61
tertentu apabila melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi, atas kesepakatan pemberi dan penerima Hak Tanggungan serta
dengan dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang disebut dalam Pasal 20 Ayat 3 UUHT, dimungkinkan eksekusi dilakukan dengan cara penjualan obyek Hak
Tanggungan secara di bawah tangan, jika dengan cara demikian akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
61
Penjualan di bawah tangan dari obyek Hak Tanggungan hanya dapat dilaksanakan apabila debitur menyetujuinya. Dengan persetujuan dari debitur
tersebut, berarti debitur telah memperkirakan bahwa penjualan obyek Hak Tanggungan secara di bawah tangan akan diperoleh harga yang lebih tinggi daripada
obyek Hak Tanggungan tersebut dijual melalui pelelangan umum, sehingga hal ini akan menguntungkan debitur dan akan lebih menjamin pelunasan piutangnya
kreditur.
5. Pencoretan Hak Tanggungan Pasal 22 UUHT
Apabila Hak Tanggungan hapus Pasal 18 Ayat 1 UUHT, maka perlu dilakukan pencoretan roya, artinya pencoretan adanya beban Hak Tanggungan
tersebut pada Buku Tanah hak atas tanah dan sertipikatnya. Jika tidak demikian, maka masyarakat umum tidak akan mengetahui posisi hapusnya Hak Tanggungan,
sehingga akan terdapat kesulitan untuk mengalihkan atau membebani kembali tanah tersebut.
62
61
Boedi Harsono, Op. Cit, hlm. 444-445.
62
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Edisi Revisi dengan UUHT, Semarang: FH UNDIP, 2001, hlm. 83.
Universitas Sumatera Utara
62
Pencoretan Hak Tanggungan atau biasa disebut roya, merupakan tindakan administratif yang perlu dilakukan agar data mengenai tanah selalu sesuai dengan
kenyataan yang ada. Hak Tanggungan hapus bukan karena ada roya, tetapi justru karena Hak Tanggungan sudah hapus, maka ia perlu diikuti dengan pengroyaan, yaitu
pencoretan catatan beban Hak Tanggungan pada Buku Tanah dan serpifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
63
Dengan dilakukannya pencoretan catatan Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan sehubungan dengan hapusnya Hak Tanggungan tersebut, maka pihak
ketiga yang berkepentingan akan mengetahui bahwa Hak Tanggungan itu telah hapus, sehingga debitur atau pemberi Hak Tanggungan dapat dengan mudah untuk
mengalihkan atau membebani kembali tanah tersebut.
C. Kedudukan Kreditur Dalam Penjaminan Dengan Hak Tanggungan
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum perikatan yang diatur di dalam Buku III KUHPerdata. Dikatakan salah satu sumber hukum perikatan karena
sumber hukum perikatan bukan hanya perjanjian, akan tetapi masih ada sumber hukum lainnya yaitu Undang-Undang, Yurisprudensi, hukum tertulis dan tidak
tertulis dan ilmu pengetahuan hukum. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini perjanjian kredit adalah merupakan salah satu jenis daripada perjanjian.
63
J. Satrio, Op. Cit, hlm. 293-294.
Universitas Sumatera Utara
63
Istilah kredit berasal dari bahasa romawi yaitu credere, yang berarti kepercayaan.
64
Jadi, dasar kredit adalah kepercayaankeyakinan dari kreditur bahwa pihak lain pada masa yang akan datang sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah
diperjanjikan. Kredit juga bisa diartikan penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara Bank dan
lain pihak, dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.
Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditanda tangani Bank dan Debitur,
maka tidak ada pemberian kredit tersebut. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara Bank dengan Debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban
kedua pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit pinjam uang. Di dalam hal meminjam uang, utang yang terjadi karena hanyalah terdiri atas
jumlah utang yang disebutkan dalam perjanjian, apabila sebelum saat pelunasan terjadi suatu kenaikankemunduran harga nilai atau ada perubahan mengenai
berlakunya mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipinjam harus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada waktu pelunasan, dihitung menurut harganya
nilainya yang berlaku pada saat itu Pasal 1756 KUHPerdata. Dengan demikian, maka untuk menetapkan jumlah uang yang terutang, kita harus berpangkal pada
jumlah yang disebutkan dalam perjanjian.
65
64
H.
Salim HS, Op. Cit, hlm. 30.
65
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 176.
Universitas Sumatera Utara
64
Berkenaan dengan perlindungan hukum, maka yang dimaksud dengan perlindungan hukum itu sendiri adalah suatu jaminan yang diberikan oleh negara
kepada semua pihak untuk dapat melaksanakan hak dan kepentingan hukum yang dimilikinya dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum.
66
Sehingga dari pengertian tersebut dapat dirumuskan unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian
perlindungan hukum, yaitu: 1.
Suatu jaminan yang diberikan oleh negara; 2.
Kepada semua pihak; 3.
Untuk dapat melaksanakan hak dan kepentingan hukum yang dimilikinya; 4.
Dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum
adalah suatu jaminan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan UUHT kepada kreditur, debitur dan pihak
ketiga untuk dapat melaksanakan suatu kewenangan melakukan perbuatan yang
ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum yang sengaja dikehendaki memberikan Hak Tanggungan, menerima Hak Tanggungan dan lain-lain dan keperluan atau
kebutuhan yang diatur oleh hukum misalnya, kreditur atau penerima Hak
Tanggungan adalah menjadi kreditur Preference yang mempunyai hak mendahulu dari kreditur-kreditur lainnya untuk pelunasan piutangnya, apabila debitur cidera
janji dalam kapasitasnya daya tampungnya sebagai manusia perseorangan atau
lebih atau Badan Hukum dalam mengemban hak dan kewajiban berdasarkan hukum.
66
Junita Eko Setiyowati, Perlindungan Hukum Peserta Bagi Hasil di Suatu Perusahaan, Bandung, 2003, hlm. 13
.
Universitas Sumatera Utara
65
Adapun perlindungan yang diberikan oleh UUHT kepada kreditur atau Penerima Hak Tanggungan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur pemegang Hak