Metodelogi Penelitian Analisis Pesan Moral On, Gimu, dan Giri dalam Novel “Tokyo Tower” Karya Lily Franky

8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui konsep moral dalam kehidupan masyarakat Jepang. 2. Untuk mengetahui pesan moral berupa on, gimu, dan giri yang diungkapkan oleh Lily Franky dalam novel “Tokyo Tower” melalui para tokoh cerita.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang bagaimana pesan moral dari novel “Tokyo Tower” ini. 2. Menambah wawasan tentang kebudayaan masyarakat Jepang khususnya bagi mahasiswa sastra Jepang.

1.6 Metodelogi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan atau upaya untuk menerangkan suatu fenomena yang terjadi Ruseffendi, 1994:4. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir 1988:63 metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Selain itu, dalam pengumpulan data penulis juga menggunakan metode pendukung, yakni studi kepustakaan, dengan dua teknik pengumpulan data yaitu: 9 survey book, menghimpun data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Documentary research, dilakukan dengan menghimpun data yang bersumber dari internet. 10 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “TOKYO TOWER” DAN KONSEP MORAL JEPANG 2.1 Pengertian Novel Novel sebagai sebuah karya fiksi secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah karangan yang memaparkan ide, gagasan atau khayalan dari penulisnya. Ide atau gagasan tersebut berupa pengalaman langsung yang dimiliki pengarang maupun sebuah ide yang bersifat imajinasi. Aminuddin 2000:66 mendefinisikan bahwa prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran yang terdapat dalam sebuah karya fiksi tidak harus sama dan tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata. Baik itu para pelakunya pemerannya, tempat terjadinya dan rangkaian ceritanya, semuanya bersifat fiksi sesuai dengan imajinasi pengarangnya. Pengertian prosa fiksi di atas juga berlaku untuk pengertian novel. Abrams dalam Nurgiantoro 1998:4 mengemukakan bahwa dalam perkembangannya karya fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel. Kata novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella. Secara harfiah novella berarti sebagai “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa” Abrams dalam Nurgiantoro, 1998:9. Menurut Jassin dalam Nurgiantoro 1998:16 mengemukakan bahwa novel dipihak lain dibatasi dengan pengertian suatu cerita yang bermain dalam dunia 11 manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai suatu periode. Berdasarkan pengertian tersebut, novel menceritakan satu periode dalam kehidupan seseorang, juga dapat menceritakan kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal. Berdasarkan beberapa pengerti di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa fiksi. Novel mengandung unsur-unsur pembangun cerita dan merupakan sebuah pandangan dari sebuah kenyataan yang dibangun secara imajinatif dalam sebuah cerita yang umumnya memaparkan tentang kehidupan manusia dan segala permasalahannya, lingkungan dan kondisi sosial yang terdapat di sekitar pengarang.

2.2 Setting Cerita Novel “Tokyo Tower”