik
suatu penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut
sebagai stakeholders. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholders, dan dukungan tersebut harus dicari sehingga
aktivitas perusahaan
adalah untuk
mencari dukungan
tersebut. Semakin besar dukungan dari stakeholders, makin besar usaha perusahaan
untuk beradaptasi. Kasali dalam Wibisono 2007 : 90 membagi stakeholders menjadi
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
22
1. Stakeholders internal dan stakeholders eksternal
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi, Misalnya karyawan, manajer, dan pemegang
saham shareholder. Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di
luar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social
responsible investor, licensing partner, dan lain-lain. 2.
Stakeholders primer, sekunder dan marjinal Tidak semua stakeholders perlu diperhatikan, perusahaan dapat
menyusun skala pioritasnya masing-masing. Stakeholders primer adalah stakeholders yang paling penting, stakeholders yang kurang penting
ialah stakeholders sekunder, dan stakeholders yang dapat diabaikan adalah stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap
perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke waktu.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena
saat ini
sudah berhubungan
dengan perusahaan.
Sedangkan, stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada
organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
Universitas Sumatera Utara
23
4. Proponents, opponents, dan uncommitted.
Diantara stakeholder ada kelompok
yang memihak
organisasi proponents, menentang organisasi opponents, dan ada yang tidak
peduli atau mengaabaikan uncommitted. Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar
dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan vokal minority.
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau
dukungannya secara vokal aktif, namun ada pula yang menyatakan secara silent pasif.
Disisi lain, Warsono dkk. 2009:31-36 mengategorikan stakeholder menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Pemangku kepentingan pasar
Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomik dengan perusahaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tujuan utama perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Pemangku kepentingan pasar seringkali juga
disebut pemangku kepentinganprimerprimary stakeholder. Kelompok- kelompok pemangku kepentingan yang ditetapkan sebagai pemangku
kepentingan pasar meliputi pemegang saham, kreditur, pemasok, pelanggan, karyawan, dan distributor pedagang besarpengecer.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Pemangku kepentingan non-pasar
Pemangku kepentingan non-pasar adalah orang-orang atau kelompok- kelompok yang walaupun tidak terlibat dalam pertukaran ekonomik
langsung dengan perusahaan, dipengaruhi oleh atau dapat memengaruhi tindakan perusahaan. Pemangku kepentingan non-pasar juga sering
disebut dengan pemangku kepentingan sekunder secondary stakeholder.
Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang dikategorikan sebagai pemangku kepentingan non-pasar, meliputi. komunitas, berbagai
level pemerintahan, kelompok-kelompok aktivis, organisasi non- pemerintah, media, kelompok pendukung bisnis, dan masyarakat umum.
Berdasarkan teori yang diungkapkan diatas, stakeholder berperan penting dalam menentukan perusahaan mampu untuk going concern atau
tidak. Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya.
Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan
informasi tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility. Pengungkapan Corporate Social Responsibility diharapkan
perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat menolong perusahaan agar mendapatkan dukungan dari para
stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pengungkapan informasi keuangan,
Universitas Sumatera Utara
25
sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya dengan cara menyediakan informasi mengenai aktivitas
perusahaan yang dapat mengubah persepsi dan ekspektasi Gray et al., 1995
2.1.2. Triple Bottom Line Theory