Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa tingginya perputaran modal kerja WCTO tidak selalu meningkatkan nilai Return on Investment ROI. Hal ini
berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Horne dan Wachowicz 2005:16 bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan pendanaan
pendukungnya modal kerja dapat memaksimalkan tingkat laba. Demikian juga terjadi pada perputaran total aktiva, perusahaan dengan TATO yang rendah justru
memiliki RoI yang tinggi. Fenomena ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston 2009:100, Horne dan Wachowicz 2005:222 yang
menyatakan bahwa rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan
laba perusahaan. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih
lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah
“Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah Efektivitas Modal Kerja WCTO, Perputaran Total Aktiva TATO, dan Rasio Utang DAR mempunyai hubungan yang siginifikan terhadap Rentabilitas
pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
C. Kerangka Konseptual
Perolehan laba mempengaruhi tingkat rentabilitas pada suatu perusahaan. Dalam artian, laba yang tinggi belum dapat dijadikan ukuran bahwa pengelolaan
yang dilakukan perusahaan telah bekerja secara efisien. Maka suatu badan usaha dalam menjalankan usahanya diarahkan untuk mendapatkan tingkat rentabilitas
yang optimal. Efisiensi kerja suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal atau
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba, inilah yang disebut rentabilitas. Menurut Harahap 2010:304 rasio rentabilitas disebut juga dengan profitabilitas,
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Terdapat berbagai macam cara dalam
menghitung rentabilitas perusahaan. Salah satunya yaitu, laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva, yang disebut dengan Return on
Investment ROI. Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan,
di samping itu modal kerja juga sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kontinuitas perusahaan. Efektivitas
modal kerja dapat dihitung dengan Working Capital Turn Over, yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan
beroperasi dengan modal kerja yang tinggi atau rendah. Horne dan Wachowicz 2005:16 menyatakan bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan
pendanaan pendukungnya modal kerja dapat memaksimalkan tingkat laba
Semakin tinggi Working Capital Turn Over maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin
2007:48, yaitu semakin tinggi perputaran turnover dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam artian memperoleh laba
yang optimal dengan kemampuan mengelola modal kerjanya. Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan juga dapat dilihat dari
pengelolaan asetnya. Dalam hal ini aset diperlukan untuk digunakan sebgai sarana aktiva produksi dalam memperoleh laba. Salah satu rasio untuk mengukur
keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya adalah Total Asset Turn Over TATO. Total Asset Turn Over menunjukkan tingkat
penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Brigham dan Houston 2009:100, Horne dan Wachowicz 2005:222 menyatakan bahwa
rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan.
Utang dapat diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Penambahan pinjaman menimbulkan risiko yang lebih besar demikian pula potensi pengembalian menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh
keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. Semakin tinggi Debt to Asset Ratio DAR, semakin besar risiko keuangan Horne dan
Wachowicz,2005;210.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.2. Kerangka Konseptual Sumber: Harahap 2004, Syamsuddin 2007, Brigham dan Houston 2009,
dan Horne dan Wachowicz 2005, dimodifikasi.
D. Hipotesis