Hubungan Karakteristik Petugas Dengan Kinerja Petugas Rekam Medik Di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS DENGAN KINERJA PETUGAS REKAM MEDIK DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ROKAN HULU

TESIS 

Oleh 

FITRI SUKAESIH 067013012/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 8


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS DENGAN KINERJA PETUGAS REKAM MEDIK DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ROKAN HULU

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRI SUKAESIH 067013012/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 8


(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS DENGAN KINERJA PETUGAS REKAM MEDIK DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ROKAN HULU

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2008

Penulis


(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS DENGAN KINERJA PETUGAS REKAM MEDIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU

Nama Mahasiswa : Fitri Sukaesih Nomor Pokok : 067013012

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr.Ir.Sri Fajar Ayu, MM) (Drs.A.Ridwan Siregar, M.Lib)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B., MSc)


(5)

Tanggal Lulus : 5 Januari 2009  Telah di Uji

Pada Tanggal : 5 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM

Anggota : 1. Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib

2. Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN BERNUANSA ISLAMI

DI PUSKESMAS KOTA LANGSA

TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2008

Penulis


(7)

ABSTRAK

Kinerja petugas rekam medik merupakan salah satu komponen penting diperhatikan dalam penyelenggaraan rekam medik di RSUD Rokan Hulu. Hasil survei awal, terdapat 62,5% petugas rekam medik tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan eksplanatory research yang bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik petugas dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas rekam medik dan sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 22 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi spearman rho pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petugas Rekam Medik di RSUD Rokan Hulu diketahui 45,5% termasuk kategori sedang. Hasil uji korelasi spearman rho menunjukkan variabel pendidikan (p=0,000), masa kerja (p=0,001), pengetahuan (p=0,000) dan variabel pelatihan (p=0,000) mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu Riau.

Disarankan kepada RSUD Rokan Hulu untuk meningkatkan pengetahuan petugas rekam medik melalui peningkatan frekuensi pelatihan dan bimbingan teknis, perlu meningkatkan alokasi anggaran pelatihan bagi petugas rekam medik dan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut perlu menambah variabel penelitian dari determinan kinerja secara komprehensif.


(8)

ABSTRACT

The Performance of medical record officer is one of important components in medical record’s unit in Rokan Hulu Hospital. The result of preliminary survey showed that 62.5% medical record officers did not do their job according to their main task and function.

This explanatory study is aimed to analyze the relationship between the officers characteristic and their performance in Rokan Hulu Hospital in 2008. The Population as also the samples for this study are all of 22 medical record officers. The data were analyzed by Spearmen rho correlation test at the confidence level 95%.

The result of the study shows that the performance of medical record officers are 45.5% in good enough category. The result of Spearman rho correlation test shows that variable education (p=0,000), working experience (p=0,001), knowledge (p=0,000) and training (p=0,000) have significant relationship with the performance of medical recordofficers in Rokan Hulu Hospital

It is suggested to Rokan Hulu Hospital to improve the knowledge of the medical record officers by increasing the frequencies of training and the technical assistance, as well to increase the training budget allocation. For other researchers who want to conduct further study, it is necessary to add other variables of performance’s determinant comprehensively.

Keyword : Characteristics, Performance, Medical Record Officers .


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan Tesis dengan judul "Hubungan Karakteristik Petugas dengan Kinerja Petugas Rekam Medik Di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu". Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ibu Prof. Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga kepada Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan ibu Ibu Prof. Dr.Ida Yustina, MSi selaku sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Sri Fajar Ayu, MM. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dan kepada Bapak Drs. Ridwan Siregar, M.Lib., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang


(10)

dengan tulus dan iklas telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP dan Drs. Amru Nasution, M.Kes selaku komisi pembanding yang telah memberikan kritikan saran dan bimbingan demi kesempurnaan tesis ini, dan kepada Bapak dr.Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes., selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu.

Terima kasih tak terhingga kepada suami tercinta Anwar Muttakin serta ananda Alifah Fitria Anwar, yang senantiasa mendo’akan, memberi perhatian dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan hingga selesainya pendidikan, serta Ayahanda tercinta Zainal dan Ibunda tercinta Misarni yang membesarkan dan memberikan fasilitas pendidikan pada penulis, dan Ayahanda Mertua tercinta Zakaria Hidayat dan Ibunda Mertua tercinta Amah Muslimah yang senantiasa mendo’akan dan memberi dorongan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan tesis ini. Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Amin ya rabbal ’alamin.

Medan, Oktober 2008 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitri Sukaesih

Tempat/Tanggal Lahir : Sialang, 8 Februari 1976

Agama : Islam

Alamat : Jl.Syeh Ismail No. – Pasir Pengaraian

Kabupaten Rokan Hulu

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Sialang, Lulus Tahun 1988

2. SMPN Tanjung Pati, Lulus Tahun 1991 3. SMAN Tanjung Pati, Lulus Tahun 1994

4. Akademi Refraksi Optisi Padang, Lulus Tahun 1998 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Lulus Tahun 2000

Riwayat Pekerjaan :

1. Sebagai Kepala Urusan Keuangan di RSUD Rokan Hulu, Tahun 2003-2006. 2. Sebagai Pelaksana Tugas Kepala Seksi Perencanaan dan Penyusunan Program di


(12)

DAFTAR ISI

 

Halaman

  

 

ABSTRAK...  

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB  1   PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB  2   TINJAUAN PUSTAKA ... …  10 

2.1 Kinerja Petugas Rekam Medik ... 10

2.2 Determinan Kinerja Petugas Rekam Medik ... 12

2.3 Pelayanan Rekam Medis... 16

2.4 Landasan Teori... 28

2.5 Kerangka Konsep Penelitian... 29

BAB  3   METODE PENELITIAN ...  30 

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data... 31

3.5 Variabel dan Definisi Operasional... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33


(13)

BAB  4  HASIL PENELITIAN ...  35 

4.1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Rokan Hulu ... 35

4.2. Karakteristik Petugas Rekam Medik ... 38

4.3. Kinerja Petugas Rekam Medik ... 42

BAB  5   PEMBAHASAN ...   44 

5.1. Kinerja Petugas Rekam Medik ... 44

5.2. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin dengan Kinerja Petugas Rekam Medik ... 46

5.3. Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Petugas Rekam Medik ... 48

5.4. Hubungan Masa Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medik ... 49

5.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Petugas Rekam Medik ... 50

5.6. Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Petugas Rekam Medik 53

5.7. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB   6  KESIMPULAN DAN SARAN ...  57 

5.1. Kesimpulan ... 57

5.2. Saran ... 58


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas... 32 4.1 Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Rokan Hulu ... 37 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUD Rokan

Hulu Tahun 2008 ... 38 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2008 ... 38 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2008 ... 39 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2008 ... 39 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan di RSUD

Rokan Hulu Tahun 2008 ... 40 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2008 ... 41 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2008 ... 41 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Rekam Medik di

RSUD Rokan Hulu Tahun 2008 ... 42 4.10. Hasil Uji Korelasi Spearman rho ... 43


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 62

2. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 69

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 79

4. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 81


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.4. Latar Belakang

Salah satu provider pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pemulihan kesehatan masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai tempat pengobatan berbagai penyakit dan trauma, dan juga sudah berfungsi sebagai sarana untuk pencegahan, promosi kesehatan dan rehabilitasi. Menurut Munijaya (2004), ada dua jenis pelayanan di rumah sakit yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.

Salah satu bentuk pelayanan administrasi di rumah sakit adalah pelayanan rekam medik, sebagai pusat data dan informasi bagi rumah sakit dan untuk kepentingan lainnya seperti penelitian dan bukti tertulis lainnya. Unuk itu perlu peningkatan sistem informasi rekam medik yang berdaya guna dan informatif.

Sistem Informasi Rekam Medik (SIMRS) merupakan suatu sistem yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan, pengaruh yang nyata mungkin dapat dilihat mulai dari waktu tunggu pasien yang berkurang, informasi mengenai suplai medis misalnya memungkinkan para dokter untuk mengetahui dengan segera stok obat yang tersedia untuk diresepkan. Aksesibilitas riwayat medis pasien yang dihasilkan oleh SIRM memudahkan dokter untuk mendapatkan data yang dibutuhkan


(17)

dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan dengan demikian perawatan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Kondisi percepatan ini menunjukkan efisiensi dan merupakan indikator semakin baiknya kinerja rumah sakit disebabkan adanya SIRM.

Sistem informasi rekam medik, dapat digunakan sebagai sarana strategik untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam konteks sistem informasi rekam medik, pelanggan rumah sakit tidak hanya pelanggan eksternal tapi juga pelanggan internal. Pelanggan internal adalah pemilik, pimpinan dan seluruh karyawan rumah sakit itu sendiri. Pelanggan eksternal dapat mulai dari pasien pasien, keluarganya, rekanan pemasok dan masyarakat luas. Informasi merupakan sarana potensial untuk memberdayakan pelanggan internal dan eksternal di rumah sakit (Aditama, 2000).

Sistem Informasi Rekam Medik (SIRM) standar sebagaimana dirumuskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 749a/Permenkes/1989, harus berisi tentang identitas pasien, tujuan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Dokumen rekam medis ini selanjutnya harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi, informasi, administrasi, legal, finansial, riset, edukasi maupun statistik pelayanan kesehatan.

Informasi yang digunakan secara optimal, dengan sistem informasi rekam medik yang terencana baik, merupakan pendukung keberhasilan manajemen rumah sakit. Secara umum sistem informasi rekam medik dapat mendukung fungsi-fungsi manajemen, efisiensi kerjapun dapat ditingkatkan mulai dari perumusan, tujuan dan


(18)

sasaran strategis sehingga menentukan kualitas sistem yang dibangun dapat dipertanggungjawabkan (Moedjari, 2004).

Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu merupakan Rumah Sakit kelas C sesuai dengan SK Menkes No.1349/Menkes/SK/IX/2005. Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu pusat rujukan untuk seluruh Puskesmas di wilayah Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Dalam memberikan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu dalam memberikan pelayanan telah menggunakan sistem informasi rekam medis berbasis komputer atau terotomasi sejak tahun 2006.

Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien dirumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya (Depkes RI, 1997). Maka dituntut pelayanan yang diberikan harus berkualitas dan sesuai dengan standar pelayanan yang ada.

Akses informasi dalam manajemen meliputi bagian rekam medis dalam pencatatan dan pelaporan pasien. Untuk meningkatkan pelayanan pada pasien di apotik, laboratorium dan radiologi untuk pengembangan sistem informasi rekam medik dibuat sistem billing. Biaya yang dikeluarkan untuk sistem informasi rekam medik sudah banyak tetapi sejauh ini belum ada evaluasi dan monitoring atau penelitian sejauhmana pemanfaatan sistem informasi rekam medik di RSUD Rokan Hulu. Sebelum adanya sistem informasi rekam medik didapat informasi bahwa waktu


(19)

tunggu pasien lama dan pendataan antara jumlah pasien yang masuk dengan pasien yang ada tidak sesuai jumlahnya. Ketersediaan bahan tidak terawasi, karena tidak diketahuinya berapa jumlah bahan yang ada dan yang sudah dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit sampai melakukan diagnosa dan pengobatan dokter terhadap pasien juga dikeluhkan memakan waktu agak lama.

Setelah lebih dari satu setengah tahun jaringan Sistem Informasi Rekam Medik digunakan menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan pasien baik rawat inap maupun rawat jalan. Data tahun 2006 menunjukkan jumlah kunjungan pasien sebanyak 26.846 orang per tahun menjadi 30.781 orang per tahun (peningkatan sebesar 12,12%) pada tahun 2007. Selain itu dilihat dari indikator kinerja Rumah Sakit, juga menunjukkan perubahan yaitu adanya perbaikan angka Bed Occupancy Rate (BOR) dari 48,5% menjadi 58,1% (peningkatan sebesar 10%), Average Length of Stay (Av LOS), 3,84 hari menjadi 3,2 hari (peningkatan sebesar 0,16%), Bed Turn Over (BTO) 37,62 kali menjadi 64,2 kali (peningkatan sebesar 26,58 kali), Net Death Rate (NDR) 18,9% menjadi 12,9% (penurunan sebesar 6%) dan Gross Death Rate

(GDR) dari 42,4 menjadi 37,7% (penurunan sebesar 6,7%).

Perubahan jumlah kunjungan tersebut secara umum memberikan hasil yang positif bagi pelayanan kesehatan di RS Rokan Hulu khususnya mengindikasikan adanya peningkatan kinerja sumber daya manusia di rumah sakit maupun kinerja rumah secara umum. Kondisi ini tidak terlepas dari kualitas pelayanan yang diberikan, khususnya pada pelayanan rekam medik, guna meningkatkan kepuasan


(20)

pelanggan, sehingga pelanggan akan membeli kembali (berobat kembali) ke RS Rokan Hulu.

Pelayanan rekam medik yang bermutu tercermin dari minimnya waktu tunggu pasien untuk memperoleh kartu registrasi sampai memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, dan penataan dokumen rekam medik. Berdasarkan standar penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan adalah 10 menit, dan pelayanan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap selama 15 menit (Depkes RI, 2007).

Waktu tunggu merupakan salah satu indikator kinerja sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dalam pelayanan rawat jalan di rumah sakit, Waktu tunggu adalah waktu yang dipergunakan oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dan rawat inap dari tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Berdasarkan standar penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan adalah 10 menit, dan pelayanan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap selama 15 menit (Depkes RI, 2007).

Waktu tunggu pasien merupakan wujud nyata dari kinerja sumber daya manusia. Pada prinsipnya kinerja sumber daya manusia adalah merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya di rumah sakit. Penelitian Girsang (2005) menunjukkan bahwa unsur karakteristik individu merupakan faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pasien di RSUP Adam Malik Medan.


(21)

Berdasarkan konsep determinan kinerja yang dikemukakan Gibson (1987), dapat di tekankan bahwa salah satu faktor yang sangat penting diperhatikan adalah karakteristik individu selain dari faktor organisasi, dan faktor psikologis. Karakteristik individu atau petugas antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, kemampuan dan keterampilan (Ilyas, 2001).

Berdasarkan profil RSUD Rokan Hulu (2007), diketahui bahwa petugas Rekam Medik sebanyak 22 orang yang didistribusikan pada unit-unit yang terdapat di bagian Rekam Medik, yaitu unit pendaftaran, pengkodeaan, penyimpanan dan distribusi berkas, serta bagian analisa berkas rekam medik. Keseluruhan petugas Rekam Medik mempunyai latar belakang setingkat Sarjana dan masih ada 7 orang yang berpendidikan SLTA, sehingga diduga berdampak terhadap hasil kerja (kinerja) bagian Rekam Medik, yaitu tidak dapat memberikan informasi yang akurat, infromatif dan dapat dipertanggung jawabkan sebagaimana falsafah Rekam Medik tidak tercapai secara maksimal.

Berdasarkan hasil survai awal pada 10 pasien yangberobat ke RSUD Rokan Hulu yang penulis lakukan pada bulan Agustus 2008, diketahui bahwa waktu tunggu pasien bervariatif setiap pasien. Pasien rawat jalan rata-rata waktu tunggunya adalah 29 menit, sedangkan pasien rawat inap rata-rata waktu tunggunya 36 menit, dan waktu tunggu pasien untuk memperoleh obat-obatan rata-rata 79 menit, waktu tunggu pasien mendapatkan hasil laboratorium rata-rata 200,9 menit. Kondisi ini menunjukkan bahwa waktu tunggu pasien di RS Rokan Hulu masih lama dibandingkan dengan rata-rata indikator yang direkomendasikan oleh Depkes RI,


(22)

yaitu 10-20 menit untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang dihitung mulai dari antrian sampai memperoleh obat-obatan.

Selain itu hasil perhitungan waktu tunggu pada pasien yang mendapatkan diagnosa dokter juga termasuk lama yaitu rata-rata 23 menit. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter belum menunjukkan kualitas pelayanan medik yang sesuai dengan standar pelayanan dari aspek waktu tunggu.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Hasil penelitian Girsang (2005) bahwa ada 4 (empat) dimensi yang mempengaruhi waktu tanggap pasien gawat darurat di RSUP Adam Malik, yaitu dimensi karakteristik individu (pendidikan, pelatihan, upah dan lama bekerja), motivasi, ketersediaan fasilitas pendukung dan standar prosedure pelayanan, demikian juga dengan penelitian Hasanbasri (2005) di RSU Aloe Saboe Gorontalo, bahwa determinan waktu tunggu pasien di Instalasi rawat jalan adalah perbedaan status pasien, dan kualitas tenaga kesehatan, keterbatasan waktu pelayanan, informasi kurang jelas, serta keterlambatan dokter memeriksa pasien. Keseluruhan penelitian tersebut mengindikasikan bahwa waktu tunggu merupakan bagian integral dari suatu sistem informasi rekam medik dan merupkan wujud nyata dari kinerja petugas rekam medik.

Berdasarkan hasil telaah dokumentasi dari berkas rekam medik dengan mengambil sampel 20 berkas rekam medik, diketahui petugas rekam medik


(23)

cenderung mengabaikan beberapa item dalam form rekam medik seperti pencantuman umur dan tanggal masuk, tidak lengkap kartu statusnya dan hanya 62,5% saja yang lengkap serta penyimpanan berkas tidak teratur dan pengaturan tempat berkas lama dengan baru juga tidak tertata dengan rapi.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan karakteristik petugas rekam medik dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perencanaan pengembangan dan peningkatan pelayanan SIRM serta pengembangan sumber daya manusia di RSUD Rokan Hulu di masa akan datang.

1.5. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan karakteristik petugas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan) dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu

1.6. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik petugas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan) dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu.


(24)

1.7. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah karakteristik petugas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan) berhubungan secara signifikan dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu.

1.6.Manfaat Penelitian

1. Bagi rumah sakit, sebagai masukan dan pertimbangan dalam peningkatan sistem informasi rekam medik di RSUD Rokan Hulu, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Rokan Hulu.

2. Memberikan masukan bagi manajemen RSUD tentang kinerja petugas rekam medik mulai dari registrasi sampai memperoleh hasil pengobatannya, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk peningkatan sumber daya manusia dan pelayanan kesehatan di RSUD Rokan Hulu.

3. Bagi peneliti yang akan datang dapat memberikan masukan sebagai


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Kinerja Petugas Rekam Medik

Kinerja adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dan sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan didalam organisasi, (Mangkunegara (2000), Rivai, Veithzal, (2005). Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu, yang meliputi faktor individu adalah kemampuan, keahlian dan latar belajang serta demografi. faktor psikologis meliputi persepsi , sikap, personality, pembelajaran dan motivasi.

Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila ia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena gaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian dan mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik (Prawirosentono, 1999).

Kinerja petugas rekam medik dilihat dari prestasi kerja atau hasil kerja yang dilakukannya terhadap tugas pokok dan fungsinya masing-masing pada unit-unit rekam medik. Penilaian kinerja petgas rekam medik dilakukan dengan melakukan


(26)

evaluasi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh petugas rekam medik di rumah sakit kemudian dibandingkan dengan indiaktor uraian tugas yang seharusnya dilakukan oleh seorang petugas rekam medik sebagaimana direkomendasikan Depkes RI.

Pada prinsipnya penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan, ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan Jackson, 2002). Penilaian kinerja tersebut didasarkan pada sembilan kriteria yaitu: (Wungu, 2003)

1. Reliable, harus mengukur prestasi kerja dan hasilnya secara obyektif. 2. Content valid, secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.

3. Defined spesific, meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasi.

4. Independent, perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria yang komprehensif.

5. Non-overlaping, tidak ada tumpang tindih antar kriteria.

6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.

7. Accessible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif. 8. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.

9. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang memiliki kemungkinan adanya perubahan organisasi.


(27)

2.7 Determinan Kinerja Petugas Rekam Medik

Adapun kinerja individu dalam suatu organisasi menurut Gibson (1987), antara lain dipengaruhi oleh :

(1) Karakteristik individu, yaitu segala sesuatu ciri yang terdapat pada individu baik latar belakang demografi, maupun kemampuan dan ketrampilannya yang terwujud melalui pengetahuannya terhadap tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu organisasi,

(2) faktor psikologis, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu petugas yang terdiri dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian. Faktor ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja dan variabel demografi lainnya, (3) faktor organisasi, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi yang dapat berimplikasi terhadap kinerjanya, seperti sumber daya manusia dari aspek kuantitas, kepemimpinan suatu organisasi, ada tidaknya imbalan atas hasil kerjanya, struktur organisasasi sebagai pelimpahan dan pembagian wewenang kerja serta desain pekerjaan.

Berdasarkan konsep tersebut, maka determinan kinerja petugas rekam medik juga dipengaruhi oleh ke empat faktor tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh karakteristik individu petugas rekam medik terhadap kinerja mereka dalam melaksanakan tugas pokok dan funngsinya di bagian rekam medik.

Berikut ini dapat diuraikan variabel-variabel yang dapat dijadikan sebagai bagian integral dari karakteristik individu petugas rekam medik yang mempengaruhi kinerja mereka, yaitu:


(28)

a. Pengaruh Umur dan Jenis kelamin terhadap Kinerja Petugas Rekam Medik

Umur petugas berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan tehnis dalam melaksanakan tugas-tugas maupun kedewasaan psikologis. Umumnya motivasi kerja meningkat sejalan dengan peningkatan usia pekerja. Wexley (1977), mengemukakan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja lebih muda belum berpijak pada realitas, sehingga seringkali mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini menyebabkan rendahnya motivasi kerja dan kepuasan kerja yang akhirnya berdampak terhadap kinerja meraka.

Menurut Siagian (1995), semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan tehnisnya, demikian pula psikologis serta menunjukkan kematangan jiwa. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasinya.

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang menyebabkan perbedaan kinerja, tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain-lain. Shye (1991, dalam Ilyas, 1999) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja kerja antara perawat wanita dan perawat pria. Walupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena sebahagian besar tenaga petugas rekam medik berjenis kelamin wanita dan sebagian kecil berjenis kelamin pria. Pada pria


(29)

dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu.

b. Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan pengetahuan terhadap Kinerja Petugas Rekam Medik

Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda dengan pendidikan yang lebih rendah. Menurut Siagian (1995) mengatakan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Tenaga rekam medik yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan petugas yang berpendidikan rendah. Petugas dengan pendidikan lebih tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa saran-saran yang bermanfaat terhadap pimpinan organisasi dalam upayanya meningkatkan kinerja petugas rekam medik. Hal serupa dikemukakan oleh Notoadmodjo (1993) bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.

Berdasarkan pelatihan, diketahui ada tidaknya pelatihan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan petugas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya di dalam organisasi. Menurut Armstrong (1998), bahwa pengetahuan dan keterampilan dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bimbingantehnis secara rutin yang bertujuan untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya dan kinerjanya secara keseluruhan.


(30)

Pengetahuan petugas adalah komponen penting dari petugas dalam melakukan pekerjaannya. Dampak negatif dari rendahnya pengetahuan petugas terhadap tugas-tugasnya dalam suatu organisasi sangat berdampak terhadap hasil kerjanya, artinya pengetahuan yang tinggi dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Menurut Menurut Boulter et.al (1996), pengetahuan adalah unsur penting dalam mengkaji kompetensi individu dalam organisasi yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Hasil penelitian Girsang (2005) menunjukkan bahwa pengetahuan petugas rekam medik di RSUP Adam Malik Medan merupakan variabel paling dominan mempengaruhi waktu tunggu pasien.

c. Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Rekam Medik

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap organisasi pelayanan kesehatan menginginkan turn overnya rendah dalam arti tenaga/ karyawan aktif yang lebih lama bekerja di rumah sakit tersebut tidak pindah ke rumah sakit lain, sebab dengan turn over yang tinggi menggambarkan kinerja rumah sakit tersebut. Siagian (1995), mengatakan bahwa semakin banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan pindah keorganisasi lain mencerminkan ketidak beresan organisasi tersebut. Lebih lanjut Siagian (1995) mengatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi maka semakin tinggi motivasi kerjanya.


(31)

2.8 Pelayanan Rekam Medik

Rekam medik adalah bukti tertulis maupun rekam yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien dan merupakan dokumen yang harus dijaga keamanan dan kerahasiaannnya serta dapat dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban ditinjau dari beberapa aspek seperti aspek medik, legal, finansial, riset, pendidikan, dokumen dan informasi yang pengelolaannya berdasarkan suatu pedoman dan panduan terulis (Huffman, 1990; Departemen Kesehatan, 1997; Wijono 2000).

Rekam medik mempunyai peran yang sangat penting dalam manajemen mutu Rumah Sakit antara lain dalam bentuk audit medis, audit keperawatan, audit kematian dan beberapa penilaian tentang regimen pengobatan yang diberikan. Rekam medik merupakan keterangan tertulis dan rekam tentang identitas umum dan sosial pasien, anamese, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis lainnya. Hasil laboratorium, diffrensial diagnosa, diagnosa penyakit, serta seluruh kegiatan asuhan keperawatan dan tindakan medis yang di berikan kepada pasien. Hal lain yang termasuk dalam dokumen hasil pelayanan (resume) baik pasien rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan di unit gawat darurat (Huffman, 1990; Departemen Kesehatan, 1997; Brotowasisto, 2003; Wijono, 2000).

2.8.1 Pencatatan Rekam Medis

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan rawat jalan maupun rawat inap diwajibkan membuat rekam medik yang pengisiannnya dilakukan oleh doker


(32)

dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut. Rekam medik sebagai dokumen perlu pengelolaan secara khusus dalam pengarsipannya.

Kegiatan pencatatan rekam medik yang pelaksanaannya dimulai sejak diterimanya seorang pasien rumah sakit di bagian pendaftaran selanjutnya dilakukan pencatatan data selama pasien mendapakan pelayanan atau tindakan medis dan proses pengobatan. Kelanjutan proses ini adalah aktivitas penanganan berkas rekam medik yang meliputi pengumpulan berkas, analisis data baik secara kuanitas maupun kualitas, assembling berkas, pengkodean dan pengindeksan, penyimpanan, pengeluaran kembali serta pengendalian berkas rekam medik dan dilanjutkan dengan pelaporan dan publikasi data medis sesuai ketentuan yang berlaku (Huffman, 1990; Departemen Kesehatan, 1997; Wijono, 2000).

Dalam bukunnya Huffman (1990) menyebutkan bahwa baiknya pelayanan kesehatan berkaitan dengan baiknnya rekam medik, sedangkan ketidaklengkapan rekam medik akan mencerminkan buruknya pelayanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Djojosdibroto (1997) yang mengatakan bahwa tinggi rendahnya mutu pelayanan rumah sakit dapat segera terlihat pada lengkap tidaknya data keperawatan yang tercantum dalam rekam medis. Pentingnya pencatatan data pelayanan kesehatan yang lengkap dan akurat dalam rekam medik adalah sebagai tuntutan dari masyarakat yang tidak hanya ingin tahu keluaran (output) dari suatu rumah sakit tapi juga mereka menginginkan kejelasan proses pelaksanaannya.


(33)

2.8.2 Tujuan Kegiatan Rekam Medis

Tujuan kegiatan rekam medik secara umum adalah untuk menunjang tercapainya administrasi untuk peningkatan mutu pelayanan medik kepada pasien secara tepat, cepat, dan terjangkau. Secara khusus tujuan rekam medik adalah agar tersedianya rekam medik berkualitas tinggi baik secara individual tau kolektif yang mampu menghasilkan data yang berhasil guna dan tepat guna melalui kegiatan : a. Penerimaan pendaftaran pasien (admitting sistem)

b. Pencatatan data medis (recording system) c. Pengumpulan rekam medis (collecting system)

d. Memantau pelaksanaan rekam medis (analizing atau assembling system) e. Pengolahaan rekam medis (coding atau indexting system)

f. Penyimpanan rekam medis (filing system)

g. Pengeluaran kembali atau pengendalian rekam medis (retrieval system) h. Pelaporan data (reporting system)

2.8.3 Kegunaan Rekam Medis

Menurut Huffman (1990) dan Wijono (2000), kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :

a. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.


(34)

b. Aspek Administrasi

Rekam medik merupakan sistem yang penting dalam menunjang kegitan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan. Dari dicatatan sangat penting untuk perencanaan, pengawasan maupun penilaian baik tentang penampilan maupun keuntungan (profit)

c. Aspek Hukum atau legal

Rekam medik mempunyai nilai hukum bila isinya menyangkut kepastian hukum atas dasar keadilan. Hal ini berguna untuk menegakan hukum (lou enforcement) dan pengembangan hukum baru yang lebih baik serta penyediaan bahan tanda bukti untuk penegakan keadilan.

d. Aspek Keuangan atau Financial

Rekam medik mempunyai nilai hukum jika dokumentasi pembayaran terhadap pelayanan kesehatan pasien tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dari segi pendokumentasian urutan kegiatan pelayanan kesehatan tersebut itu juga dipakai sebagai sumber perencanaan keuangan rumah sakit di masa yang datang. Menu rut Sulastomo (1992), untuk sistem asuransi kesehatan, rekam medik akan berperan pertama, sebagai sumber data untuk menetapkan besarnnya premi asuransi kesehatan, sebagai sumber data untuk menetapkan besarnnya klaim yang layak diterima oleh peserta asuransi kesehatan. Penerapan besarnya premi dan klaim ini di sebut sebagai analisa aktuarial.


(35)

e. Aspek Penelitian atau Riset

Dokumen rekam medik mempunnyai nilai penelitian karena isinya mengandung bahan atau data atau informasi yang dipergunakan sebagai objek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan atau kedokteran dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang tepat guna dan berdaya guna serta efisien dan efektif.

f. Aspek Pendidikan atau Edukasi

Dokumen rekam medik mempunyai nilai pendidikan, karena isinya juga menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat di gunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan. g. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi, karena isinnya tentang sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

Menurut Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (1997), Wijono (2000) dan Brotowasisto (2003), dokumen rekam medik mempunyai kegunaan sebagai berikut :

a. Alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, dan perawatan kepada pasien.


(36)

b. Dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus di berikan kepada seorang pasien.

c. Bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.

d. Bahan yang berguna untuk analisis, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

f. Menyediakan data khusus untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. g. Dasar didalam perhitungan pembayaran medis pasien.

h. Inggatan yang harus didokumentasikan serta sebagi bahan dan pertanggung jawaban dan pelaporan.

2.8.4 Analisis Rekam Medis

Pengertian analisis rekam medik dapat bervariasi. Analisis rekam medik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, penyajian serta interpretasi data yang terkandung dalam rekam medik sehingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Data yang diolah serta diinterpretasikan dan disajikan tersebut dapat bervariasi tergantung dari tujuan yang direncanakan. Bila tujuan analisis rekam medik tersebut untuk meningkatkan pelayanan, maka jenis data yang di kumpulkan, diolah


(37)

dan disajikan serta diinterpretasikan tentunya data yang ada kaitan dengan mutu pelayanan.

Untuk dapat melakukan analisis rekam medik ada beberapa kegiatan persiapan yang diperlukan (Azwar, 1992) :

a. Menetapkan perangkat organisai yang diserahi tanggung jawab melakukan analisis rekam medik. Sebenarnya perangkat organisasi yang paling sesuai adalah masing-masing pelaksana pelayanan, karena tanggung jawab menjaga mutu sepenuhnya terletak pada mereka yang menyelenggarakan pelayanan, untuk ini lazimnnya di bentuk perangkat organisasi yang melibatkan semua (untuk organisasi kecil) atau perwakilan (untuk organisasi yang besar) penyelenggaraan pelayanan dalam sarana pelayanan.

b. Menetapkan batas batas wewenang dan tanggung jawab perangkat organisasi yang dibentuk yang dapat menjamin terselenggarannya analisis rekam medik, tampa mengganggu kelancaran pelayanan.

c. Menetapkan dan memasyarakatkan standar dan indikator yang akan diperguna kan dalam melakukan analisis rekam medik yang meliputi standar dan indika kator masukan, lingkungan dan proses serta keluaran.

d. Menetapkan dan memasyarakatkan jenis pelayanan medik yang lebih dipriorio ritaskan pada analisis rekam mediknya, seperti yang mempunnyai resiko lebih tinggi, yang membutuhkan biaya lebih besar, yang lebih menggunakan peralatan canggih, yang mengalami banyak keluhan dan sebagainya.


(38)

e. Menetapkan dan memasyarakatkan tata cara analisis serta frekuensi analisis rekam medik yang akan dilakukan, khususnnya tata cara dan frekuensi pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data.

Berdasarkan kegiatannya maka ada tiga bentuk analisis rekam medik yang di kenal, yaitu : (Azwar, 1992)

a. Analisis kuantitatif

Untuk analisis kuantitatif ini yang dipentingkan adalah kuantitas (jumlah) rekam medik yang dianalisis. Hasilnnya dapat dipakai untuk menentukan peringkat mutu suatu unit atau sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dari hasi pengolahan dan interpretasi data yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan tentang masalah mutu, serta tentang penyebab masalah mutu pelayanan yang diselenggarakan dan selanjutnnya dapat di rumuskan saran-saran guna lebih meningkatkan mutu pelayanan dan mutu rekam medik itu sendiri.

Analisis kuantitatif juga dilaksanakan untuk mengenal area rekam medik yang tidak komplit atau tidak akurat seperti tidak adannya tanda tangan pada catatan atau tidak adannya laporan patologi jaringan yang diambil selama operasi. Pada analisis kuantitatif daftar rekaman yang di butuhkan sering digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan dalam penctatan rekam medik. Analisis kuantitatif memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Identifikasi secara jelas area yang lengkap atau tidak lengkap 2) Pergunakan daftar persyaratan rekaman.


(39)

3) Pergunakan isi rekam medis untuk analisis.

4) Dilaksanakan oleh orang yang sudah terlatih dalam pekerjaan

5) Hasilnnya ialah suatu daftar kekurangan yang dapat dilengkapi oleh pemberi pelayanan kesehatan dalam perjalanan prosedur fasilitas yang normal.

Beberapa faktor yang menyebabkab pencatatan tidak selalu seakurat atau selengkap apa yang diperlukan dan diinginkan adalah :

1) Pencatatan dalam rekam medis dilaksanakan oleh berbagai pemberi pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, pendaftar dan lainnya.

2) Dilaksanakan sebagai aktivitas sekunder setelah penyelesaian pelayanan pasien

3) Dokter yang sibuk mungkin merekam catatan perkembangan pada medis pasien yang keliru.

b. Analisis Kualitatif

Pada analisis kualitatif yang diutamakan adalah kaualitas (mutu) data yang tercantum dalam rekam medik. Analisis ini dapat dilakukan dalam semua rekam medik, atau merupakan langkah lebih lanjut dari analisis kuantitatif. Melalui analisis kualitatif ini dapat diketahui mutu dari setiap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.


(40)

Baik atau tidaknnya kualitas data yang tercantum dalam rekam medik di tentukan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain seperti kebenaran pengisian data, ketepatan pengisian data, serta kelengkapan data. Bila ketiga faktor ini tidak terpenuhi, maka berarti data tersebut sebenarnnya bukanlah data yang baik. Data rekam medik yang tidak lengkap, menunjukan bahwa kualitas rekam medik tersebut tidak baik, karenannya akan sulit menentukan mutu pelayanan. Karakterisik Analisis Kualitatif adalah sebagai berikut. Identifikasi ini konsistensi dan kekurangan yang secara potensial terhadap ketidak lengkapan atau ketidakakuratan.

1) Dilaksanakan dengan mengunakan prinsip umum pencatatan dan atau kriteria spesifik.

2) Analisis mempergunakan pengetahuan isi rekam medik, proses penyakit, dan kebijakan serta standar yang ditetapkan oleh administrator dan staf medik, fasilitas, dan bermacam macam instansi lisensi, akreditasi dan perijinan.

3) Dilasanakan oleh praktisi rekam medik yang terdaftar.

4) Hasilnya meliputi daftar kekurangan yang dapat dilengkapi oleh pemberi pelayanan kesehatan dalam perjalanan normal prosedur fasilitas, identifikasi dari pola praktek pencatatan yang jelak untuk dicari perbaikan melalui diskusi individual, rujukan program QA, atau dengan pendidikan, dan identivikasi yang dapat mengkompensasikan secara potensial dilaporkan untuk manajemen resiko fasilitas program QA, perwakilan hukum seperti apa yang dapat diterapkan untuk tinjauan ulang lebih lanjut.


(41)

c. Analisis Statistik

Analisis statistik memerlukan rangkuman data rekam medik untuk

pengambilan keputusan administratif dan klinis. Data diagnosis dan prosedur dikode dan dapat dipakai untuk menampilkan rekam medik secara spesifik untuk kepentingan pendidikan, atau menetapkan dan mengevaluasi kasus fasilitas pelayanan kesehatan. kumpulan data yang seragam juga diintisarikan dari rekam medik dan dikirimkan kepada bagian keuangan untuk keperluan pembayaran.

2.8.5 Transaksi Rekam Medis ke`Era Informasi

Dipenghujung abad ini banyak terjadi pergeseran paradigma diberbagai profesi yang sekaligus menimbulkan perasaan was-was baik di negara maju apalagi di negara berkembang. Profesi rekam medik juga terkena dan kontribusinya adalah karena melesatnya kecanggihan teknologi. Pergeseran paradigma ini menimbulkan transisi dari sekedar bentuk rekam medik ke era manajemen informasi kesehatan. Pada bentuk lama, rekam medik berwajah dua yaitu administratif yang terpusat pada satu unit kerja dan berkas rekam medik, sedangkan diera baru berkiblat pada informasi (Hatta, 2003).

Dalam transisi rekam medik yang terjadi ini aktivitas paradigma dibedakan dalam cara pengumpulan data, penyimpanan dan peralatan yang digunakan. Demikian juga pada manajemen pengumpulan informasi. Selanjutnnya sejauh apa efektivitas paradigma baru dapat berjalan tergantung beberapa ketentuan, adanya pergeseran paradigma itu telah mengubah manusia pelaku profesi dari seorang


(42)

pustakawan rekam medik (medical rocord librarian) yang bertanggung jawab terhadap ribuan lembaran kertas menjadi praktisi informasi kesehatan yang bertanggung jawab terhadap butir data (Hatta, 2003).

Perubahan ini bukan lahiriahnnya saja seperti ikut ikutan mengubah unit kerja rekam medik menjadi bagian informasi rumah sakit yang berdampak pada kenaikan eselon, tetapi justru petugas di tuntut banyak belajar menambah keilmuan formal dan atau mengikuti berbagai kursus penunjang. Selain itu pimpinan rumah sakit harus sportif dan membentuk tim Komite Informasi Kesehatan (rekam medik). Saat ini ada beberapa rumah sakit yang menamakan unit Rekam Medik menjadi Bagian Informasi Kesehatan Rumah Sakit namun dalam menjalankannya masih bingung harus berbuat apa dan ironisnnya bekerja dengan cara dan gaya lama seperti masih menjadi Sub Bagian Rekam Medik, belum tertangkap olehnnya visi dan jiwa paradigma baru serta belum mampu bersikap sebagai Manager Informasi Kesehatan dengan jenis kepemimpinan (leadership) yang khas. Paradigma dan penguasaan ilmu baru agaknnya masih di rasakan sebagai bentuk transendal. Dalam transisi ini selain yang di sebut di atas juga terdapat lima domain paradigma manajemen informasi. Halm ini membawa pengaruh pada perluasan peran dan tanggung jawab profesi. Selain itu efek automotisasi berdampak pada pertimbangan masalah kerahasiaan, sifat pribadi, keamanan, dan keselamatan. (Hatta, 2003).

Sejauh ini transisi paradima menjadi manajemen informasi keseatan belum lengkap karenannya di beberapa literatur masih banyak digunakan istilah rekam medik. Kunci utama dalam transisi rekam medik ke era manajemen informasi adalah


(43)

persiapan mental (mencangkup pula perlusan pegetahuan), bentuk fisik dan panduan operasional yang berkesinambungan.

2.9Landasan Teori

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika

Menurut Gibson (1987), determinan kinerja adalah (1) Karakteristik individu, yaitu segala sesuatu ciri yang terdapat pada individu baik latar belakang demografi, maupun kemampuan dan ketrampilannya yang terwujud melalui pengetahuannya terhadap tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu organisasi, (2) faktor psikologis, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu petugas yang terdiri dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian. Faktor ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja dan variabel demografi lainnya, (3) faktor organisasi, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi yang dapat berimplikasi terhadap kinerjanya, seperti sumber daya manusia dari aspek kuantitas, kepemimpinan suatu organisasi, ada tidaknya imbalan atas hasil kerjanya, struktur organisasasi sebagai pelimpahan dan pembagian wewenang kerja serta desain pekerjaan.

Berdasarkan konsep tersebut, maka determinan kinerja petugas rekam medik juga dipengaruhi oleh ke empat faktor tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada


(44)

pengaruh karakteristik individu petugas rekam medik terhadap kinerja mereka dalam melaksanakan tugas pokok dan funngsinya di bagian rekam medik.

Sedangkan menurut Tiffin dan Cormick (1979), bahwa performance atau kinerja berhubungan dengan individual variabel dan situational variabel. Individual variabel mencakup sikap, karakteristik kepribadian, karakteristik fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan personal variabel lainnya. Situasional variabel terdiri dari physical dan job variabel, serta organisasional variabel, antara lain: metode kerja, ruang dan susunan kerja, serta lingkungan fisik, karakter organisasi, pelatihan dan supervisi, tipe insentif/kompensasi, dan lingkungan sosial.

2.10 Kerangka Konsep Penelitian KARAKTERISTIK PETUGAS

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Masa Kerja 5. Pelatihan 6. Pengetahuan

KINERJA PETUGAS REKAM MEDIK


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survai dengan dengan tipe explanatory research untuk menganalisis hubungan karakteristik petugas dengan kinerja petugas rekam medik di Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Rokon Hulu Riau, dengan pertimbangan waktu tunggu pasien masih lama melebihi standar yang direkomendasikan oleh Depkes RI, yaitu rata-rata 25-40, serta hasil pengamatan belum tertata dengan rapi berkas-berkas rekam medik serta kelengkapan kartu status pasien hanya 62,5%. Penelitian ini membutuhkan waktu selama 11 (sebelas) bulan pada Februari sampai Desember 2008.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan rekam medik di RSUD Rokan Hulu yaitu sebanyak 22 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian.


(46)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden tentang kinerja petugas rekam medik dan karakteristik petugas yang berpedoman pada kuesioner. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner sebagai alat ukur terlebih dahulu diuji pada 10 responden di unit rekam medik RSU Swasta di Riau.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisisa reliability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel (Sugiyono, 2004). .

Nilai r tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value of the r Product Moment pada taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 10 orang yang diuji nilai r-tabelnya adalah sebesar 0,576.

Sedangkan untuk data sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di RSUD Rokan Hulu yang mencakup jumlah kunjungan pasien, profil RSUD, laporan tahunan, dan rencana strategis RSUD Rokan Hulu (Lampiran 3).


(47)

3.5Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel independen yaitu karakteristik petugas adalah ciri-ciri yang melekat pada petugas dibawa dalam situasi kerja yang terdiri dari

a. Umur adalah lamanya hidup petugas rekam medik yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir;

b. Jenis kelamin adalah ciri biologis petugas rekam medik yang membedakan laki-laki dan perempuan

c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petugas rekam medik dan memperoleh ijazah yang sah

d. Masa kerja adalah lamanya petugas rekam medik bekerja di bagian rekam medik yang dihitung berdasarkan tahun

e. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petugas rekam medik tentang penyelenggaraan rekam medik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

f. Pelatihan adalah salah satu satu pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh petugas rekam medik

2. Variabel dependen adalah kinerja petugas rekam medik yaitu hasil kerja petugas rekam medik dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelayanan rekam medik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.


(48)

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel independen yaitu variabel karakteristik petugas adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala nominal sesuai dengan interval

umur yang diperoleh dengan menggunakan tehnik sturgess kemudian

dikelompokkan sesuai dengan kelas intervalnya dan dinyatakan dalam tahun; 2. Pengukuran variabel jenis kelamin didasarkan pada skala nominal yaitu laki-laki

dan perempuan

3. Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal yaitu berdasarkan tingkatan pendidikan yang ditempuh petugas rekam medik yang terdiri dari SMU, Diploma III, Sarjana dan Pascasarjana.

4. Pengukuran variabel masa kerja didasarkan pada skala nominal sesuai dengan interval umur yang diperoleh dengan menggunakan tehnik sturgess kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelas intervalnya dan dinyatakan dalam tahun. 5. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal sesuai dengan

sejumlah pertanyaan yang diajukan yaitu 10 pertanyaan pada masing-masing bagian direkam medik yang terdiri dari (1) bagian pendaftaran, bagian penyimpanan file, (2) bagian distribusi berkas rekam medik, (3) bagian pengkodeaan penyakit dan (4) bagian analisa berkas rekam medik, masing-masing lima pertanyaan, dengan alternatif jawaban:

a. Benar, jika responden menjawab “a” dan diberi skor 2


(49)

Kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu a. Baik, jika responden memperoleh nilai 6-10;

b. Kurang Baik, jika responden memperoleh nilai 0-5;

6. Pengukuran variabel pelatihan didasarkan pada skala ordinal berdasarkan 3 (tiga) pertanyaan yang diajukan dan dikategorikan menjadi:

a. Pernah, jika responden pernah mengikuti pelatihan rekam medik

b. Tidak pernah, jika responden tidak pernah mengikuti pelatihan rekam medik Pengukuran variabel dependen yaitu kinerja petugas rekam medik didasarkan pada skala ordinal berdasarkan 51 (lima puluh satu) pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 2, dan “tidak” diberi skor 1, dengan total skor 102. Kemudian dikumulasikan dengan metode rating dan dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu (Arikunto, 2004):

1. Baik, jika responden memperoleh skor >75% dari total skor (skor 76)

2. Sedang, jika responden memperoleh skor 45%-75% dari total skor (skor 46-75) 3. Kurang, jika responden memperoleh skor <45% dari total skor (skor <46)

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rho

dengan jumlah sampel kurang dari 30 untuk menganalisis hubungan karakteristik petugas dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu.


(50)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Kabupaten Rokan Hulu

Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Rokan Hulu beralamat di Jl.Syeh Ismail Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu, dengan luas area 5,8 Ha dan luas bangunan 5,482 Ha. RSUD Rokan Hulu termasuk rumah sakit Kelas C. Berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1.349/Menkes/SK/IX/2005. RSUD Rokan Hulu masih sangat tergantung pada subsidi pemerintah karena belum mampu membiayai operasionalnya sendiri.

Sifat usaha RSUD Rokan Hulu adalah pemberian jasa menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat untuk memperoleh kesehatan secara adil dan merata secara terus menerus dan lapangan usahanya adalah membangun, memelihara, dan menjalankan kegiatan jasa pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang dilayani RSUD Rokan Hulu adalah sebanyak 148 desa/kelurahan yang tersebar di 16 kecamatan dalam wilayah kabupaten Rokan Hulu. Meskipun sudah mencakup seluruh desa/kelurahan, namun belum mencapai keseluruhan wilayah pemukiman yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

Namun RSUD Rokan Hulu telah menyelesaikan asuhan keperawatan, SOP, standar pelayanan medik, standar pelayanan minimal, neraca, renstra, dan sistem informasi manajemen rumah sakit.


(51)

Kondisi di lapangan diketahui, sistem informasi RM juga belum dapat diakses dari lokasi lain. Seyogyanya data tersebut bersifat sentralisasi sehingga mudah untuk dilakukan pemanggilan data. Sabarguna (2003) menyatakan dalam memasukkan data pasien dilakukan secara sentralisasi sehingga data-data yang sudah diakses dapat dipergunakan dengan pemanggilan data. RSUD Rokan Hulu dalam memasukkan data sudah dilakukan secara sentralisasi tetapi untuk unit yang terkait hanya dapat diakses dengan SIRM yang sudah berjalan

4.1.1 Visi dan Misi RSUD Rokan Hulu

Visi RSUD Rokan Hulu dirumus dan diarahkan untuk menunjang terwujudnya visi Kabupaten Rokan Hulu. Berdasarkan ketentuan tersebut visi RSUD Rokan Hulu diharapkan mampu berperan dalam dinamika perubahan lingkungan strategis, sehingga dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya, RSUD ini dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik. Visi RSUD Rokan Hulu adalah “Menjadi Rumah Sakit Tipe-C Terbaik se-Propinsi Riau Tahun 2011”.

Pernyataan misi RSUD Rokan Hulu adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan prima yang bermutu tinggi sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu yang memandang manusia secara utuh, fisik, mental, sosial dan spritual.

3. Menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara


(52)

4. Menciptakan suasana kerja yang mendukung kebersamaan, rasa memiliki serta disiplin untuk kemajuan RSUD Kabupaten Rokan Hulu.

4.1.2 Tujuan RSUD Rokan Hulu

Tujuan RSUD Rokan Hulu adalah untuk memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat, agar masyarakat memperoleh kesehatan secara adil dan secara terus menerus.

4.1.3 Ketenagaan RSUD Rokan Hulu

Pelayanan kesehatan di RSUD Rokan Hulu diselenggarakan oleh tenaga medis, tenaga paramedis non perawatan, tenaga paramedis perawatan dan tenaga non medis. Tenaga penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini ada yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap maupun Honorer yang kesemuanya berjumlah 283 orang. Data ketenagaan per Desember 2007 disajikan pada Tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Rokan Hulu

No. Jenis Ketenagaan Status Kepegawaian Jumlah

1 Dokter Spesialis Menetap PNS 11

2 Dokter Umum PNS/PTT 20

3 Dokter Gigi PNS 4

4 Apoteker PNS 2

5 Perawat PNS 97

6 Bidan PNS 15

7 Tenaga Kesehatan Lain PNS 43

8 Tenaga Adm dan Keuangan PNS 45

9 Sopir, Satpam dan Pekarya Honor daerah (PTT) 46

Jumlah 283


(53)

4.2. Karakteristik Petugas Rekam Medik

Karakteristik petugas rekam medik adalah merupakan variabel independen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pengetahuan dan pelatihan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

1. Kelompok Umur

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Umur Frekuensi Persentase

1. 25 -32 Tahun 18 81, 8

2. 33 – 42 Tahun 4 18,2

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berada pada kelompok umur 25 – 32 Tahun yaitu sebanyak 18 orang (81,8%) dibandingkan dengan responden pada kelompok umur 33-42 tahun yaitu sebanyak 4 orang (18,2%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 7 31,8

2. Perempuan 15 68,2

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 15 orang (68,2%) dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebanyak 7 orang (31,8%).


(54)

3. Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1. SLTA 7 31,8

2. D-III Rekam Medik 6 27,3

3. S-1 9 40,9

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden adalah berpendidikan setingkat Sarjana yaitu sebanyak 9 orang (40,9%), dan diikuti pendidikan SLTA yaitu sebanyak 7 orang (31,8%), dan selanjutnya D-III Rekam Medik yaitu sebanyak 6 orang (27,3%).

4. Masa Kerja

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Masa Kerja Frekuensi Persentase

1. ≤ 3 Tahun 16 72,7

2. > 3 Tahun 6 27,3

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden adalah mempnyai masa kerja ≤ 3 Tahun yaitu sebanyak 16 orang (72,7%), dibandingkan responden dengan masa kerja >3 tahun (27,3%).


(55)

5. Pengetahuan

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

Benar Salah Jumlah

No Indikator Pengetahuan

n % n % n %

1. Pengertian Rekam Medik 20 90,9 2 9,1 22 100,0

2. Tujuan Rekam Medik 17 77,3 5 22,7 22 100,0

3. Kegunaan Rekam Medik 7 31,8 15 68,2 22 100,0

4. Lama Simpan Kartu Indeks 7 31,8 15 68,2 22 100,0

5. Standar Penyediaan Berkas RM 19 86,4 3 13,6 22 100,0

6. Tugas Bagian Pendaftaran 16 72,7 6 27,3 22 100,0

7. Tugas Bagian Rak File 14 36,4 8 63,6 22 100,0

8. Tugas Bagian Distributor 16 27,3 6 72,2 22 100,0

9. Tugas Bagian Analisis data 19 13,6 3 86,4 22 100,0

10. Tugas Bagian Pengkodean 14 36,4 8 63,6 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan Indikator pengetahuan secara umum menjawab dengan benar setiap item pertanyaan. Mayoritas responden menjawab dengan benar masing-masing item pengertian rekam medik (90,0%), tujuan rekam medik (77,3%0, standar penyediaan berkas rekam medik (86,4%), tugas bagian pendaftaran (72,7%), bagian rak file (36,4%), bagian distributor (72,2%), bagian analisis data (86,4%) dan bagian pengkodean (36,4%). Sedangkan responden yang mayoritas menjawab salah adalah ada item kegunaan rekam medik dan lama simpan kartu indeks, masing-masing (68,2%).

Berdasarkan penilaian dari indikator pengetahuan, maka variabel pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu pengetahuan baik, dan kurang. Pengetahuan baik adalah jika responden mempunyai pemahaman tentang uraian tugas pokok dan


(56)

fungsinya di bagian rekam medik sesuai dengan bagiannya masing-masing dengan skor yang diperolehnya adalah 6-10, sedangkan kategori kurang dikategorikan jika responden memperoleh nilai 0-5. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1. Baik 4 36,4

2. Kurang Baik 18 63,6

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kategori kurang baik yaitu sebanyak 18 orang (63,6%), dibandingkan dengan responden berpengetahuan baik hanya 4 orang (36,4%).

6. Pelatihan

Pelatihan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya responden mengikuti pelatihan yang diadakan di rumah sakit atau di instansi lain yang berhubungan dengan pekerjaanya di bagian masing-masing dalam penyelenggaraan pelayanan rekam medik. Hasil penelitian dikategorikan menjadi 2 yaitu pernah jika responden pernah mengikuti pelatihan meskipun hanya satu kali, dan tidak pernah jika responden tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan rekam medik. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Pelatihan Frekuensi Persentase

1. Pernah 6 27,3

2. Tidak Pernah 16 72,7


(57)

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 16 orang (72,7%), dibandingkan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan hanya 6 orang (27,3%).

4.3. Kinerja Petugas Rekam Medik

Kinerja petugas Rekam Medik dilihat berdasarkan tugas pokok dan fungsinya di bagian rekam medik. Variabel kinerja tersebut dikategorikan menjadi 3 yaitu kinerja baik, sedang dan kurang.

Pengetahuan baik, jika responden melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya secara komprehensif dengan peroleh skor >76 (>75% dari total skor), sedangkan pengetahuan sedang jika responden melakukan pekerjaan dibagian masing-masing sesuai uraian tugas dan fungsinya dengan perolehan skor 46-75 (45%-75%), sedangkan variabel kinerja kategori kurang, jika responden hanya melakukan pekerjaan dari uraian tugas dan pokoknya dibagian masing-masing, dengan perolehan nilai hanya <46. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Rekam Medik di RSUD Rokan Hulu Tahun 2008

No Kinerja Petugas Rekam Medik Frekuensi Persentase

1. Kurang Baik 5 22,7

2. Sedang 10 45,5

3. Baik 7 31,8

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai kinerja kategori sedang yaitu sebanyak 10 orang (45,5%), diikuti kategori baik sebanyak 7 orang (31,8%), dan kategori kurang baik sebanyak 5 orang (22,7%).


(58)

4.4. Hasil Analisis Statistik

Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rho

pada taraf kepercayaan 95%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Uji Korelasi Spearman rho

No Item Pengujian Statistik Correlation Coefficient

Sig.

1. Umur* Kinerja 0,387 0,075

2. Jenis Kelamin*Kinerja 0,362 0,098

3. Pendidikan*Kinerja 0,649 0,000*

4. Masa Kerja*Kinerja 0,646 0,001*

5. Pengetahuan*Kinerja 0,905 0,000*

6. Pelatihan*Kinerja 0,747 0,000*

*) Signifikan pada g<0,05

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa dari enam variabel yang diuji 5 (lima) variabel diantaranya mempunyai hubungan dengan kinerja petugas Rekam Medik, yaitu variabel pendidikan (p=0,026), masa kerja (p=0,001), pengetahuan (p=0,000), dan Pelatihan (p=0.000), dan jika dilihat dari besarnya nilai correlation Coefecient maka variabel paling erat hubungannya dengan kinerja adalah variabel pengetahuan 0,905, disusul dan variabel pelatihan yaitu 0,747.


(59)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Petugas Rekam Medik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45% petugas RM di RSUD Rokan Hulu mempunyai kinerja kategori sedang, artinya pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas RM tidak mencakup secara komprehensif apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya di bagian RM, dan hanya 31,8% saja yang mempunyai kinerja baik.

Secara teoritis menurut Mangkunegara (2000), bahwa kinerja adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dan sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan didalam organisasi, demikian juga dengan kinerja petugas RM yang merupakan bagian dari suatu organisasi yaitu rumah sakit.

Menurut As’ad (1995) kinerja secara umum dipahami sebagai suatu catatan keluaran hasil suatu fungsi jabatan kerja atau seluruh aktivitas kerjanya, dalam periode tertentu. Secara lebih singkat kinerja disebutkan sebagai suatu kesuksesan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya, tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usahanya, dan kesempatam, kinerja dapat diukur melalui keluaran atau hasilnya.


(60)

Stoner (1986) berpendapat bahwa kinerja merupakan fungsi komponen sumber daya manusia, seleksi, motivasi, latihan, dan pengembangan. Sedangkan menurut Steer & Porter (1991) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang.

Kinerja petugas RM tersebut didasarkan pada uraian tugas pokok dan fungsinya sebagai petugas RM baik dibagia pendaftaran, pengkodean, pendistribusian dan analisis data berkas rekam medik. Pelaksaaan tugas pokok dan fungsi dalam suatu organisasi tergantung pada pendidikan, pengetahuannya, kejelasan uraian tugasnya, serta faktor pengalamannya. Hal ini relevan dengan pendapat Soeprihanto (1996), kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Adapun kinerja individu dalam suatu organisasi menurut Gibson (1987), antara lain dipengaruhi oleh :

(1) Karakteristik individu, yaitu segala sesuatu ciri yang terdapat pada individu baik latar belakang demografi, maupun kemampuan dan ketrampilannya yang terwujud melalui pengetahuannya terhadap tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu organisasi,

(2) Faktor psikologis, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu petugas yang terdiri dari persepsi, sikap, motivasi dan kepribadian. Faktor ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja dan variabel


(61)

Eratnya hubungan masing-masing variabel tersebut cenderung tidak dapat dipastikan berapa persentasenya masing-masing. Dalam penelitian ini peneliti menfokuskan determinan kinerja petugas rekam medik berdasarkan faktor karakteristik petugas yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengetahuannya.

5.2 Hubungan Umur dan Jenis Kelamin dengan Kinerja Petugas Rekam Medik

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil uji korelasi spearman rho

bahwa umur dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan secara signifikan dengan kinerja, artinya kinerja petugas rekam medik tidak dipengaruhi oleh perbedaan umur dan jenis kelamin.

Keadaan ini jika dilihat dari distribusi frekuensi, umur petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu 81,8% pada usia 25 -32 tahun, artinya secara statistik tidak terdistribusi secara normal kelompok umur tersebut, demikian juga dengan jenis kelamin, 68,2% adalah perempuan.

Hal ini berbeda dengan konsep yang dikemukakan oleh Siagian (1995), bahwa semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan tehnisnya,


(62)

demikian pula psikologis serta menunjukkan kematangan jiwa. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kinerjanya, demikian juga pendapat Wexley (1977), mengemukakan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja lebih muda belum berpijak pada realitas, sehingga seringkali mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwitasari dan Masnuchaddin, 1998, bahwa kinerja bidan dalam pelayanan antenatal care tidak dipengaruhi oleh umur, dimana berdasarkan hasil korelasi procut moment dengan nilai probalibiltas 0,454, dengan proporsinya 79,4% berusia 25-32 tahun.

Selain itu perbedaan jenis kelamin, juga tidak menentukan kinerja petugas RM, dan diasumsikan bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang menyebabkan perbedaan kinerja, tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain-lain. Shye (1991, dalam Illyas,1999) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara wanita dengan pria. Walau demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena sebahagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita dan sebagian kecil berjenis kelamin pria. Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan


(63)

jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu.

5.3 Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Petugas Rekam Medik

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil uji korelasi spearman rho

pendidikan mempunyai hubungan dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu (p=0,000), artinya semakin tinggi pendidikan petugas RM, maka kemungkinan besar akan meningkatkan kinerja, meskipun secara umumnya tidak menjadi faktor yang paling menentukan.

Secara proporsi, sebagian besar (40,9%) petugas RM berpendidikan Sarjana yang terdiri Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan Sarjana Keperawatan, sehingga secara substansi lebih memahami tentang pelaksanaan rekam medik, apalagi jika petugas tersebut pernah mengikuti pelatihan tentang penyelenggaraan rekam medik di rumah sakit.

Pendidikan adalah langkah awal seorang petugas untuk mengetahui semua tugas pokok dan fungsi dalam suatu organisasi. Menurut Menurut Siagian (1995) mengatakan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi kerja seseorang.

Tenaga rekam medik yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan petugas yang berpendidikan rendah. Petugas dengan pendidikan lebih tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa saran-saran yang bermanfaat


(64)

terhadap pimpinan organisasi dalam upayanya meningkatkan kinerja petugas rekam medik. Hal serupa dikemukakan oleh Notoadmodjo (2002) bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.

Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda dengan pendidikan yang lebih rendah. Petugas puskesmas dengan pendidikan lebih tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa saran-saran yang bermanfaat terhadap manajerial dalam upayanya meningkatkan kinerja karyawan.

5.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kinerja Petugas Rekam Medik

Masa kerja dalam penelitian ini adalah lama tahun bekerja petugas rekam medik di bagian rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil uji korelasi spearman rho bahwa masa kerja mempunyai hubungan secara signifikan dengan kinerja petugas rekam medik di RSUD Rokan Hulu (p=0,001).

Secara proporsi menunjukkan masa kerja petugas rekam medik 72,7% mempnyai ≤3 tahun. Masa kerja tersebut merupakan masa kerja petugas dibagian rekam medik, sementara masa kerja nya di rumah dsakit mungkin sudah lebihd ari tiga tahun.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Kristiani (2007), bahwa masa kerja petugas vaksin puskesmas tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Hal ini jika dibandingkan dengan uraian tugas petugas kesehatan tersebut, sangat jelas


(65)

berbeda, petugas vaksin cenderung ke lapangan, dan membutuhkan pengalaman yang banyak untuk bisa menguasai lapangan, namun petugas rekam medik hanya berada dalam ruangan, maka masa kerja yang lama terkadang tidak memberikan kontribusi terhadap kinerjanya, apalagi petugas tersebut berada pada bagian yang sangat mudah dikerjakan seperti merapikan tempat penyimpanan berkas rekam medik, pendaftaran pasien atau bagian lainnya. Hal ini jelas berbeda dengan pendapat Siagian (1995) bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi maka semakin tinggi prestasi kerjanya.

Namun menurut Robbin (2001), bahwa ada hubungan yang positif antara mas kerja dan produktifitas kerja, juga ada hubungan yang positif antara masa kerja dan kepuasan kerja. Menurut Ardenson (1975) bahwa pekerjaan akan mempengaruhi terhadap perilaku petugas. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman lebih banyak sehingga memegang peranan dalam pembentukan perilaku. Namun menurut Sarwoto (1999) hubungan masa kerja dengan produktifitas seseorang yang mempunyai masa kerja yang lebih lama tidak selamanya lebih produktif dibandingkan pekerja baru.

5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Petugas Rekam Medik

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petugas rekam medik terhadap uraian tugas pokok dan fungsinya di bagian rekam medik.


(1)

PP6

6 27.3 27.3 27.3

16 72.7 72.7 100.0

22 100.0 100.0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

PP7

8 36.4 36.4 36.4

14 63.6 63.6 100.0

22 100.0 100.0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

PP8

6 27.3 27.3 27.3

16 72.7 72.7 100.0

22 100.0 100.0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

PP9

3 13.6 13.6 13.6

19 86.4 86.4 100.0

22 100.0 100.0

Salah Benar Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pengetahuan Responden

8 36.4 36.4 36.4

14 63.6 63.6 100.0

22 100.0 100.0

Baik Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Pelatihan

6 27.3 27.3 27.3

16 72.7 72.7 100.0

22 100.0 100.0 Pernah

Tidak Pernah Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kinerja Respoden

5 22.7 22.7 22.7

10 45.5 45.5 68.2

7 31.8 31.8 100.0

22 100.0 100.0 Kurang Baik

Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 -.387

. .075

22 22

-.387 1.000

.075 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Umur Responden

Kinerja Respoden Spearman's rho

Umur Responden

Kinerja Respoden

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .362

. .098

22 22

.362 1.000

.098 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Jenis Kelamin

Kinerja Respoden Spearman's rho

Jenis Kelamin

Kinerja Respoden


(3)

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .649**

. .001

22 22

.649** 1.000

.001 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Pendidikan Responden

Kinerja Respoden Spearman's rho

Pendidikan Responden

Kinerja Respoden

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .646**

. .001

22 22

.646** 1.000

.001 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Masa Kerja

Kinerja Respoden Spearman's rho

Masa Kerja

Kinerja Respoden

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .747**

. .000

22 22

.747** 1.000

.000 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Pelatihan

Kinerja Respoden Spearman's rho

Pelatihan

Kinerja Respoden

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(4)

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .905**

. .000

22 22

.905** 1.000

.000 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Pengetahuan Responden

Kinerja Respoden Spearman's rho

Pengetahuan Responden

Kinerja Respoden

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(5)

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Item Pertanyaan Nilai Corrected Item Total Nilai Alpha Cronbach Keterangan 1. Variabel Pengetahuan

Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4 Pengetahuan 5 Pengetahuan 6 Pengetahuan 7 Pengetahuan 8 Pengetahuan 9 Pengetahuan 10 0,7502 0,8834 0,8531 0,8986 0,9442 0,7502 0,9422 0,7733 0,7659 0,9422 0,972

Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel

2. Variabel Kinerja

Kinerja 1 Kinerja 2 Kinerja 3 Kinerja 4 Kinerja 5 Kinerja 6 Kinerja 7 Kinerja 8 Kinerja 9 Kinerja 10 Kinerja 11 Kinerja 12 Kinerja 13 Kinerja 14 Kinerja 15 Kinerja 16 Kinerja 17 Kinerja 18 Kinerja 19 Kinerja 20 Kinerja 21 Kinerja 22 Kinerja 23 Kinerja 24 0,7778 0,9482 0,7369 0,9482 0,8885 0,9482 0,9129 0,9088 0,9482 0,9088 0,9482 0,9902 0,8561 0,9129 0,9068 0,9129 0,7778 0,9057 0,9048 0,9482 0,9482 0,9114 0,9902 0,7886

0,9960 Valid dan Realibel

Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel


(6)

Item Pertanyaan

Nilai Corrected Item Total

Nilai Alpha Cronbach

Keterangan Variabel Kinerja

Kinerja 25 Kinerja 26 Kinerja 27 Kinerja 28 Kinerja 29 Kinerja 30 Kinerja 31 Kinerja 32 Kinerja 33 Kinerja 34 Kinerja 35 Kinerja 36 Kinerja 37 Kinerja 38 Kinerja 39 Kinerja 40 Kinerja 41 Kinerja 42 Kinerja 43 Kinerja 44 Kinerja 45 Kinerja 46 Kinerja 47 Kinerja 48 Kinerja 49 Kinerja 50 Kinerja 51

0,9902 0,8561 0,9902 0,7939 0,9902 0,8415 0,8415 0,9902 0,9089 0,9482 0,9522 0,8050 0,9902 0,9902 0,9522 0,9522 0,9902 0,9902 0,9902 0,9902 0,6720 0,9136 0,8415 0,9600 0,9522 0,9155 0,9902

0,9960 Valid dan Realibel

Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel Valid dan Realibel