83
kedua variabel bebas ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha UKM, tetapi variabel modal pinjaman lebih dominan
ini ditunjukan dengan nilai standardized coefficients sebesar 0,439, sedangkan variabel modal awal sebesar 0,364.
4. Pengaruh modal awal dan modal pinjaman terhadap pendapatan pengusaha
Usaha Kecil dan Menengah UKM yang dilihat secara simultan atau gabungan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi
di Kecamatan Medan Johor - Medan. 5.
Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,306
berarti 30,6 variabel pendapatan pengusaha Usaha Kecil dan Menengah Y dapat dijelaskan oleh
variable modal awal X
1
dan modal pinjaman X
2
. Sedangkan sisanya 69,4 dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak Pemerintah Daerah setempat dan perbankan syariah
penyalur Kredit Mikro lebih mengawasi dan memperhatikan pengalokasian dana bantuan yang diberikan kepada masyarakat digunakan untuk apa.
Apakah digunakan untuk pengembangan usaha masyarakat tersebut atau tidak, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan
Universitas Sumatera Utara
84
Johor yang diindikasikan dengan peningkatan pendapatan masyarakat di
daerah tersebut.
2. Pihak Perbankan Syariah sebaiknya lebih selektif dalam pemberian modal
pinjaman kepada masyarakat. Agar modal pinjaman tersebut tepat pada sasaran yaitu kepada para pengusaha Usaha Kecil dan Menengah yang ingin
mengembangkan usahanya, dan tidak menggunakan dana tersebut lebih
banyak untuk kegiatan konsumtif.
3. Sebaiknya para penerima modal pinjaman termasuk para pegusaha Usaha
Kecildan Menengah UKM menggunakan dana pinjaman yang diberikan tersebut untuk pengembangan usaha dan juga menyadari bahwa apabila dana
yang diberikan tersebut digunakan untuk pengembangan usaha maka
pendapatan masyarakat juga akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam Siamat 2008: 25 bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Suyatno 2007: 1, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya
sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Sedangkan definisi lain mengatakan bank adalah suatu
lembaga atau badan usaha yang berfungsi sebagai mediator dari pihak yang berkelebihan uang kepada pihak yang kekurangan uang. Penulis lain
mendefinisikan bank adalah suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit. Proff. G. M Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan,
“bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.” Dari berbagai definisi bank diatas pada
dasarnya tidak berbeda satu sama lainnya, kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada tugas atau usahanya saja.
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.2 Jenis-jenis Bank
Dalam bukunya Kasmir, 2009:34 menjelaskan jenis-jenis perbankan antara lain:
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
1998 maka jenis perbankan terdiri dari: a.
Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat BPR
Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
Universitas Sumatera Utara
9
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikan
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah dilihat dari siapa yang memiliki bank tersebut anatara lain:
a. Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank dimana akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank
ini dimiliki oleh pemerintah pula. b.
Bank Milik Swasta Bank milik swasta adalah bank dimana seluruh atau sebagian besarnya
dimiliki oleh swasta serta akte pendiriaanya juga didirikan oleh swasta dan keuntungannya pun untuk swasta pula.
c. Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan saham-saham nya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing
Bank milik asing adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun atau pemerintah
asing.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Dilihat dari Segi Status
Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya, yakni: a.
Bank Devisa Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah bank yang mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Dari segi cara menetukan harga dilihat dari cara cara menetukan harga jual dan harga beli, yakni:
a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Kepada para nasabahnya bank
konvensional merupakan dua metode yaitu menetapkan harga dan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu atau dikenal dengan istilah fee based.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang aturan perjanjiannya berdasarkan hukum Islam atau penentuan harga atau
pelaksanaan kegiatan bank dasar hukumnya adalah Alquran dan sunnah rasul.
2.2 Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah BUS merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Ikit, 2015: 44. Bank dibagi menjadi dua yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank
Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional
BUK dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Bank Umum Konvensional merupakan bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Ikit, 2015: 44.
Universitas Sumatera Utara
12
Dari pengertian diatas ada perbedaan yang sangat jelas dalam operasionalnya antara bank konvensional dengan bank syariah. Bank Syariah adalah bank yang
dalam operasionalnya harus mengikuti prinsip syariah dan hukum islam yang tidak memberikan imbalan dalam bentuk bunga melainkan dalam bentuk bagi
hasil.
2.2.1 Asas dan Fungsi Bank Syariah
Sistem lembaga keuangan syariah di dalam operasionalnya harus mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam Al-Quran dan Hadist. Hal ini
sesuai dengan hukum muamalah dimana semua diperbolehkan kecuali ada larangannya di dalam Al-Quran dan Hadist Ikit, 2015: 45. Maka dari itu
operasional bank syariah haruslah memiliki asas dan fungsi yang sesuai dengan prinsip dan hukum syariah pula.
Asas perbankan syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang bank syariah, menyatakan bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Sedangkan tujuan bank syariah adalah
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadailan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi rakyat.
Fungsi Bank Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dalam pasal 4 terdiri dari:
a. Menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
13
b. Menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf nazhir sesuai dengan kehendak pemberi wakaf wakif.
d. Pelaksanaan sosial.
Selain itu terdapat pula fungsi bank syariah yang lain diantaranya adalah Ikit, 2015: 47:
a. Fungsi manajer investasi, dimana bank syariah bertindak sebagai manajer
investasi dari pemilik dana sahibul maal kemudian bank syariah menyalurkan dana tersebut kepada usaha-usaha yang produktif sehingga
bank dapat menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang didapat oleh bank syariah akan dibagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang disepakati diawal akad. b.
Fungsi investor, bank syariah dapat melakukan penanaman atau menginvestasikan dana kepada sektor-sektor yang produktif dengan resiko
yang kecil. c.
Fungsi sosial artinya bank syariah dapat menghimpun dana dalam bentuk Zakat, Infak, Sedekah dan Wakat ZISWAF. Setelah dana terkumpul
bank syariah dapat menyalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan tanpa mengharapkan keuntungan atau imbalan.
Universitas Sumatera Utara
14
d. Fungsi jasa keuangan, fungsi ini merupakan pelayanan yang diberikan
oleh bank syariah kepada masyarakat umum. Jasa keuangan merupakan penunjang kelancaran kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana.
Semakin lengkap jasa keuangan bank syariah akan semakin baik dalam pelayanan kepada nasabah.
2.2.2 Tujuan dan Peran Perbankan Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 10 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan terdapat beberapa perubahan yang
memberikan peluang yang lebih beasar lagi bagi pengembangan perbankan syariah. Dari Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan, bahwa sistem
perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan antara lain Ikit, 2015: 44: 1.
Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima konsep bunga. Dengan ditetapkan sistem perbankan syariah
yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional dual banking sistem, mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas
terutama dari segmen yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga.
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan
prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah hubungan investor yang harmosnis Mutual Investor Relationship.
Sementara dalam bank konvensional konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur Debitur to Creditor Relationship.
Universitas Sumatera Utara
15
3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan Perpectual Interest Effect, membatasi kegiatan
spekulasi yang tidak produktif Unproductif Speculation, pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 direvisi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Noor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka telah memberikan landasan hukum yang kokoh bagi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.
Perudang-undangan tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi perbankan syariah untuk mengembangkan jaringannya antara lain melalui izin pembukaan
Kantor Cabang Syariah KCS oleh Bank Konvensional. Dengan kata lain bank umum dibolehkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional
sekaligus dapat melakukan operasional berdasarkan prinsip syariah dual banking sistem.
Didalam bukunya Ikit, 2015: 48 menuliskan bahwa menurut pendapat Sudarsono 2003 berdirinya bank syariah mempunyai beberapa tujuan
diantaranya: 1.
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usahaperdagangan lain yang mengandung unsur Gharar tipuan, dimana jenis-jenis usaha tersebut
Universitas Sumatera Utara
16
selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang sangat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana. Keadilan dalam Islam memiliki implikasi sebagai berikut diantaranya adalah; keadilan sosial dan keadilan ekonomi.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kegiatan usaha yang poduktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menangulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program uatama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa
pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pengusaha produsen, pembinaan
pedagang, pembinaan konsumen dan pengembangan usaha bersama. 5.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan aktifitas bank syariah akan mampu menghindari kendala-kendala ekonomi yang
dilibatkan oleh inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan dan menyelamatkan umat Islam dari ketergantungan
terhadap bank non syariah. Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
Universitas Sumatera Utara
17
dikeluarkan oleh bank syariah. Melalui pembiayaan bank syariah dapat menjadi mitra masyarakat, sehingga hubungan bank syariah dengan masyarakat tidak
lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan. Secara khusus mengenai peran bank syariah secara nyata dapat terwujud
dalam aspek-aspek sebagai berikut Ikit, 2015: 50: 1.
Menjadi perakat nasionalisme baru, artinya bnk syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.
2. Memperdayakan ekonomi umat dan beropersasi secara transparan. Artinya
pengolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang teransparan.
3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah
tidak memberikan janji yang pasti mengenai return keuntungan yang diberikan kepada invetor. Oleh karena itu bank syariah harus mampu
memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Disamping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi
hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada
bank syariah. 4.
Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya bank syariah mendorong terjadinya produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian
spekulasi dpat diperkecil. 5.
Mendorong pemerataan pendapat, artinya bank syariah bukan mengumpulkan dana dari pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana
Universitas Sumatera Utara
18
Zakat, Infaq, dan Shadaqah ZIS. Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi, pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi. 6.
Peningkatan efisiensi mobilisasi dana artinya adanya produk Al- Mudharabah Al-Muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk
melakukan invetasi atas dana yang diserahkan oleh investor maka bank syariah sebagai Financial Arranger, bank memperoleh komisi atau bagi
hasil dari kesepakatan awal kedua belapihak. 7.
Uswah Hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank. 8.
Salah satu penyebab terjadinya krisis adalah korupsi, kolusi dan nepotisme KKN.
2.3 Jenis dan Kegiatan Usaha Bank Syariah
Menurut jenisnya bank syariah dibagi menjadi 2 dua yaitu Bnak Umum Syariah BUS, Unit Usaha Syariah UUS dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPRS. Bank Umum Syariah BUS merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah
UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah danatau unit syariah. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Universitas Sumatera Utara
19
BPRS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegitan usaha Bank Umum Syariah BUS menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang bank syariah, diantaranya:
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. 4.
Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah. 6.
Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah danatau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentanagan dengan Prinsip Syariah.
7. Melalukan pengambilan utang berdasarkan Akad hawalh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Universitas Sumatera Utara
20
8. Melakukan usaha kartu debit dan atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah. 9.
Mebeli,menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara
lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.
10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah danatau Bank Indonesia. 11.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah. 12.
Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah.
13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah. 14.
Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
15. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah.
16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah. 17.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
21
Selain melakukan kegiatan usaha diatas dalam UU No. 21 Tahun 2008 dalam Pasal 20 menjelaskan Bank Umum Syariah BUS dapat pula melakukan:
1. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah. 2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga
keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. 3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.
4. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah.
5. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepajang tidak bertentangan dengan Prinsipsyariah dan ketentuanperaturan perundang-undagan di bidang pasar
modal. 6. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Pinsip Syariah
dengan menggunakan sarana elektronik. 7. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang.
8. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar modal. 9. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah
lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
Universitas Sumatera Utara
22
Kegiatan usaha Unit Usaha Syariah UUS menurut UU No. 21 Tahun 2008 antara lain:
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudhrabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan denagan Prinsip Syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah danatau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
8. Melakukan usaha kartu debit danatau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.
Universitas Sumatera Utara
23
9. Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, anatara lain, seperti Akad ijarah,
musyarakah, mudaharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah. 10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah danatau Bank Indonesia. 11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah.
12. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah.
13. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
14. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdsarkan Prinsip Syariah.
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundag-undangan. Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS menurut UU No.21
Tahun 2008 antara lain: 1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: 1 Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah, 2 Investasi berupa Deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
Universitas Sumatera Utara
24
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: 1 Pembiayaan bagi
hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah, 2 Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna, 3 Pembiayaan
berdasarkan Akad qardh, 4 Pembiayaan penyewaan barang bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik, 5 Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah. 3.
Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk tititpan berdasarkan Akad wadi’ah atau investasi berdasarkan Akad mudharabah danatau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip syariah. 4.
Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS. 5.
Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
2.4 Investasi dan Pembiayaan Bank Syariah 2.4.1 Pengertian